Nahuel Molina Udinese Cagliari Serie A 2021-22Getty

Nahuel Molina: Bek Tersubur Di Eropa, Dibidik Arsenal, Atletico Madrid & Juventus

Soal nama idola masa kecilnya, Nahuel Molina tak ragu sedetik pun. Ia dengan lantang menyebut bintang Argentina dan Paris Saint-Germain Lionel Messi.

Kekaguman Molina terhadap Messi, bukan tanpa alasan. Menurutnya, mantan pilar Barcelona tersebut menjadi inspirasinya dalam bermain sebelum akhirnya kini menempati posisi bek kanan.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

"Saya bermain lebih jauh ke depan, melebar, jadi saya mencintai Messi, dan bukan karena saya mirip dengannya atau apa pun, hanya karena dia pemain hebat, di level yang sama sekali berbeda dengan orang lain!" kata Molina kepada Goal.

Kemudian sangat dapat dimengerti, ketika dipanggil Argentina untuk pertama kalinya tahun lalu Molina sangat terkejut. Ia akhirnya bisa mendapat kesempatan bermain dengan idolanya.

"Seperti mimpi yang menjadi kenyataan," katanya. "Karena saya menontonnya di televisi sepanjang waktu ketika saya masih muda dan sangat terinspirasi olehnya."

Molina adalah lambang dari full-back modern. Ia nyaman menyerang area penalti lawan seperti saat mempertahankan dirinya sendiri.

"Ada begitu banyak pemain di posisi saya yang saya pelajari, tapi mungkin Trent Alexander-Arnold dan Reece James lebih dari kebanyakan," ungkapnya. “Tapi, di Serie A, saya juga sangat suka menonton Theo Hernandez dan Ivan Perisic."

“Ada banyak bek sayap yang menyerang dengan hebat di luar sana, tetapi saya sangat menyukai keempatnya. Saya melihat mereka untuk bisa saya ambil pelajaran dari mereka dan masukkan ke dalam permainan saya sendiri."

"Saya selalu berpikir apa yang bisa saya lakukan untuk mengambil langkah maju, baik secara ofensif maupun defensif."

Alexander-Arnold dan James mungkin lebih gemilang. Akan tetapi, Molina punya kelebihan dibanding mereka yakni dalam hal melakukan penyelesaian akhir.

Bagaimanapun, Molina merupakan bek tersubur di lima besar kompetisi top Eropa musim ini. Ia mencetak tujuh gol dalam 35 pertandingan Serie A Italia.

Ada dua kelebihan Molina yang tak dipunya bek lainnya. Semua orang tentu bakal setuju bila melihat penampilan pesepakbola berusia 24 tahun tersebut sepanjang musim ini.

Pertama, dalam ketenangan. Sebagai contoh, golnya melawan Cagliari bulan lalu, Molina memotong kiper Alessio Cragno dari jarak 30 meter dengan sikap acuh tak acuh.

Kemudian, ada fakta bahwa tiga golnya tercipta dengan kaki kirinya. Padahal, Molina lebih terampil dalam menggunakan kaki kanannya.

Lihat saja caranya dengan tenang menyapu bola dari tepi kotak penalti saat Udinese bermain imbang 1-1 dengan AS Roma di Dacia Arena pada Maret. Ia jelas belajar banyak selama bertahun-tahun mempelajari permainan kaki kiri Messi.

Performa yang ditunjukkan Molina, membuatnya menjadi komoditas panas untuk musim depan. Sejumlah klub telah mengamati permainannya.

Juventus diyakini menjadikan Molina sebagai pengganti Juan Cuadrado. Namun, media Spanyol mengklaim bahwa Diego Simeone tertarik untuk memboyong rekan senegaranya ke Atletico Madrid, hanya setahun setelah merekrut pemain Argentina lainnya, Rodrigo de Paul, dari Udinese.

Molina secara terbuka mengaku mengagumi Simeone. "Anda lihat bagaimana dia bersama timnya, hubungan yang dia miliki dengan para pemainnya, itu spesial."

Ada juga rumor yang beredar di Italia kalau Arsenal akan mencoba untuk menegosiasikan transfer yang saling menguntungkan. Pablo Mari tetap di Udinese setelah berakhirnya kesepakatan pinjamannya, dan Molina pindah ke London Utara.

Kepindahan Molina ke Arsenal tampaknya tidak jadi kenyataan. Ia ingin gabung ke klub yang bermain di Liga Champions, sedangkan The Gunners tak mendapat tiket tampil dalam ajang tersebut.

Selain itu, Molina menyerahkan keputusannya tetap bertahan atau tidak kepada Udinese. Ia yakin klub yang dibelanya tersebut pasti memikirkan yang terbaik.

"Saya sangat tenang. Saya tidak memikirkan kesenangan saya musim ini, tetapi juga tim."

Udinese punya peran besar dalam melesatnya karier Molina. Klub Italia tersebut yang mengasah kemampuannya sejak didatangkan dari Boca Junior pada 2020.

Sejatinya, Molina sangat mau tetap berseregam Boca Junior. Namun, tidak terjadi kesepakatan dengan kontrak baru yang ditawarkan sehingga ia memutuskan cabut.

“Saya telah menembus tim utama. Saya tidak banyak bermain, hanya beberapa pertandingan, dan kemudian saya dipinjamkan dua kali [ke Defensa Justicia, dan Rosario Central]."

“Saya jelas ingin bertahan di Boca. Tapi kami tidak menemukan kesepakatan dan jadi saya berakhir di Udinese, yang jelas merupakan kesenangan bagi saya."

Memang, tidak butuh waktu lama untuk Molina menyesuaikan diri dengan permainan Italia. Udinese dikenal klub yang bagus dalam membina pemain dari luar negeri khususnya Amerika Selatan.

“Ini jelas bukan kebetulan – mereka telah melakukan ini selama bertahun-tahun, membantu para pemain berkembang.”

"Klub melakukan pekerjaan yang bagus dengan pemain di belakang layar, terutama pemain baru dari luar Italia. Begitu Anda tiba di sini, mereka membuat Anda merasa nyaman."

“Jelas, saya beruntung ketika saya tiba ada juga pemain Argentina lainnya, seperti Rodrigo de Paul dan Juan Musso, tetapi saya juga langsung akrab dengan para pemain lainnya."

"Tapi ini juga tentang lebih dari itu: ada klub itu sendiri, strukturnya, stafnya, cara mereka menjaga semua orang sehingga setiap pemain dapat menghasilkan performa terbaiknya di lapangan."

Pada akhir musim pertamanya di Serie A, Molina mendapat panggilan untuk bermain di Copa America 2021. Ia tampil lima pertandingan dan turut membantu Messi meraih gelar pertamanya bersama Argentina.

"Jelas, Leo [Messi], dan begitu banyak orang lain dalam skuad itu, telah memainkan begitu banyak pertandingan besar selama bertahun-tahun di tim nasional, dan kehilangan beberapa final penting."

"Jadi, itu pasti sedikit menyenangkan bagi mereka untuk memenangkan Copa America, tanpa diragukan lagi."

“Tapi saya tidak berpikir itu telah mengubah Messi. Bukannya dia lebih santai sekarang, tekanannya hilang atau semacamnya, karena dia selalu memberi tekanan pada dirinya sendiri untuk menang."

“Itulah mengapa dia sangat bagus. Dia selalu ingin menang: setiap turnamen, setiap pertandingan, bahkan setiap sesi latihan!"

"Luar biasa, tetapi kami orang Argentina mungkin semua seperti itu - kami ingin memenangkan segalanya!"

Yang jelas menimbulkan pertanyaan: dapatkah Albiceleste menindaklanjuti kesuksesan Copa America yang telah lama tertunda dengan meraih Piala Dunia pertama sejak 1986 di Qatar akhir tahun ini?

"Sulit," renungnya. “Ini Piala Dunia, Anda tahu? Saya benar-benar tidak tahu apakah kami bisa menang atau tidak – ada begitu banyak tim kuat, dan sedikit perbedaan di antara mereka. Jadi, kami akan menjalani pertandingan demi pertandingan, dan melihat apa yang terjadi."

"Tapi kami memiliki skuad yang hebat, tidak diragukan lagi. Kami mungkin memiliki lebih dari dua pemain untuk setiap posisi. Beberapa pemain yang tidak masuk skuat sangat luar biasa."

"Jadi, untuk alasan ini, sungguh luar biasa bagi saya untuk berada di skuad saat ini, dan itu akan menjadi mimpi jika saya berhasil mencapai Piala Dunia juga."

Iklan