Gianni InfantinoGetty Images

FIFA Kalah Di Pengadilan, Harus Bayar Rp1,2 TRILIUN Ke Mantan Gelandang Arsenal, Chelsea, & Real Madrid!

  • Diarra menuntut kompensasi €65 juta (Rp1,2 triliun) dari FIFA
  • Gugatan mengikuti keputusan oleh CJEU
  • Klaim massal terpisah yang melibatkan lebih dari 100.000 pemain
  • Real Madrid v Valencia - La LigaGetty Images Sport

    APA YANG TERJADI?

    Saga hukum Lassana Diarra bermula pada 2014 saat berselisih soal gaji dengan klubnya saat itu, Lokomotiv Moscow. Ia menolak berlatih setelah berseteru dengan pelatih saat itu, Leonid Kuchuk, dan emoh menyepakati proposal pengurangan gaji. Kontraknya pun diputus, tapi Mahkamah Arbitrase Olahraga (CAS) justru memerintahkan Diarra membayar €10 juta kepada Lokomotiv karena dianggap melanggar kontrak.

    Sebuah regulasi FIFA di bagian Peraturan Tentang Status & Transfer Pemain (RSTP) mencegah pemain bergabung dengan klub baru jika ia mengakhiri kontrak di klub lamanya lebih cepat dari durasi tertera tanpa "alasan yang sah".

    Putusan CAS, ditambah regulasi FIFA, menciptakan apa yang disebut pengacara Diarra sebagai "risiko finansial yang tak dapat diprediksi dan berpotensi sangat tinggi" bagi klub mana pun yang ingin merekrutnya. Akibatnya, sengketa hukum tersebut efektif menghentikan laju kariernya. Kepindahan Diarra ke klub Belgia, Sporting Charleroi, pun batal, dan ia tak bisa bermain sepakbola profesional selama lebih dari setahun.

  • Iklan
  • FBL-MOROCCO-FIFAAFP

    SITUASINYA

    Didukung FIFPRO—serikat pesepakbola dunia—Diarra membawa kasus ini ke Pengadilan Uni Eropa (CJEU) dengan argumen bahwa butir dalam aturan RSTP FIFA secara ilegal telah melanggar hak "kebebasan bergerak pekerja" di bawah hukum UE. Pada Oktober 2024, CJEU berpihak pada Diarra, menyebut aturan FIFA memang menimbulkan "risiko finansial yang tak dapat diprediksi dan berpotensi sangat tinggi" bagi pemain. Putusan ini dianggap bersejarah dalam kancah hukum olahaga, menargetkan hak pemain untuk mengakhiri kontrak lebih awal. Putusan ini berpotensi melahirkan revolusi yang disejajarkan dengan Bosman ruling 1995, yang dulu membuka jalan untuk transfer bebas saat kontrak pemain berakhir.

  • GUGATAN MASSAL!

    Kini, setelah dasar hukum ditegakkan, kasus ini memasuki babak baru: penututan kompensasi. Diarra menuntut €65 juta (Rp1,2 triliun) dari FIFA dan PSSI-nya Belgia sebagai ganti rugi. Masih didukung FIFPRO, bekas penggawa timnas Prancis itu menegaskan bahwa perjuangannya bukan semata untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk melindungi "pemain menjanjikan dan kurang dikenal yang tak punya sarana finansial maupun mental untuk melawan FIFA di pengadilan." Sentimen ini melahirkan gugatan kelompok atau class action bertajuk "Justice for Players", yang seekarang bersiap untuk menuntut ganti rugi miliaran euro atas nama sekitar 100.000 pesepakbola yang juga terdampak aturan FIFA sejak 2002.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • FBL-FRA-UNFP-AWARDSAFP

    SELANJUTNYA UNTUK DIARRA & FIFA

    Karena FIFA menolak penyelesaian damai, kasus ini kembali ke pengadilan nasional Belgia untuk penegakan. Kuasa hukum Diarra, Martin Hissel, memperkirakan putusan keluar dalam 12-15 bulan. Kini target jangka pendek Diarra adalah menerima kompensasi yang ia yakini sebagai haknya akibat kerusakan yang dialami karier sepakbolanya. Namun legasi jangka panjang yang ia tinggalkan sudah jelas: seperti Jean-Marc Bosman dulu, Diarra kini menjadi simbol revolusi untuk hak-hak pemain.

0