Pada 30 Desember 2015, seorang remaja Belanda berpose untuk difoto di pinggir lapangan Camp Nou, bermimpi suatu hari nanti bisa bermain di sana, seperti ratusan ribu remaja lainnya.
Bedanya, remaja yang satu ini, yakni Frenkie de Jong, mewujudkan mimpinya.
"Kami ke Camp Nou sebagai fans, dan menyaksikan pertandingan klub impianmu," tulis kekasihnya, Mikky Kiemeney, tiga tahun kemudian di Instagram, setelah De Jong resmi dibeli Barcelona dari Ajax.
"Kamu bisa bilang pada dunia akan bermain buat klub impianmu. Kamu mewujudkan mimpi besar itu. TIdak sabar menikmati setiap menitnya bersamamu. Kita akan akan menghidupi mimpimu."
Tapi ternyata menit-menit itu tidak semenyenangkan yang mereka kira. Kisah dongen De Jong ternyata tidak baik-baik saja.
Mimpi De Jong menjelma mimpi buruk, dan pekan ini jurnalis Gerard Romero mengabarkan bahwa sang gelandang "95 persen gabung Manchester United".
Kubu De Jong sudah pernah menepis rumor yang mengaitkannya ke Old Trafford, tapi ternyata, seperti yang diungkapkan GOAL, Barcelona serius mempertimbangkan menjual pemain asal Belanda tersebut, sesosok pemain yang seharusnya jadi masa depan lini tengah Blaugrana dan pernah menjadi salah satu wonderkid paling diminati ketika tiba di Catalunya.
Mengapa? Secara finansial, Barca masih terseok-seok berusaha keluar dari black hole – aspek tersebut memang jadi faktor kunci, tapi masih ada alasan lain.
Ketika De Jong tiba pada musim panas 2019, Barcelona menjuarai empat dari lima gelar La Liga terakhir, tetapi gagal memenangkan tiga gelar setelahnya.
Dipermalukan di Liga Champions, yang terakhir mereka menangkan di 2015, seolah jadi makanan musiman, dan satu-satunya trofi yang pernah De Jong menangkan di Barcelona adalah Copa del Rey 2021.
Tentu saja itu bukan salahnya seorang diri, tetapi pemain yang dibeli Barcelona dengna harga €75 juta itu bakal menjadi yang terdepan mengakui kalau dia kesulitan menemukan performa konsisten sejak bergabung.
Nasibnya kian sial mengingat Barcelona tak pernah lepas dari kekacauan, dengan Ernesto Valverde, Quique Setien, dan Ronaldo Koeman semuanya dipecat selama tiga tahun De Jong di Camp Nou.
De Jong adalah salah satu anggota starting XI tetap sejak tiba, tapi sampai sekarang belum mendapatkan posisi atau peran yang pasti.
Keserbabisaan dan fleksibilitasnya memang berguna, tetapi keduanya kadang malah jadi sumber masalah buat pemain, dan De Jong kadang diturunkan sebagai gelandang penjelajah, gelandang jangkar, hingga bek tengah. Tak selesai di sana, tak jarang dia memainkan peran-peran tersebut dengan instruksi berbeda-beda.
Ketika tiba, dia diplot sebagai suksesor Sergio Busquets, tetapi justru piawai membawa bola sambil menusuk maju. Gaya bermain yang lebih riuh itu tak cocok menggantikan sesosok gelandang pengangkut air legendaris Blaugrana.
Di Ajax, di mana dia beroperasi sebagai gelandang deep-lying, dia masih diberi kebebasan untuk menjelajahi lapangan. Peran Busquets di Barcelona bukan seperti itu. Penerus Busi, panggilan kesayangan Busquets, memerlukan disiplin ruang demi menjadi fondasi permainan positional Barcelona yang turun temurun.
Gaya yang tidak cocok buat De Jong, dan terkadang dia dituding melakukan terlalu banyak sentuhan dengan bola dan tidak cukup cepat dalam mendistribusikan bola.
Kendati mimpinya berjalan kurang sesuai rencana, masih banyak peminang yang tertarik, dari Man United sampai rival mereka, Manchester City, serta Bayern Munich dan Paris Saint-Germain.
Barcelona membutuhkan uang dan tak banyak pemain dari skuad mereka yang bisa menghasilkan uang sebanyak De Jong, setidaknya dari yang rela mereka jual. Dan posisi tersebut sudah dilapisi dengan cukup solid.
Di tengah, Xavi menyenangi trio Busquets, Gavi, dan Pedri yang mengundang decak kagum, dengan Franck Kessie segera tiba dan Nico Gonzalez satu lagi yang impresif ketika diberi kesempatan.
Meski Nico Gonzalez bisa masuk daftar jual, dia memiliki kecerdasan ruang khas jebolan la Masia yang tak dikuasai pemain lain, sementara dia mengikuti tren pemain zaman sekarang dengan fisik yang kuat, aset yang bernilai buat Barca.
Xavi menginginkan dua pemain di tiap posisi dan yakin bahwa Barcelona masih harus memboyong pelapis Busquets, sehingga Pedri, Gavi, Kessie, dan Nico sebagai empat gelandang sisanya.
Sepertinya De Jong mengemban tekanan yang besar terlalu dini. Di usia 21 tahun plus harga selangit, dia diharapkan jadi pemimpin ruang mesin di saat seharusnya menyelesaikan pendidikan sepakbolanya, belajar, bertumbuh, dan mengasah diri.
Dalam beberapa bulan terakhir, De Jong terlihat sering frustrasi di lapangan, dan sering bolak-balik ke bangku cadangan karena Xavi sering menggantinya.
Dia baru menyelesaikan 90 menit penuh sebanyak 13 kali dari 33 laga sejak sang manajer baru tiba tahun lalu.
Digantikan Nico Gonzalez kontra Rayo saat Barca tertinggal 1-0, De Jong terlihat berang.
"Terbukti bahwa pergantian itu bikin dia frustrasi, tapi saya harus melihat [kondisi] tim," kata Xavi.
"Dia penting sekali, dia harus jadi penanda sebuah era di klub ini. Dia berada di level yang sangat bagus dan harus melanjutkannya."
"Dia bisa menjadi salah satu gelandang terbaik di dunia di masa depan. Kalau terserah saya, dia bakal terus di Barcelona untuk bertahun-tahun lamanya."
Sang pelatih memang memuji sang pemain, tapi dia juga menyelipkan kode bahwa masa depan De Jong bukan terserah dia.
Cuma cedera Pedri, dan minimnya opsi lini tengah lain, yang membuat De Jong bisa bermain penuh 90 menit selama beberapa pekan terakhir, dengan skuad Barcelona habis-habisan di penghujung musim.

De Jong absen karena diskors ketika bermain imbang 0-0 di Getafe, Senin (16/5), dini hari WIB, yang berarti laga versus Villarreal di Camp Nou di pekan terakhir musim ini juga bisa menjadi penampilan terakhirnya dalam balutan warna Barcelona, sekalipun itu bukan yang ia inginkan.
Dia bakal berulang tahun ke-25 kemarin Kamis (12/5) dan, dirinya yang masih berusia 18 tahun, dengan raut segar di Instagram, bakal syok dan kecewa jika tahu impiannya mencapai sebuah persimpangan yang menyedihkan.
Mimpi tersebut memang belum selesai, dan masih banyak yang bakal berargumen kalau De Jong pantas diberi semusim lagi di Barcelona untuk memperbaiki nasibnya di bawah Xavi, di bawah kepemimpinan yang lebih stabil. Tetapi situasi finansial Barca bisa memaksa dia bangun dari tidurnya.
Dan meski kehilangan De Jong bakal perih buat Barcelona, apalagi kalau lantas dia bersinar di tempat lain, dan setelah kehilangan Lionel Messi, mereka sudah pernah mengalami yang lebih buruk.
Sedikit yang meragukan De Jong bakal bisa memenuhi potensinya di klub lain. Tak sulit membayangkan dia hijrah ke Manchester City, menggantikan Fernandinho dan langsung jadi monster yang mengapit Rodri bareng Kevin de Bruyne dalam sebuah lini tengah racikan Pep Guardiola.
Namun untuk saat ini, menurut kabar dari Romero, dia akan ke sisi merah Manchester. Hijrah ke Old Trafford memang tak terlalu masuk akal dari sudut pandang Frenkie, setidaknya di atas kertas.
Manchester United tidak akan bertarung di Liga Champions musim depan, dan bisa dibilang sama kacaunya dengan Barcelona, tetapi De Jong bakal menjadi rekrutan brilian, yang bisa menjadi fondasi proyek rebuilding mantan manajernya, Erik ten Hag.
Ten Hag punya hubungan yang baik dengan sang gelandang dan jika Manchester United versi baru beroperasi dengan De Jong sebagai intinya, memanfaatkan kelebihannya, mungkin dia bisa tergoda, kalau Barcelona memang benar-benar berusaha menjualnya.
Meski saat ini De Jong masih ingin sukses di Barcelona – di kota yang ia cintai, di klub yang ia cintai – suatu saat nanti mungkin dia harus mengambil keputusan berat untuk dirinya sendiri. Lebih baik berhenti berenang melawan arus, dan terima saja bahwa mimpi itu sudah berakhir.