Lionel Messi PSG 2022-23 HIC 16:9Getty

PSG Mau Perpanjang Kontrak Lionel Messi? Tolong Jangan SINTING!

Lionel Messi, kepala tertunduk, berjalan gontai ke terowongan stadion, diiringi siulan yang memekakkan telinga – sebuah pemandangan yang mulai sering kita saksikan setiap setelah waktu penuh di Parc des Princes, tapi tetap saja mengejutkan. Yang kita bicarakan ini adalah Sang GOAT! Peraih tujuh Ballon d'Or, dan kampiun Piala Dunia, dicemooh dan dihujat oleh fans klubnya sendiri.

"Memalukan sekali," ucap Thierry Henry kepada Amazon Prime setelah Paris Saint-Germain tumbang 1-0 di tangan Lyon, Senin (3/4) dini hari WIB. "Anda tak boleh menyiuli pemain terbaik di tim Anda, yang sudah mencatatkan 13 gol dan 13 assist musim ini."

"Saya pribadi ingin melihatnya mengakhiri kariernya di Barcelona, di Eropa. Setelah itu, entah apa yang akan ia lakukan. Karena bagaimana ia harus meninggalkan Barcelona setelah segala yang ia lakukan... Saya tak menyukainya. Demi cinta terhadap sepakbola, ia harus pulang Barcelona."

Dan Messi bisa pulang. Joan Laporta, Xavi, dan Sergi Roberto terangan-terangan berkata bahwa ia akan disambut di Camp Nou dengan tangan terbuka.

Namun ia juga bisa menetap di Parc des Princes, dan pertanyaan yang paling nyata ditanyakan semua insan sepakbola di dunia setelah Messi kembali menjadi sasaran antipati loyalis PSG adalah: memangnya dia mau bertahan di sana? Jelas-jelas dia pantas mendapatkan lebih.

Namun, pertanyaan serupa juga harus ditanyakan: mengapa pula PSG mau mempertahankannya?

  • Al-Khelaifi PSGGetty

    Proyek PSG

    Untuk mengerti situasi kontrak Messi, mari pahami sejenak soal proyek PSG.

    Ketika presiden klub Nasser Al-Khelaifi tampil di media untuk pertama kalinya setelah takeover Qatar Sports Investments (QSI) pada 2011, ia menegaskan bahwa proyek baru mereka bukan berfokus pada mendatangkan megabintang-megabintang yang ada seperti Messi, melainkan ingin melahirkan berlian-berlian generasi baru.

    Bicara memang mudah, namun PSG tetap saja merekrut nama-nama besar seperti Zlatan Ibrahimovic dan David Beckham untuk meningkatkan peluang mereka meraih kesuksesan di dalam dan luar lapangan.

    Ambisi komersial Al-Khelaifi adalah untuk menyulap PSG menjadi 'merk' global, layaknya adidas dan Nike, dan hal itu terbutki dari kerja sama PSG dengan Air Jordan – kesepakatan yang ia racik demi memanfaatkan minat yang tinggi pada olahraga bola basket di pasar Amerika Utara dan Asia.

    Ia juga memburu inspirasi dari NBA soal memenuhi permintaan dan berkomunikasi dengan fans. Al-Khelaifi mengobservasi lekat-lekat apa yang akan terjadi saat turun minum, bagaimana mereka menjual makanan, menerima pesanan, apa yang mereka kenakan, atau bisakah fans memesan makanan dari kursi mereka.

    Mereka yang dekat dengannya berkata Al-Khelaifi terobsesi dengan rincian-rincian terkecil dan menyamakannya dengan spons, yang terus menyerap informasi, mendorong PSG untuk meniru metode-metode yang sudah teruji di tempat lain atau bahkan melontarkan pertanyaan: bisakah PSG lebih baik?

    PSG juga memandang diri mereka sebagai 'klubnya generasi baru' mengingat cara mereka berusaha memikat fans-fans yang lebih muda. Sepuluh tahun lalu, misalnya, mereka cuma punya 500.000 pengikut (followers). Sekarang jumlah itu sudah mencapai lebih dari 140 juta.

    PSG merasa mereka menjalin hubungan dan melibatkan fans sepakbola muda menggunakan cara yang berbeda dengan klub-klub lain. Mereka menargetkan pasar spesifik dengan cara yang spesifik pula. Contohnya, di Jepang, di mana mereka memiliki tiga toko merchandise berbeda, mereka bekerja sama dengan desainer lokal untuk memproduksi merchandise bermutu tinggi demi memikat para pemuda Jepang.

    Namun, Al-Khelaifi bersikeras bahwa PSG, yang pertama dan utama, adalah sebuah institusi Prancis. Dalam rapat dengan Nike, ia diketahui meminta penambahan simbol atau bendara yang berhubungan dengan Prancis atau Paris untuk mengingatkan semua orang akan akar dari merk global ini.

    Ia bahkan menuntut agar makanan yang disajikan di area VIP Parc des Princes berasal dari katering kelas wahid di Prancis. Ia juga yang memilih restoran dan kokinya setiap kali menggelar jamuan makan malam. Pokoknya, semuanya harus sempurna dan mencerminkan hal-hal terbaik yang Prancis miliki.

    Hasilnya adalah berbagai pesohor berdatangan menyaksikan pertandingan sembari mengenakan merchandise klub, dan, bukan karena mereka dibayar untuk mempromosikan PSG – sesuatu yang pihak klub klaim tak pernah mereka lakukan – melainkan karena mereka 'menyukai' merk atau brand bernama PSG.

    Kim Kardashian Kylian MbappeInstagram

    Namun, pentingnya merekrut pemain megabintang tak bisa diabakan karena, seperti yang bahkan diakui PSG sendiri, mereka tak memiliki sejarah atau status elite yang sama dengan klub adidaya tradisional sepakbola Eropa.

    Fanbase global jelas tidak setara, sehingga mereka harus merekrut pemain populer dan berkualitas demi menarik perhatian ke Parc des Princes.

    Sebagai ikan besar yang berenang di kolam kecil, mereka juga membutuhkan kejayaan di Eropa untuk mendapatkan kredibilitas. Gelar Ligue 1 tak lagi cukup untuk tim yang anggarannya mengalahkan rival mereka se-Prancis.

    Namun, meski belanja mereka sudah menggoncangkan dunia sepakbola, kesuksesan Liga Champions masih saja dari rengkuhan (Al-Khelaifi berjanji mereka akan mengangkat Si Kuping Besar dalam lima tahun), dan akhirnya mereka pun memutuskan untuk menjatuhkan 'bom nuklir'.

    Pada musim panas 2017, PSG merekrut Neymar dan Kylian Mbappe dengan harga yang memecahkan rekor dunia, percaya bahwa keduanya akan membawa klub ke langit olahraga ketujuh.

    Dan sejujurnya itu hampir berhasil, saat PSG kalah tipis atas Bayern Munich di final Liga Champions 2020, setelah menempatkan diri mereka sebagai salah satu klub terbesar di dunia.

    Namun, setelah musim 2020/21 yang buruk, yang semakin mengekspos kelemahan dari kebijakan berinvestasi besar-besaran pada pemain megabintang, PSG malah memilih untuk menyelam semakin dalam, dengan merekrut sang pemain terbaik di dunia.

    Messi mungkin memang gratis, tetapi dia tiba dengan kontrak yang maha masif...

  • Iklan
  • Lionel Messi Nasser Al-Khelaifi PSG shirt 2021-22Getty

    'The Messi Effect'

    Daya pikat Messi sebagai pemain tak perlu dipertanyakan lagi. Ia memang baru saja berulang tahun yang ke-33, tetapi saat itu – dan sampai sekarang – ia masih merupakan sebuah fenomena.

    Prospek bermain bersama sobat karibnya Neymar dan calon penerus, Mbappe, adalah tawaran yang menggiurkan, dan bukan cuma untuk Messi dan fans PSG – tetapi juga untuk fans sepakbola di seluruh dunia.

    Dan itulah mengapa pertimbangan komersialnya sama sekali tak bisa diabaikan.

    Sering sekali kita membahas 'The Cristiano Ronaldo Effect' mengingat striker Portugal itu cukup sering pindah-pindah klub dalam lima tahun terakhir, tetapi 'The Lionel Messi Effect' terpampang jelas setelah transfer pertama sepanjang karier profesionalnya.

    PSG menjual satu juta jersey dengan nama Messi hanya dalam enam bulan, dan direktur sponsorship PSG, Marc Armstrong, berkata kepada GOAL bahwa permintaannya melebihi pasokan. "Andai kami bisa memproduksi lebih banyak lagi," katanya pada Desember 2021, "kami akan menjual lebih banyak lagi."

    Selain itu, masih ada kerja sama-kerja sama baru dengan grup-grup seperti Autohero, Smart Good Things, dan Gorillas.

    "Tawaran yang kami terima langsung meningkat signifikan, bahkan sebelum ia resmi direkrut di Paris, ada banyak sekali permintaan," ungkap Armstrong.

    "Kami benar-benar merasakan impaknya di seluruh area bisnis: dari sponsorship dan merchandise sampai keramahtamahan (hospitality) dan soal tiket."

    PSG juga mendapat 20 followers baru di kanal media sosial mereka di pekan pertama setelah kedatangan Messi, dan angka tersebut bertambah satu juta selama sebulan setelahnya.

    "Kami mendapatkan tingkat engagement tertinggi dalam sejarah pengumuman pemain," ucap Armstrong antusias, "bahkan setelah menggabungkan semua akun pemain dan klub."

  • Lionel Messi Argentina 2022Getty Images

    Perpanjangan Kontrak Kontroversial

    Namun, setelah segala histeria yang mengiringi perekrutannya, musim pertama Messi di Prancis tidak berjalan sesuai harapan, ia sendiri pun mengakuinya.

    Copa America serta Covid-19 sangat membebani kebugarannya, ia pun diserang oleh cedera demi cedera dan kesulitan beradaptasi di Paris.

    Kontribusi serta komitmennya terhadap PSG pun dipertanyakan, baik oleh pandit maupun suporter.

    Kendati demikian, usai mendapatkan libur musim panas yang lebih panjang dan melakoni pramusim dengan benar, ia kembali ke Parc des Princes dalam kondisi yang lebih baik, secara fisik maupun mental.

    Ia mencetak 11 gol sebelum jeda Piala Dunia dan nampak gacor bermain di bawah pelatih baru Christophe Galtier, tak terkalahkan selama paruh pertama musim ini.

    Alhasil, kemungkinan Messi untuk bertahan di Paris pun meningkat, setidaknya sampai akhir musim depan.

    Ya, seperti yang diungkapkan GOAL sebelum Argentina merampungkan kampanye juara di Piala Dunia, PSG sudah memutuskan untuk mengajukan tawaran perpanjangan kontrak untuk Messi begitu turnamen di Qatar selesai.

    Al-Khelaifi pun hadir ketika Messi mengangkat trofi Piala Dunia dan meminta agar sang pemain hadir dalam pertemuan di mana mereka akan membahas masa depannya.

    Di titik ini, PSG bahkan berharap bisa merampungkan negosiasi sebelum 2022 berakhir.

    Namun situasi berubah. Banyak berubah. Perpanjangan kontrak yang nampak hampir pasti tiba-tiba berubah menjadi keputusan kontroversial. Banyak fans yang merasa Messi cuma menggunakan PSG sebagai persiapan untuk Piala Dunia.

  • Kemarahan Suporter

    PSG dipermalukan di 16 besar Liga Champions bukanlah peristiwa langka. Namun eliminasi tahun ini terasa agak berbeda.

    Biasanya mereka memberi 'harapan' kepada para suporter terlebih dahulu, dengan performa yang seolah berkata "tahun ini milik kami", sebelum hancur sendiri dan menjadi seonggok harapan palsu. Kali ini mereka berbeda, mereka cuma takluk pasrah seperti anak yang penurut.

    Dan meski penampilan Kylian Mbappe dan beberapa pemain lain sungguh bikin geleng-geleng kepala di leg kedua melawan Bayern Munich, Messi yang justru dikritik paling pedas.

    Messi jelas-jelas bukan masalah utama PSG tapi, di mata fans, ia adalah perwujudan kebijakan transfer gila-gilaan Les Parisiens.

    Seorang

    Seperti yang diucapkan seorang fan bernama Mathieu kepada GOAL kemarin Minggu: "Perekrutan Messi itu komersial, bukan keolahragaan! Pada akhirnya dia mewakili segala yang kami benci soal proyek QSI selama tiga atau empat tahun terakhir."

    Sejujurnya pandangan tersebut terasa tak adil terhadap Messi dan narasumber dari PSG berkata kepada GOAL bahwa mereka tak habis pikir bagaimana bisa megabintang Argentina itu menjadi sasaran kemarahan suporter.

    Tetapi, fans merasa bekas kapten Barcelona itu memang tak pernah membuktikan bahwa ia memiliki cinta barang sedikit pun pada mereka, atau pada PSG.

    Cuma sekali ia merespon dukungan mereka selama setahun terakhir, itu pun atas instruksi Neymar.

    "Sikap yang tak pantas dari seorang juara dunia dan itu bukan teladan yang baik," imbuh Mathieu.

    Fans juga merasa situasi skuad PSG akan membaik dengan memangkas gaji Messi karena, jika situasi tak berubah, PSG harus berhemat sampai hampir 30 persen demi menyanggupi gaji La Pulga.

  • Lionel Messi Neymar PSG 2022-23Getty

    Masalah Neymar

    Namun satu yang pasti adalah bahwa PSG ingin mempertahankan Messi, sekalipun hanya untuk alasan komersial.

    Ia mimpi indah bagi tim marketing, dan status serta popularitasnya semakin meningkat usai juara Piala Dunia.

    Plus ia cukup diunggulkan memenangkan Ballon d'Or kedelapan, yang akan semakin mengangkat derajatnya dan tentu saja derajat PSG.

    Maka, jika PSG memang ingin dan butuh mendepak salah satu penyerang mewah mereka musim panas ini, mereka jelas lebih memilih Neymar yang pergi. GOAL mengungkap bahwa mereka bahkan bersedia menjual bintang Brasil itu musim panas kemarin.

    Tapi masalahnya adalah, baik tahun lalu dan tahun ini, sedikit yang berminat pada Neymar.

    Bahkan mereka sempat mempertimbangkan menebus kontrak Neymar untuk mendepaknya tapi, dari sudut pandang PSG, itu akan menyalahi tujuan awal mereka, karena itu artinya mereka akan menghamburkan uang yang berusaha mereka hemat dengan mendepaknya.

  • Lionel Messi PSG 2022-23Getty Images

    Messi & PSG: Akhir Sebuah 'Hubungan Gelap'?

    Maka, PSG punya masalah. Messi adalah pilar penting bagi wujud proyek mereka saat ini, sebagai sosok penghasil uang marketing lewat pendapatan komersial – pendapatan yang sangat PSG andalkan mengingat kecilnya nilai hak siar Ligue 1.

    Maka tak mengejutkan belum ada pengumuman soal masa depan Messi karena kehadirannya saja bisa memengaruhi kontrak-kontrak dengan para sponsor.

    Namun, jelas bahwa melanjutkan kiprah bersama Messi, Neymar, DAN Mbappe bukanlah langkah yang berkelanjutan dari segi keolahragaan dan ekonomi.

    Harus ada yang hengkang musim panas ini, dan Messi adalah pilihan yang paling memungkinkan. Rasanya mustahil tiba-tiba akan ada klub yang mau membeli Neymar, pemain yang sudah berusia 31 tahun yang gampang cedera dengan gaji selangit. Pun PSG tak sanggup kehilangan Mbappe, yang artinya mereka tak sanggup mempertahankan Messi, karena ia tak sudi terima potong gaji.

    Messi sadar betul soal nilainya, baik sebagai pemain maupun sebagai sebuah 'brand', dan ia pun juga ingin mendapat jaminan soal kualitas proyek sepakbola mereka di masa depan, apalagi setelah hasil-hasil buruk belakangan ini.

    Ia ingin terus bermain di level tertinggi di Eropa, dan untuk tim yang mampu memenangkan Liga Champions, oleh karena itu rasanya kecil kemungkinan ia bakal ke Timur Tengah musim panas ini, meski mendapat tawaran sinting dari Arab Saudi.

    Maka, Barcelona menjadi profil yang cocok untuk Messi, dan mereka pun memohon-mohon agar ia pulang ke Camp Nou.

    Transfer yang masuk akal untuk Messi, juga untuk PSG, karena meski mereka benci harus kehilangannya, mempertahankannya adalah tindakan sinting nan gila.

    Konsekuensi komersial pasti akan terasa signifikan, bahkan mungkin merusak, setidaknya dalam jangka pendek, tetapi PSG harus mempertimbangkan ulang strategi mereka saat ini.

    QSI jelas merasa bangga karena sukses menyulap lembaga 'kecil' yang mereka beli dengan harga €70 juta pada 2011 menjadi brand global yang menurut perkiraan Forbes akan bernilai €2,2 miliar di penghujung dekade.

    Namun, faktanya adalah progres komersial mereka tak sejalan dengan kesuksesan olahraga. Pendekatan berbahan bakar superstar mungkin bisa berhasil untuk urusan luar lapangan, tapi buktinya gagal total di dalam lapangan.

    Dan perlahan, hal itu juga mulai melukai citra brand mereka, karena kini, PSG = peundang memalukan di Eropa.

    Yang tak kalah penting, mereka juga mengalienasi fans domestik, yang artinya harus ada perombakan radikal soal strategi jika mereka tak ingin kehilangan dukungan dari para suporter yang setia mengikuti proyek ini dalam 12 tahun terakhr.

    PSG harus bertanya pada diri sendiri: mereka ingin menjadi klub yang seperti apa? Karena merekrut megabintang demi megabintang hasilnya tetap sama saja. Dan fans pun mulai muak.

    Mungkin sudah saatnya mencoba hal baru. Mungkin sudah saatnya untuk fokus pada sepakbola alih-alih finansial. Mungkin sudah saatnya untuk membangun sebuah tim, alih-alih brand belaka.

    Dan mendepak Messi adalah langkah pertama.