Robert Lewandowski Karim Benzema Barcelona Real Madrid 2022-23 GFXGetty

Dongeng Supremasi Barcelona: Bagaimana Armada Xavi Pecundangi Real Madrid Di Pacuan La Liga

Harusnya tak seperti ini. Barcelona harusnya cuma menjadi 'pesaing' Real Madrid tahun ini. Mereka harusnya tidak menjuarai La Liga.

Bahwa armada Xavi Hernandez unggul 12 poin di bulan Maret – tanpa ada tanda-tanda akan terjegal – itu adalah sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya.

Namun, di sanalah mereka berada. Barca tak tertandingi sebagai tim terbaik di La Liga musim ini, melewati segala halang rintang, berlari menuju gelar La Liga pertama dalam empat tahun.

Dan dihadapkan pada tim Real Madrid yang baru saja mengawinkan gelar domestik dengan Eropa, bahkan mungkin bakal meraih Liga Champions ke-15 tahun ini, bisa sesukses sekarang adalah pencapaian yang mengesankan bagi Barca.

Tapi kesuksesan ini bukan durian runtuh. Barcelona tidak tiba-tiba jadi tim bagus.

Ya, mereka memiliki semua kepingan yang diperlukan untuk meraih gelar liga, merampasnya dari tangan Los Blancos dengan brutal dan tanpa ampun.

Dan kemenangan Senin (20/3) ini menjadi sinyal terkuat, bahwa pacuan gelar sudah berakhir.

Di bawah, GOAL menilik mengapa dan bagaimana bisa Barcelona unggul begitu jauh dari Madrid dengan 12 laga La Liga tersisa...

  • lewandowski(C)Getty Images

    Robert Lewandowski

    Sederhana saja, kok: jika tim Anda kekurangan gol, maka mungkin sudah seharusnya Anda mencari sosok yang bisa mencetak gol.

    Lebih mantap lagi ketika striker yang Anda dapatkan adalah salah satu striker tersubur di era modern, mungkin yang pernah ada.

    Lewandowski memiliki segala yang Barcelona bisa harapkan.

    Musim lalu, Blaugrana cuma mengandalkan sumbangan Memphis Depay, Pierre-Emerick Aubameyang, dan Ferran Torres sebagai produsen gol di lini depan. Hasilnya adalah tim yang tak bisa konsisten menjebol gawang lawan.

    Dan kini, dengan Lewandowski sebagai tumpuan, mereka memiliki pencetak gol subur untuk pertama kalinya semenjak Luis Suarez hengkang tiga tahun lalu.

    Bomber Polandia ini telah mengoleksi 15 gol La Liga plus lima assist, dan merupakan unggulan utama memenangi sepatu emas meski akhir-akhir ini kerap absen lantaran cedera dan sanksi.

    Mungkin juga memiliki seorang pemenang berantai bisa menguntungkan skuad Anda. Lewandowski selalu menjuarai gelar liga setiap musim sejak 2014/15. Kalau ada satu sosok yang tahu caranya menang maraton 38 laga, Lewy-lah orangnya.

  • Iklan
  • Raphinha(C)Getty Images

    Gol dari segala lini

    Tapi Lewandowski bukan satu-satunya yang mencetak gol.

    Perihal ini, Barcelona bukan cuma mencetak gol lebih banyak, mereka juga memiliki pencetak gol lebih banyak. Tiga belas pemain sudah menyumbang gol untuk Blaugrana musim ini, kelima terbanyak di La Liga. Enam anggota skuad Xavi juga sudah mencetak lebih dari lima gol, sementara 12 pemain punya lebih dari satu assist.

    Barcelona sudah terlalu lama nyaman mengandalkan kegeniusan individual, mengemis pada Messi, Suarez, atau Neymar untuk menjebol gawang lawan. Dan ketika mereka bertiga hengkang, meski tak bersamaan, Barca seperti hilang arah, tak tahu harus ke mana.

    Namun tahun ini, semua anggota skuad terlibat. Ketika Lewandowski menepi, Ousmane Dembele yang maju. Ketika Dembele cedera, Raphinha jadi protagonis. Sementara Gavi dan Pedri juga menjaga aliran gol tak hanya datang dari lini depan.

    Banyaknya jumlah pencetak gol itulah yang mendorong sebuah tim bisa merajai puncak performa. Pendek kata, Barca musim ini selalu bisa masuk papan skor – tak peduli siapa yang ada di lapangan.

  • Pedri Gavi Barcelona 2022-23Getty Images

    Lini tengah yang megah

    Di awal musim, Frenkie de Jong tak seharusnya bertahan di Barca, Sergio Busquets ketuaan, Gavi terlalu grusa-grusu, sementara Pedri, meski berkelas, terlalu sering cedera.

    Maka, Barcelona terjun ke bursa transfer untuk memanggil bala bantuan lini tengah. Franck Kessie memang gratisan dan gol kemenangannya di El Clasico Senin ini sangat bisa dibilang telah membayar lunas segala gaji yang Barca bayarkan padanya, tetapi tetap saja ia bukan sosok yang bisa sepenuhnya diandalkan.

    Namun, Xavi tahu betul menciptakan lini tengah yang seimbang, dan berhasil menyusun unit gelandangnya dengan sempurna.

    Hasilnya mulai kentara di Januari, ketika ia menggunakan formasi 4-2-3-1, memasang empat gelandang tengah di skema yang sekilas terlihat timpang. Tapi taktik-taktiknya acap kali jitu, dan memaksimalkan empat opsi terbaiknya.

    Dan ketika ada satu dari unit tersebut yang ditumbangkan cedera, entah Kessie atau Sergi Roberto bisa melapisi dengan mudah karena sistemnya juga mumpuni.

    Tapi tentu saja racikan Xavi bukan tanpa cela, tapi Barcelona memiliki soliditas yang krusial di tengah lapangan. Mereka pun sering kali mengendalikan berbagai kontes, meraih kemenangan demi kemenangan.

  • Ter Stegen Jordi Alba 2022-23Getty Images

    Pertahanan yang keras bak karang!

    Jika melihat empat bek Barcelona sebelum musim dimulai, mustahil memprediksi pasukan Xavi akan menjadi tim dengan rekor pertahanan terbaik di Eropa.

    Banyak tanda tanya yang saat itu tak terjawab, dari kebugaran Ronald Araujo sampai kaki Jordi Alba yang menua. Musim 2021/22 yang buruk dari Marc-Andre ter Stegen pun seperti menjadi pertanda bahwa musim ini bakal berat.

    Namun, ternyata Barcelona berhasil menyusun unit dengan pertahanan tebaik di kancah domestik di seantero Eropa. Blaugrana cuma kemasukan sembilan gol di La Liga, yang hampir separuhnya dicetak oleh Real Madrid.

    Ter Stegen mencatatkan 19 clean sheet dalam26 laga, sementara Andreas Christensen yang direkrut gratis dari Chelsea juga maha impresif. Mereka juga semakin melayang usai meninggalkan beban bernama Gerard Pique.

    Tapi bukan kualitas individual yang menggendong Barca sejauh ini.

    Blaugrana memiliki statistik penguasaan bola tertinggi di liga, dan Busquets yang berposisi lebih mundur membuat mereka lebih kebal terhadap serangan balik dibanding tahun lalu.

    Alejandro Balde yang lebih muda dan energik juga meningkatkan kekokohan Barca di sisi kiri.

    Ketika semua kepingan tersusun sempurna, tak heran Barca amat sangat solid.

  • Franck Kessie Barcelona Viktoria 2022-23Getty Images

    Fleksibilitas taktik + transfer jitu

    Bursa transfer Xavi di musim panas mendapat tanggapan yang bermacam-macam. Lewandowski jelas dianggap sebagai pembelian top, sementara Jules Kounde dilabeli sebagai langkah cerdas,

    Tapi nama-nama lain, seperti Marcos Alonso, Kessie, dan Raphinha, malah membingungkan. Namun ternyata ketiganya berkontribusi nyata, mengisi berbagai lubang di lapangan untuk menyokong tim.

    Alonso, yang berposisi alami sebagai bek sayap kiri, sesekali diplot sebagai bek sentral. Kessie, perwujudan keserbagunaan di AC Milan, dan sudah mendalami perannya dipasang lebih maju ke depan di Barca ketika diperlukan. Peranannya pun krusial pada gol semata wayang Barcelona di Santiago Bernabeu kala Blaugrana mengalahkan Madrid 1-0 di leg pertama semi-final Copa del Rey, dan kembali menjadi pahlawan di El Clasico versi La Liga.

    Sementara itu Raphinha juga beradaptasi bermain di kedua sayap untuk mengakomodasi pemain-pemain lain.

    Ini adalah kepingan-kepingan kecil yang jika diakumulasi akan menghadirkan perbedaan ketika pemain inti dilanda badai cedera. Dan dari pahlawan-pahlawan tanpa minim tanda jasa inilah Barca memperoleh kehidupan musim ini.

  • Xavi Barcelona Real MadridGetty Images

    Xavi

    November kemarin, ketika Barcelona tersingkir dari fase grup Liga Champions, pemecatan Xavi bergaung di Catalunya dan dunia.

    Ini bukan kali pertama peran Xavi dipertanyakan. Setahun lalu, dia sendiri yang mengaku bahwa nasibnya di ujung tanduk, dan pasrah bahwa klub papan atas adalah bisnis yang berorientasi hasil.

    Tapi sejak saat itu, Xavi bukan cuma menyelamatkan jabatannya; dia juga menegaskan dirinya sebagai salah satu pelatih tercerdas di La Liga. Mungkin yang terpenting justru bahwa mantan gelandang Barca ini sudah menerima bahwa anak asuhnya tidak akan selalu mendominasi pertandingan.

    Timnya bermain tanpa ego, dengan bakat yang mumpuni di lapangan untuk melahirkan momen-momen besar, tetapi cukup solid sampai-sampai nama-nama terbesar pun tak keberatan mengorbankan dirinya demi tim jika diperlukan.

    Memang tak selalu seperti masa jaya Barcelona era 2000-an dan 2010-an, tapi ia berhasil membuat skuadnya bermain sesuai yang ia inginkan. Seperti yang ditunjukkan pendahulunya, Ronald Koeman, hal itu tidaklah mudah.

    Kelemahan mereka masih kentara: performa Barca di Eropa benar-benar bobrok, dan terkadang ceroboh begitu tiba di depan gawang.

    Tapi sepertinya Xavi akan memenangkan La Liga di musim penuh pertamanya. Dalam bisnis yang berorientasi hasil, sulit untuk mengerdilkan posisi Xavi.

  • Carlo Ancelotti Real Madrid Liverpool Champions League 2022-23Getty

    Lawan yang keteteran

    Atas segala kesuksesan Barca, sulit untuk membayangkan Madrid ternyata sesemenjana sekarang. Mereka memang melepas Casemiro musim panas kemarin, tapi kehadiran Aurelien Tchouameni, juga perkembangan Eduardo Camavinga, Federico Valverdo, dan Vinicius Junior harusnya cukup bagus untuk membawa Los Blancos melayang musim ini.

    Kenyataannya, Madrid gagal meningkatkan permainan mereka. Mereka memang ketiban sial soal cedera, Karim Benzema saja sudah menepi 10 kali di La Liga. Namun mengingat kualitas skuad mereka, harusnya gejolak apa pun bisa diatasi.

    Ironisnya, musim Madrid sebenarnya sangat mirip dengan tahun lalu. Mereka diproyeksikan meraih 82 poin, hanya empat angka lebih sedikit dari tahun lalu, dan diproyeksikan menang, kalah dan imbang dengan jumlah yang serupa. Catatan pertahanan pun identik, dan meski produktivitas diprediksi menurun, Los Blancos sebenarnya mereplikasi musim ketika mereka juara La Liga.

    Maka, perbedaannya adalah Barcelona berhasil berkembang, sementara Madrid jalan di tempat.

    Namun musim ini belum berakhir bagi pasukan Carlo Ancelotti, mengingat kiprah mereka di Liga Champions tetap garang seperti biasa.

    Tapi mereka gagal mengimbangi langkah sang musuh bebuyutan di La Liga, dan kemungkinan besar, jika bukan hampir pasti, akan membuat mereka turun takhta sebagai tim terbaik di Spanyol.

  • Ansu Fati Pedri Barcelona 2022-23Getty Images

    Mental baja!

    Ketika Xavi mulai menjabat pelatih Barcelona sekitar 18 bulan lalu, ia berjanji akan mengembalikan tradisi klub. Dia membawa-bawa DNA Barca, tekadnya untuk memainkan sepakbola menyerang. Memang bukan Tiki-Taka, tapi setidaknya anak asuhnya akan selalu mendominasi lawan.

    Sekarang semua janji itu cuma menjadi pepesan kosong! Namun, ini bukan hal buruk, kok.

    Jangan salah, Barcelona adalah tim yang menyerang, tetapi mereka juga bisa bermain brutal dengan baik. Tidak jarang Blaugrana memaksakan kemenangan dengan cara yang jelek dan tidak anggun. Kemenangan 1-0 atas Villarreal, Girona, Getafe, dan Valencia, semuanya perlu kerja keras.

    Memang sesekali ada momen-momen mendebarkan; Ter Stegen terpaksa harus jadi penyelamat lebih sering dari yang Xavi inginkan.

    Tapi tak pernah ada kepanikan nyata yang menyelimuti skuad Barca – bahkan ketika mereka terlihat tertekan. Terkadang, kontes yang sengit seperti itu tak baik untuk jantung para Cules senior. Tapi satu yang penting: sistemnya bekerja!

  • Barcelona's Spanish midfielder Pedri (R) celebrates with Barcelona's Spanish midfielder Gavi and Barcelona's Polish forward Robert Lewandowski (C)Getty Images

    ...dan sedikit keberuntungan

    Semua kampiun liga memerlukan sedikit bantuan Dewi Fortuna. Entah itu sesekali mendapat keputusan menguntungkan dari wasit, atau lawan dihantam badai cedera di momen sempurna. Terkadang yang namanya takdir memang suka bercanda.

    Dan Barcelona telah mendapat banyak momen-momen yang demikian musim ini.

    Pernah Stefan Savic mendapat kartu merah konyol ketika Atletico Madrid terus menggempur dan sepertinya sedikit lagi mencetak gol penyeimbang, tapi Blaugrana berhasil merebut tiga poin pada akhirnya.

    Ada pula ketika gol penyama kedudukan Athletic Bilbao dianulir VAR akhir pekan kemarin.

    Carlo Ancelotti merasa lesakkan Marco Asensio harusnya bisa memberi kemenangan untuk Madrid, namun dipatahkan keputusan wasit yang, meminjam kata-katanya, meragukan.

    Momen-momen ini tentu akan menjadi bahan pergunjingan fans rival. Tapi tak bisa dipungkiri, mereka krusial dalam menentukan hasil akhir suatu musim, apalagi bagi tim yang bermain penuh percaya diri dan penuh tekad seperti Barcelona asuhan Xavi Hernandez.

0