Peter Olawale hanya butuh 21 menit untuk memperkenalkan dirinya di Piala Dunia U-17 pada 2019 lalu.
Dimainkan sebagai starter di pertandingan ketiga Nigeria di babak grup di Brasil, sang penyerang memperdaya kiper Australia Adam Pavlesic dengan tendangan kaki kiri melengkung nan mengesankan jelang pertengahan babak pertama.
Meski Nigeria akhirnya kalah 2-1, gol itu memberi Olawale kesempatan untuk mengumumkan namanya di panggung global.
Diberkati dengan kecepatan dan tinggi 188cm, penyerang berusia 18 tahun itu menjadi ancaman berbahaya dan sosoknya lantas dibandingkan dengan legenda Brasil Ronaldo Nazario, yang dikenal akan instingnya mencetak gol dan kegemarannya untuk unjuk kebolehan saat situasinya memungkinkan.
Olawale, yang memulai karier sebagai winger, mengaku mengidolai eks Real Madrid dan Barcelona tersebut, dan tidak menutupi hasratnya untuk mengikuti jejak sang legenda.
“Idola saya adalah Ronaldo [Nazario],” kata Olawale kepada Goal dalam wawancara eksklusif. “Saya menyukai cara dia bermain, dia begitu cepat, punya skill tingkat tinggi dan dilengkapi dengan kekuatan dalam menendang. Itu adalah karakteristik yang saya miliki.
“Saya selalu menyaksikan cuplikan video-nya dan saya terus bekerja keras untuk bisa lebih baik dari dia. Meski saya merasa terhormat untuk dibandingkan dengan ikon sepakbola itu, saya selalu berusaha untuk menjadi diri sendiri.”
Seperti kebanyakan pesepakbola yang lahir di Lagos, kecintaan Olawale pada si kulit bundar membuatnya mengesampingkan pendidikan sekolah, dan dia kerap absen dari kegiatan akademis untuk berlatih dengan tim akar rumput di lingkungannya.
Tapi itu justru menimbulkan masalah besar bagi keluarganya, yang berharap putra mereka menjadi insinyur mesin.
Ayahnya, yang telah gagal dalam upayanya untuk menjadi pesepakbola profesional, awalnya bersikeras pada pendidikan, tetapi setelah dibujuk, Olawale senior akhirnya mengalah dan setuju untuk mempercayakan bakat bermain bola putranya kepada bos Tripple 44 Academy, Samuel Olatunji-Okuku.
“Awalnya, saya tidak menganggapnya terlalu serius karena saya merasa dia tidak melakukan sesuatu yang istimewa, mungkin karena saya pernah menjadi pesepakbola,” kata ayah Olawale, Rauf, kepada Goal. “Beberapa pelatih datang ke rumah saya untuk meyakinkan saya, tapi saya pantang menyerah.
“Peter berprestasi buruk di sekolah, tapi saya merasa itu akan menjadi keputusan yang tidak rasional meminta dia untuk keluar untuk mengejar impian sepakbolanya karena begitu banyak pemuda [di Lagos] telah menyia-nyiakan sebagian besar hidup mereka dalam upaya mengejar impian sepakbola.
Fifa.com“Dia introvert tapi saat dia bersama bola, dia menjadi makhluk lain sepenuhnya.
“Melihat dia mewakili Nigeria di Piala Dunia U-17 dan juga mencetak gol melawan Australia masih mendominasi pikiran saya. Saya masih merasa seperti sedang bermimpi."
Sikap pendiam Olawale di luar lapangan awalnya menjadi pertimbangan ketika dia tiba di Tripple 44, dengan para pelatih menilai dia terlalu ‘lembek’ untuk menjadi seorang profesional.
Persepsi itu segera hancur dalam sembilan menit setelah debutnya, dengan ia mencetak dua gol untuk menarik perhatian sejumlah penonton.
Check out football's latest wonderkids with NxGn:
“Ketika Peter pertama kali bergabung dengan Tripple 44 pada usia 14, dia diminta bermain melawan tim utama karena tim U-15 telah bermain dalam sebuah kompetisi,” kata Olatunji-Okuku kepada Goal.
“Meskipun bermain melawan mereka yang lebih tua usianya, saya bisa melihat pemain yang cepat, terampil dan kuat yang bisa menciptakan peluang dari situasi nol. Sayangnya, dia tidak bisa menyelesaikan tes pertandingan meski mencetak dua gol karena dia diganti akibat cedera.
“Dia berlatih dengan tim saya selama lebih dari dua bulan dan saya terkesan dengan level kemampuan teknisnya, kemampuan menggiring bola dan bakatnya untuk mencetak gol.
“Selain itu, dia adalah pemain yang ingin dimiliki setiap pelatih di timnya karena dia pekerja keras dan bisa bermain di posisi apa pun... kecuali penjaga gawang!”
Setelah kembali dari Piala Dunia, Olawale menarik minat Lille, Borussia Dortmund, Anderlecht dan Besiktas sementara raksasa Turki Galatasaray menawarkan sekitar €500.000 untuk jasa sang penyerang, selagi tawaran ikut Sevilla ditolak.
Samuel Olatunji/GoalDortmund secara khusus muncul sebagai yang terdepan mengingat catatan apik mereka dalam mempromosikan talenta muda, tetapi jika Olawale pindah ke Eropa, dia ingin melakukannya dengan tim di mana dia akan langsung mendapatkan peluang di tim utama.
"Masalahnya di sini adalah bahwa Borussia Dortmund menginginkannya tetapi tidak dapat menjamin waktu bermain buat dia secara reguler, dan kami tidak ingin situasi di mana anak itu akan pergi ke klub di mana dia tidak akan diberi kesempatan," kata Olatunji-Okuku.
“Tak diragukan lagi, Dortmund adalah tim yang sangat solid dan mereka memiliki proyek yang bagus untuk para pemain muda.
"Namun demikian, jika Anda melihat bagaimana tim mereka dibentuk dalam beberapa tahun terakhir, Anda akan menemukan bahwa sebagian besar superstar mereka pertama kali mengukir namanya di tempat lain.
“Jadi untuk Olawale yang masih kecil, kami merasa lebih baik dia pergi ke suatu tempat dan mengembangkan dirinya. Dan jika Dortmund datang belakangan dalam kariernya, maka, tentu saja, itu akan menjadi langkah yang sangat bagus.”
Olawale akhirnya memilih tim divisi dua Israel Hapoel Ra'anana sebagai tujuan untuk melanjutkan perkembangannya, dengan transfernya menjadi resmi pada Agustus kemarin.
Tripple 44 Academy“Itu bukan rencana awal, tapi pandemi virus corona yang tidak disadari dunia memainkan peran kunci dalam kepindahan Olawale ke Israel karena banyak klub Eropa sangat enggan untuk merekrutnya tanpa uji coba,” kata Olatunji-Okuku.
Bintang Nigeria seperti Yakubu dan Vincent Enyeama menyempurnakan permainan mereka di Israel sebelum pindah ke liga-liga Eropa yang lebih menuntut, dan Olawale akan berharap bahwa transfer ke Ra'anana dapat menjadi batu loncatan pertama sebelum pindah ke tim yang lebih besar dan lebih baik.
Dia telah membuat awal yang sempurna setelah mencetak empat gol dalam laga uji cona pertamanya untuk tim arahan Gal Cohen sebelum kembali mencetak gol untuk tim U-19 selama jeda internasional sebagaimana dia menunggu debut penuh di tim utama.
"Menjelang pertandingan, saya memiliki keyakinan kuat bahwa saya akan mencatatkan nama saya di antara para pencetak gol," kata Olawale kepada Goal menyusul gol kompetitif pertamanya untuk klub barunya.
"Saya diikutkan bermain bersama tim muda klub karena jeda internasional. Sekarang fokus saya adalah di tim utama, dan pelatih Cohen telah memberi tahu saya bahwa kami akan segera menghadapi pertandingan besar.
"Dengan keberuntungan di pihak saya, saya berharap untuk terus mencetak gol."
Sementara di Nigeria, ada banyak optimisme terkait tim Super Eagles saat ini dan bakat-bakat yang muncul dari pemain seperti Victor Osimhen, Samuel Chukwueze, dan Josh Maja.
Jika Olawale mampu melanjutkan perkembangannya, mungkin dia bisa menjadi permata masa depan bagi sepakbola Nigeria.


