Jurgen Klopp Liverpool 2022-23 HIC 16:9Getty

Real Madrid, Siap Babak Belur? 6 Alasan Liverpool Akan Beri Comeback Liga Champions TERDAHSYAT Yang Pernah Ada

Dengan penuh rasa harap, alih-alih keyakinan, suporter Liverpool sudah mulai tiba di kota Madrid pekan ini.

Sejarah Liverpool memang kental akan keajaiban dan kemustahilan yang luar biasa, terutama di malam-malam sepakbola Eropa, tetapi fans The Reds paling optimistis sekalipun paham betul bahwa Mission: Impossible yang kali ni akan, seperti namanya, mustahil.

Tertinggal 5-2 pada leg pertama 16 besar Liga Champions, Liverpool menyambangi Santiago Bernabeu, rumah dari kampiun Eropa 14 kali (plus juara bertahan) Real Madrid, Kamis (16/3), dengan penuh kesadaran bahwa mereka harus menyuguhkan sebuah penampilan yang bisa mengerdilkan performa-performa maha dahsyat lain di sepanjang 131 tahun eksistensi mereka.

Mampukah mereka melakukannya? Logika sih berkata 'TIDAK'. Bagaimanapun, Real tanpa ampun mengeksploitasi berbagai kelemahan yang ditunjukkan skuad Jurgen Klopp di Anfield bulan lalu, dan kampiun Spanyol itu memenangkan lima dari enam pertemuan terakhir dengan Liverpool, termasuk kemenangan 1-0 di final edisi musim lalu.

Liverpool bahkan tak bisa mendapatkan hasil positif di kandang Bournemouth akhir pekan kemarin, tumbang 1-0 di tangan tim yang saat itu berstatus juru kunci Liga Primer Inggris. Inkonsistensi pasukan Klopp musim ini terasa benar-benar membagongkan.

Tapi, menyangkal logika, sejarah berkata bahwa jika ada tim yang mampu mengukir keajaiban, Liverpool-lah yang tim itu. Sedikit klub lain yang punya reputasi setara dalam hal comeback-comeback magis, di malam-malam akbar panggung Eropa.

GOAL menilik beberapa titik asa untuk dipegang teguh oleh suporter Liverpool...

  • Divock Origi Liverpool Barcelona Champions League 2018-19Getty

    Belajar dari sejarah

    Monchengladbach. Roma. Istanbul. Auxerre. Dortmund. Barcelona.

    Kalau soal comeback di Eropa, bukan cuma bab dalam buku sejarah, Liverpool bahkan punya satu perpustakaan sendiri!

    Ada sesuatu di partai-partai tersebut, di malam-malam magis Eropa, yang seolah menyalakan Si Merah.

    Memang harus dikatakan, bahwa pencapaian-pencapaian itu seringkali mereka raih di Anfield, dengan dukungan dan raungan buas dari para Kopite. Tentu saja mereka tak akan mendapatkannya di Bernabeu.

    Tapi mereka juga sudah pernah melakukannya di laga tandang, kok. Mereka memenangi Piala Eropa dengan menumbangkan AS Roma di stadion mereka sendiri, dan comeback dari defisit 3-0 untuk mengalahkan AC Milan, yang saat itu dilatih oleh manajer petahana Real Madrid Carlo Ancelotti, di final Istanbul 2005.

    Mungkin pesan Klopp menjelang keajaiban Eropa terakhir mereka, di kemenangan semi-final atas Barcelona pada 2019, harus kembali dipegang erat-erat.

    "Kalau tim lain, mustahil," katanya pada anak-anak asuhnya sebelum laga tersebut. "Tapi karena ini kalian, kita punya peluang."

  • Iklan
  • Nunes-Gakpo(C)Getty Images

    Liverpool PUNYA daya ledak

    Liverpool tahu mereka harus minimal mencetak tiga gol untuk lolos.

    Untungnya, mereka punya perangkat yang mumpuni untuk melakukannya.

    Terlepas kekalahan di tangan Bournemouth, lini depan The Reds tampil impresif dalam beberapa pekan terakhir, terutama saat membantai Manchester United 7-0, saat Cody Gakpo, Darwin Nunez, dan Mohamed Salah ramai-ramai mencetak dua gol, ditutup oleh Roberto Firmino.

    Ditambah Diogo Jota yang sudah kembali bugar, The Reds memiliki lima sosok penentu di skuad mereka – dan akan semakin bertambah jika Luis Diaz dinyatakan cukup bugar untuk masuk bangku cadangan.

    Liverpool juga sudah mencetak 11 gol dalam tiga laga tandang Liga Champions musim ini, termasuk tujuh di Rangers dan tiga di Ajax. Meski yang satunya mereka memang dihajar Napoli 4-1...

  • Mo-Salah(C)Getty Images

    Laga besar = mata uangnya Liverpool

    Sulit untuk mengabaikan inkonsistensi Liverpool musim ini.

    Kekalahan di tangan tim-tim biasa seperti Nottingham Forest, Leeds United, Brighton, Brentford, Wolves, dan kini Bournemouth, membuat pasukan Klopp terpincang-pincang finis empat besar di Liga Primer Inggris musim ini – hanya semusim setelah mereka nyaris meraih quadruple.

    Namun bahkan di tengah-tengah kesulitan itu, laga besar justru malah menjadi panggung di mana bintang-bintang Liverpool bersinar.

    Terbukti dari pembantaian bersejarah Man United pekan lalu, saat membungkan Manchester City pada Oktober 2022, dan laga-laga tandang krusial kontra Tottenham dan Newcastle, dua rival kualifikasi ke zona Liga Champions.

    Liverpool juga merupakan satu dari tiga tim saja yang mampu mengalahkan pemimpin klasemen Serie A, Napoli, musim ini, mereka menaklukkan Rangers dan Ajax baik kandang maupun tandang, dan tak bisa diatasi sang tetangga Everton pada derbi Merseyside panas bulan lalu.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • Mason Mount, Chelsea, scores at Real Madrid UCL 2021-22Getty

    Chelsea sudah pernah (hampir) melakukannya

    Sekarang mungkin sudah banyak yang lupa, setelah segala yang terjadi setelahnya, tapi April tahun lalu, Chelsea asuhan Thomas Tuchel hanya terpaut 10 menit dari mencapai hasil yang dibutuhkan Liverpool di Bernabeu Kamis nanti.

    Tumbang 3-1 di Stamford Bridge pada leg pertama perempat-final, semua meremehkan The Blues yang menuju ke ibu kota Spanyol. Tapi Chelsea tampil perkasa, mencetak gol cepat lewat Mason Mount plus di babak kedua hasil tandukan Antonio Rudiger.

    Dan ketika Timo Werner membuat skor jadi 3-0 denga 15 menit tersisa, skuad Tuchel sudah berada di jalan yang tepat untuk mempertahankan mahkota Eropa mereka.

    Namun Luka Modric berkata lain. Ia melahirkan sebuah assist gila untuk Rodrygo. Karim benzema lalu mencetak gol yang ternyata menjadi gol kemenangan di babak tambahan, dan Real pun ke semi-final meski jatuh bangun.

  • Thibaut Courtois save Mohamed Salah Real Madrid Liverpool 2022 Champions League finalGetty

    Keberuntungan Madrid akan habis cepat atau lambat - ya kan?

    Meneruskan topik di atas, sampai kapan Madrid bisa terus-terusan merampas hasil meski tampil kurang maksimal di Liga Champions?

    Proses mereka menuju final musim lalu sungguh layak masuk buku dongeng sejarah. Paris Saint-Germain harusnya menyingkirkan mereka di 16 besar, Chelsea nyaris lolos di perempat-final, dan Manchester City - mungkin korban Madrid yang paling menyedihkan - harusnya bisa membunuh mereka di semi-final.

    Tapi selalu saja, sang lalim bangkit dari kuburnya, momen-momen magis kreasi Benzema atau Rodrygo, Modric atau Vinicius Junior, menyelamatkan mereka.

    Di laga final, giliran penampilan maha hebat Thibaut Courtois yang mementahkan segala daya dan upaya Liverpool, dan Vinicius pun mampu memenangkannya dengan sebiji gol dari serangan balik.

    Harus dibilang bahwa itu adalah pencapaian yang fantastis. Bahkan di Anfield kemarin, Los Blancos ketar-ketir di 20 menit pertama, namun bangun dari tidur untuk menghentak lima kali.

    Tidak banyak tim yang punya mental sekuat itu, tapi sepertinya Ancelotti pasti lebih senang kalau laga di Bernabeu Kamis nanti berlangsung damai-damai saja.

    Yang jelas, keberuntungan Madrid akan habis suatu hari nanti - iya kan?

  • Jurgen Klopp Liverpool 2022-23Getty

    Liverpool sangat membutuhkan ini

    Kebanyakan orang tidak akan membebankan ekspektasi apa-apa pada Liverpool di laga ini. 'Mau bagaimana lagi?', kata mereka, mungkin, mengingat situasi yang serba mustahil ini.

    Sikap yang mungkin sebenarnya tidak keliru, tapi kenyataannya The Reds masih belum terjamin bisa ikut Liga Champions musim depan, sehingga menyerah begitu saja dan tertendang dari UCL musim ini adalah sesuatu yang tak seharusnya ditolerir.

    Mereka memang masih berpeluang finis empat besar di Liga Primer Inggris, tapi lagi-lagi inkonsistensi berarti Anda tak bisa memercayai mereka untuk menunaikannya, apalagi tiga laga liga mereka berikutnya adalah laga tandang versus Manchester City dan Chelsea, plus laga kandang kontra Arsenal.

    Sudah berbulan-bulan Klopp dan anak-anak asuhnya berusaha mencari sesuatu, asa, harapan, impian, ambisi, atau apa pun itu namanya, untuk dipegang teguh di musim yang penuh sengkarut seperti ini.

    Saat ini, empat besar dan Liga Champions adalah segala yang mereka miliki. Merelakan Liga Champions pekan ini akan terasa teramat perih, sekalipun memang itulah hasil yang paling mungkin tercipta.

0