Todd Boehly Florentino Perez GFXGetty/GOAL

Gini Caranya! 9 Pelajaran Yang Wajib - Dan PANTANG - Dipetik Owner Chelsea Todd Boehly Dari Supremo Real Madrid Florentio Perez

Todd Boehly dan Florentino Perez mungkin memang kawan baik. Sebelum Real Madrid mengalahkan Chelsea 2-0 di leg pertama perempat-final Liga Champions 2022/23, owner The Blues Boehly dan presiden Madrid Perez bertemu untuk makan siang bareng.

Ini bukan pertama kalinya mereka nongkrong bersama di depan publik. Keduanya menghadiri laga LA Dodgers pada Juli 2022, dan foto mereka tersenyum bersama pun beredar di media sosial.

Sebuah pertemuan janggal dua pola pikir yang cukup bertolak belakang: seorang kapitalis Amerika yang berani dan terbuka, berjumpa dengan pebisnis Spanyol yang cenderung kalem dan tertutup.

Tetapi owner baru Chelsea ini mungkin bisa belajar sat-dua hal dari salah satu sosok eksekutif terbaik di sepakbola. Perez memang tak begitu disukai, namun ia telah mencapai kesuksesan besar selama 19 tahun menjabat sebagia presiden di Santiago Bernabeu. Meskipun beberapa ulahnya patut dikritik, terutama dukungannya untuk Liga Super Eropa (European Super League), Perez tetaplah teladan sempurna dalam mengelola klub besar.

Dan saat Madrid terbang ke London barat untuk melakoni leg kedua perempat-final Liga Champions — laga di mana Madrid jauh diunggulkan — pertandingan ini bisa menjadi cerminan, bagaimana Boehly harus banyak belajar dari Perez.

GOAL mengulas berbagai pelajaran yang bisa dipetik Boehly dari sejawatnya itu, sekaligus beberapa polah yang sebaiknya tak ia tiru...

  • Ancelotti Florentino Real MadridReal Madrid

    LAKUKAN: Ketahui tipe manajer seperti apa yang dibutuhkan

    Selain Jose Mourinho, Perez enggan memercayai juru taktik andal untuk mengepalai Los Blancos. Ia justru lebih sukses tiap kali mengangkat manajer yang paham betul cara mengelola ego besar skuad Madrid yang bertabur bintang, tipe-tipe pelatih dihormati yang mampu menciptakan lingkungan sempurna agar anak asuhnya bisa bersinar, bukan yang memakai taktik rumit.

    Carlo Ancelotti dan Zinedine Zidane adalah contoh sempurna, mereka dua manajer yang dikaruniai skuad sangat berbakat, sampai-sampai menjaga mood dan membahagiakan pemain saja sudah cukup untuk mendatangkan kesuksesan maha besar.

    Pemain ini adalah pemain-pemain mahal dengan ego yang tak kalah masif. Bukan lantas tak bisa dilatih — perkembangan pesat Eduardo Camavinga sebagai bek kiri membuktikan sebaliknya — tetapi pemain Madrid bersinar paling terang ketika dipercayai untuk memberikan yang terbaik.

    Di sisi lain, Boehly sepertinya tidak tahu Chelsea butuh manajer yang seperti apa. Sejauh ini, ia sudah memecat seorang ahli taktik cerdas, sebelum menunjuk dua sosok dengan reputasi 'Orang Baik' untuk mengepalai skuad mahal The Blues.

    Dan sudah terbukti bahwa good vibes dan senyuman saja tak cukup untuk mengelola skuad gendut yang dipenuhi pemain yang tak jelas posisinya. Apakah Chelsea dan Boehly membutuhkan manajer seperti Ancelotti atau yang lebih teknis, itu belum bisa dipastikan. Namun seperti dibuktikan Perez, menemukan manajer yang tepat sangatlah vital.

  • Iklan
  • Reece James Chelsea 2022-23Getty Images

    PANTANG: Menelantarkan akademi

    Kapan terakhir kali jebolan akademi bersinar untuk Real Madrid? La Fabrica telah menelurkan bakat-bakat besar dalam beberapa tahun terakhir, namun sedikit sekali yang mampu menebus XI Madrid dan bertahan di sana — terutama satu dekade terakhir ini.

    Bahkan, meski Los Blancos memiliki banyak youngster menjanjikan, tak satu pun pemain akademi yang mampu menjadi pilar tim utama semenjak Iker Casillas.

    Memang ada yang cukup sukses — Nacho, Lucas Vazquez, dan Dani Carvajal contohnya — tetapi Madrid bisa dibilang telah menelantarkan sistem pembinaan pemain muda mereka yang sejatinya berkualitas dan lebih melirik youngster-youngster di luar sana.

    Nama-nama seperti Achraf Hakimi dan Juan Mata adalah jebolan akademi Madrid sebelum sukses bersama klub lain. Dua nama itu, di periode tertentu, harusnya bisa menjadi anggota skuad yang berharga.

    Chelsea juga cukup sering melakukan hal yang sama, meski bisa dibilang memiliki akademi terbaik di Inggris, bahkan Eropa. Jamal Musiala lepas ke Bayern Munich sebelum sempat masuk tim utama, sementara Fikayo Tomori dan Tammy Abraham dilego ke Serie A meski menjanjikan. Terkini, Mason Mount perlahan disingkirkan dari starting line-up— dan sangat mungkin hengkang musim panas ini.

    Memang, sulit untuk memprediksi seorang youngster bakal berkembang sebaik apa, apalagi jika pemain-pemain yang memblokir jalurnya menuju tim utama adalah pemain kelas dunia. Tapi toh skuad Chelsea tak bagus-bagus amat, mahal sih iya. Untuk itu, Boehly jangan sampai meniru Perez yang alergi mempromosikan pemain akademi dan harus berusaha mempertahankan para santri dan lulusan 'Padepokan Cobham', sekalipun harus meminjamkan mereka.

  • Ronaldo Casemiro Real MadridGetty Images

    LAKUKAN: Jual di waktu yang tepat

    Real Madrid kejam di bursa transfer. Kendati fans setia bukan main pada para pemain yang tengah bersinar, Perez selalu membuang jauh sentimen ketika menjual bintang-bintang terbesar El Real, apalagi jika mereka sudah tak lagi berguna bagi timnya.

    Cristiano Ronaldo, Casemiro, Angel Di Maria, Mesut Ozil, dan Gonzalo Higuain dilepas ketika mereka meminta pergi atau dianggap tak lagi berguna. Madrid juga cerdas mengelola kontrak. Sergio Ramos contohnya, ia dipersilakan pergi begitu ketahuan bahwa masa jayanya sudah habis.

    Di sisi lain, Chelsea bukan penjual terbaik. Lebih tepatnya jarang menjual di saat yang tepat. Memang, Eden Hazard dan Juan Mata dilepas dengan profit yang sehat, pun harga jual Alvaro Morata hampir balik modal, tetapi catatan mereka dalam penjualan lebih sering ngawur.

    Dan sekarang adalah periode krusial bagi The Blues untuk mulai merampingkan skuad. Mungkin lebih krusial daripada membeli pemain atau pun merekrut manajer yang tepat. Lupakan flop dari rezim sebelunya seperti Kepa Arrizabalaga atau Romelu Lukaku, era Boehly yang belum genap setahun saja sudah menjatuhkan Chelsea ke dalam masalah finansial serius dan ia harus melego beberapa anggota tim utama untuk bisa menyeimbangkan neraca keuangan.

    Sejauh ini Boehly sudah mengambil sikap yang gaul dan ramah. Sudah saatnya ia menjadi kejam.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • Michael Owen Real MadridGetty Images

    PANTANG: Cari musuh dengan hampir semua owner lain

    Perez bukan sosok yang populer, dan sepertinya ia memang menyukai itu.

    Presiden Madrid tersebut dengan senang hati memainkan peran supervillain, menggunakan kekuasaan klubnya dengan lalim dan tanpa kehati-hatian. Pola perilaku ini sudah ia tunjukkan sejak awal masa baktinya di Madrid, ketika ia merampas Luis Figo dari Barcelona dalam kebijakan besar pertamanya sebagai presiden klub.

    Saat itu awal mula era Galacticos, ketika Madrid merekrut nama-nama terbesar di sepakbola Eropa tanpa pikir panjang, memboyong nama-nama seperti Ronaldo, David Beckham, sampai Michael Owen ke Santiago Bernabeu.

    Kebijakan mendatangkan satu bintang besar tiap bursa musim panas pun memicu amarah owner lain di Eropa, dan arogansi Perez menjadikannya sosok yang tak disukai di luar Madrid.

    Boehly sudah mulai menunjukkan kecenderungan untuk menapaki jalan serupa. Beberapa ide-idenya, termasuk menggelar laga all-star Liga Primer Inggris, sudah ditanggapi dengan kecaman. Kalau kata warganet, jangan ngadi-ngadi ya, Boehly.

  • Boehly - CordenGetty/GOAL

    LAKUKAN: Percayai ahli-ahli sepakbola

    Harus dikatakan, kesalahan terbesar Boehly sejauh ini adalah menjadikan dirinya direktur sepakbola di awal eranya sebagai pemilik menjelang bursa transfer musim panas 2022.

    Akibatnya adalah makin banyak rekrutan buruk yang memperkeruh skuad Chelsea, dan keinginannya merekrut Cristiano Ronaldo memicu pemecatan Thomas Tuchel. Jika ditotal, owner baru The Blues sudah menghabiskan lebih dari £600 juta untuk belanja pemain semenjak mengambil alih klub — seringkali tanpa ada dasar yang jelas. Dan sulit untuk berkata bahwa pemain-pemain baru itu telah membuat impak berarti di lapangan, mungkin kecuali Enzo Fernandez dan Benoit Badiashile.

    Sementara itu, Perez sepenuh hati percaya pada jaringan transfer Madrid yang ekstensif dan mempekerjakan orang-orang sepakbola yang tepat. Kepala pemandu bakat Juni Calafat berhasil merekrut pemain-pemain seperti Vinicius Junior, Rodrygo, Federico Valverdo, dan, yang terkini, Endrick. Dan kini Madrid pun menjadi surga perkembangan pemain muda, sembari mempertahankan status sebagia destinasi impian para megabintang.

    Boehly, terlepas dari niat baiknya dan rogohan koceknya yang maut, bukanlah seorang genius sepakbola. Dan sepertinya ia sudah mau mengakuinya, setelah menyusun tim yang lebih koheren dan piawai untuk menjalankan bisnis transfer. Tetapi setelah banyaknya uang yang telah dihamburkan, mungkin semua ini sudah terlambat.

    Ia mungkin juga jangan mengangkat telepon jika James Corden menghubunginya setelah ini.

  • Florentino Perez Real MadridGetty Images

    PANTANG: Meng-'acc' ide buruk

    Perez sudah sejak lama tak disukai, dan reputasinya semakin buruk ketika mengepalai kampanye Liga Euper Eropa dua tahun lalu. Presiden Madrid itu menjabat posisi ketua, dan menjadi yang paling vokal mempromosikan kompetisi destruktif itu sebagai sesuatu yang baik untuk sepakbola.

    Ide tersebut untungnya hancur dengan segera, tetapi Perez tak pernah benar-benar mengikhlaskannya, dan bahkan menggunakannya untuk menjalin persekutuan dengan presiden Barcelona Joan Laporta sebuah pertemanan aneh yang saat ini sedang diuji.

    Hingga kini, Perez masih berargumen mendukung Liga Super, mengklaim bahwa anak muda zaman sekarang tak lagi tertarik dengan sepakbola yang ada saat ini.

    Terlepas dari kebenaran pandangannya, dukungannya untuk Liga Super cuma semakin membuatnya diasingkan oleh dunia sepakbola. Boehly harus jaga jarak dari ide-ide serupa yang sangat mungkin muncul di tahun-tahun ke depan.

  • Vinicius Madrid Espanyol 22-23Getty Images

    LAKUKAN: Percayai pemain baru

    "Demi nama ibuku, dia [Vinicius Jr.] itu bermain melawan kita!" adalah kutipan yang merangkum musim Madrid 2020/21 dengan sempurna. Kata-kata tersebut, dilontarkan Karim Benzema kepada Ferland Mendy, mewakili rasa frustrasi terhadap penampilan sang winger Brasil yang saat itu masih remaja dalam balutan seragam Madrid.

    Vinicius amat inkonsisten di musim-musim awalnya bersama Los Blancos. Meski memang sudah menunjukkan tanda-tanda bakal elektrik seperti sekarang, pengambilan keputusan serta minimnya produk akhir menjadikan Vinicius sosok yang tak disukai di beberapa sudut fanbase Madrid. Rodrygo juga mengalami hal serupa. Eduardo Camavinga dan Aurelien Tchouameni juga tak lolos dari jerat peragu dan haters.

    Tetapi kini mereka berempat meledak. Vinicius dan Rodrygo memang sejak awal punya potensi untuk menjadi winger andal. Sementara Tchouameni dan Camavinga sangat piawai di lini tengah.

    Nama-nama di atas adalah perekrutan cedar pada masanya, dan kesabaran Madrid untuk memberi mereka kesempatan bermain — alias belajar sambil bekerja — membuahkan hasil yang manis.

    Masalah Chelsea adalah strategi transfer mereka terlampau serampangan sehingga sulit untuk mengidentifikasi pemain mana yang cocok dengan sistem mereka. Ya, kalau sistemnya tak ada atau tak jelas, mustahil mengetahui pemain mana yang punya masa depan di Stamford Bridge. Tetapi, dengan asumsi manajer baru hadir di musim panas dan menyelaraskan visi, Chelsea harus siap untuk percaya pada pemain yang bisa dipastikan akan mengalami momen-momen sulit, terlebih mengingat betapa mudanya usia skuad mereka.

  • Jovic & HazardGetty

    PANTANG: Beli megabintang mahal

    Uhh, sepertinya pelajaran yang ini sudah terlambat, ya.

    Boehly sudah merogoh kocek begitu dalam untuk mendatangkan pemain-pemain yang serupa. Ia berkali-kali terjun ke bursa pemain, tanpa mendatangkan satu pun yang menginspirasi. Mungkin Enzo Fernandez akan sukses di London barat, tetapi ia bukan main mahalnya. Pun Benoit Badiashile juga terlihat sebagai pembelian yang cerdas, tapi entah mengapa justru tersingkir dari starting XI liga akhir-akhir ini. Selain dua nama itu, sulit untuk menjustifikasi belanja gila Chelsea.

    Ini adalah sebuah kesalahan yang beberapa kali Real Madrid lakukan selama rezim Perez. Eden Hazard, Luka Jovic, James Rodriguez, dan bahkan Kaka tak bisa dibilang sukses di Blancos meski harga mereka selangit. Bahkan, tak satu pun dari mereka berempat meneken kontrak baru di Madrid — dan Hazard sepertinya tidak akan bertahan di ibu kota Spanyol setelah musim depan. Selain itu masih ada penghamburan uang yang tak kalah memalukan. Danilo, Walter Samuel, dan Jonathan Woodgate (ingat beliau?) adalah deretan investasi yang boncos.

    Perlu diakui bahwa kedua klub sama-sama memiliki kemewahan untuk berboros-ria. Tapi bukan berarti mereka HARUS melakukannya. Boehly kabarnya sempat berminat memboyong Ronaldo ke Stamford Bridge meski gagal. Ia harus menilik sejarah kegagalan besar transfer-transfer mahal Madrid (dan klubnya sendiri) untuk tahu mengapa menggelontorkan uang banyak bukanlah jawaban dari suatu persoalan.

  • Mykhailo Mudryk Chelsea 2022-23Getty

    LAKUKAN: Buang para flop

    Namun, atas segala kesalahan mereka di bursa transfer, Madrid seringkali dengan piawainya mendepak mereka. Hazard diasingkan ke bangku cadangan. Jovic dibuang dengan segera. Kaka langsung dilupakan begitu Mesut Ozil tiba.

    Tentu saja bahwa ini adalah kemewahan yang dimiliki klub besar, bahwa flop-flop mahal bisa diasingkan. Tapi Madrid, dan Perez, adalah ahlinya dalam melepas nama besar. Hazard adalah kesalahan besar mereka, tetapi kesuksesan di sektor lain membuatnya dilupakan, dan jarang menjadi amunisi untuk mengejek Madrid.

    Beberapa transfer Chelsea memang masih bisa sukses. Mykhailo Mudryk sesekali tampak menjanjikan, sementara Enzo adalah bakat besar yang bisa sukses di berbagai sistem. Tetapi untuk mereka yang kemungkinan besar akan gagal, siapa pun itu, Boehly harus mencontek lembar jawab Madrid dan memastikan mereka cuma menjadi seonggok nama yang terlupakan.

0