Bermula dari 'hanya' beranggotakan enam sampai delapan orang, Eddy Chandra memimpin fans Borussia Dortmund di Indonesia untuk membangun basis penggemar sekaligus meramaikan hiruk-pikuk persuporteran di Tanah Air.
Bukan pekerjaan mudah, karena seperti diketahui, di Bumi Pertiwi, Bundesliga Jerman terbilang kalah pamor dengan liga-liga top Eropa seperti Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol dan Serie A Italia.
Namun, kerja keras tidak akan pernah mengkhianati hasil. Inilah yang akhirnya dipetik oleh Eddy bersama kolega setelah mendirikan Borussia Dortmund Fans Club Indonesia (BDFCI) pada 2012. Perlu diketahui, basis fans ini terregistrasi secara resmi di markas Borussia Dortmund.
Dengan tersedianya wadah bagi fans Dortmund di Indonesia, perlahan-lahan BDFCI mulai memancarkan pesona eksistensinya, meski diakui Eddy, dia dan kolega masih harus bekerja keras agar Dortmund bersedia melakukan ekspansi market di wilayah Asia, khususnya Indonesia.


"Sementara, Indonesia belum diincar benar sama Borussia Dortmund, makanya kita mesti mengusahakan dan membuktikan bahwa kita punya banyak fans Borussia Dortmund di Indonesia," ujar Eddy, yang merupakan founder BDFCI sekaligus representatif Borussia Dortmund untuk Indonesia, dalam wawancaranya dengan Goal Indonesia di restoran Papoea by Nature.
Minggu (6/4) lalu, BDFCI menggagas sebuah event dengan mendatangkan pemain legendaris Dortmund di tahun 90-an, Jorg Heinrich, ke Indonesia. Sejak berdiri pada 2012, ini merupakan kali kedua BDFCI menghadirkan legenda klub kesayangan mereka.
Sebelumnya, tepatnya dua tahun lalu, mereka juga mengundang Karl-Heinz Riedle, rekan seangkatan Heinrich. Selain memenuhi hasrat fans yang ingin lebih dekat secara langsung dengan pemain Dortmund, Eddy menjelaskan, kedatangan legenda juga merupakan bagian dari strategi untuk melebarkan sayap BDFCI di seantero Bumi Pertiwi. Karena dengan berkembangnya BDFCI, otomatis pusat akan melirik peluang pasar yang bagus di Indonesia.
"Ya... Supaya mereka (Dortmund) mau mendatangkan tim mereka, paling sedikit tim legendanya (dulu)," tutur Eddy.
"Ini semua berkat kerja keras dari member-member kita (BDFCI) apalagi dengan datangnya legenda. Kadang orang tidak tahu bahwa Borussia Dortmund Fans Club Indonesia telah eksis dan telah secara resmi diakui di Borussia Dortmund sejak 2012 sebagai hanya satu-satunya fans club Indonesia dari Borussia Dortmund," urainya.
Di samping itu, Eddy yang sudah bermukim di Jerman sejak 30 tahun lalu, tak jarang mengibarkan bendera BDFCI di Signal Iduna Park demi memamerkan animo fans di Indonesia terhadap BVB sangat besar.
"Salah satunya, saya mengibarkan bendera fans club Indonesia di stadion mereka," kenang pria yang sudah menjadi loyalis Dortmund sejak 1989 itu.
Besar harapan Eddy, Dortmund bisa segera merilis berbagai platform yang dapat memanjakan para fans di Indonesia, semisal situs resmi edisi Bahasa Indonesia atau akun-akun resmi media sosial versi Indonesia. Namun memang, diakui Eddy, diperlukan adanya mitra yang tepat agar bisa bersinergi dengan pusat.
"Yah mereka memang sedang mencari partner. Selama Borussia Dortmund tidak memiliki partner, sangat sulit. Saya juga sebagai representatif memperkenalkan fans club Borussia Dortmund (Indonesia) ke seluruh fans di dunia," harap Eddy.

Goal IndonesiaNamun bagaimanapun, menurut Eddy, esensi dari sebuah fanbase bukan soal banyak-banyakan pengikut. Tapi soal bagaimana cara fans mencintai klub kesayangan mereka, yang Eddy sebut sebagai 'cinta sejati' -- Echte Liebe .
Eddy tidak menjadikan BVB sebatas klub idola, tapi di sanalah dia bisa menemukan apa makna 'cinta sejati' dari sisi yang lain. Dan inilah yang dia tanamkan kepada para anggota BDFCI.
"Dortmund itu seperti cinta sejati. Kita ini harus membuktikan dan meyakinkan (kepada Dortmund) bahwa kita ini bukan fans yang 'ngambang', yang gonta-ganti tim, kita mau membuktikan bahwa kami ini fans yang sejati," paparnya.
"Makanya kita dengan logo 'Cinta Sejati' yang dalam bahasa Jerman Liebling . Kita membuktikan bahwa fans Borussia Dortmund, mau menang, kalah, seri, kita tetap (ada) untuk Borussia Dortmund," imbuh Eddy.

Eddy pun memastikan, BDFCI bukan fans 'karbit', yang mengidolai timnya di momen-momen membahagiakan saja.
"Orang di sini kebanyakan hanya tahunya klub besar, entah itu mereka karena benar-benar ngefans, atau hanya karena keberhasilannya. Yang begini banyak sekali, sebab ketika klubnya lagi top, ngefans... Nanti kalau menurun, kabur... Tapi kami akan tetap menjadi fans Borussia Dortmund, bukan 'karbit'," tegasnya.
Menarik, karena BDFCI tidak menggunakan istilah-istilah Jerman di baju resmi fanbase mereka, melainkan tetap mengedepankan frasa berbahasa Indonesia, yaitu 'Cinta Sejati'.
Bagi Eddy, mereka tidak harus menjadi ke-Jerman-Jerman-an untuk mengidolai BVB, cukup menjadi Indonesia, dan memahami makna cinta yang sesungguhnya terhadap klub kesayangan adalah lebih dari segalanya.
"Bisa dilihat dari kaos yang kami pakai, dengan (tulisan) 'cinta sejati'. Itu sengaja kami menggunakan dengan bahasa Indonesia untuk menunjukkan pada dunia kita Indonesia. Kadang saya di stadion ditanya 'ini menarik, apa artinya?', saya bilang 'cinta sejati'. Mereka, 'Wow, luar biasa'," pungkas sang founder.





