Maroko Jagoan Afrika Nih, Bos! 7 Data & Fakta Saat Singa Atlas Ukir Sejarah Piala Dunia Usai Hantam Kanada

Seperti kata Shakira: "This time for Africa!"

Lewat Maroko dan Senegal, dua negara Afrika lolos dari fase grup untuk kedua kalinya dalam satu edisi Piala Dunia (Aljazair dan Nigeria pada 2014).

Maroko baru dua kali lolos ke babak gugur Piala Dunia, yang pertama pada edisi 1986. Saat itu, Singa Atlas memuncaki grup yang dihuni tiga negara Eropa yakni Inggris, Polandia, dan Portugal.

Sayangnya kiprah Maroko cuma sampai di 16 besar setelah ditumbangkan Jerman Barat - yang akhirnya jadi runner-up - dengan skor 1-0.

Tak satu pun kontingen Afrika, semenjak Nigeria pada edisi 1998, mampu menjadi juara fase grup Piala Dunia. Namun catatan itu sudah berakhir, setelah Maroko menjuarai Grup F Piala Dunia 2022.

Yang lebih impresif lagi, mereka sama sekali tak terkalahkan (dua menang, satu seri), mengungguli runner-up dan peringkat tiga Piala Dunia 2018, yakni Kroasia dan Belgia.

Segala pencapaian itu tak bisa terwujud tanpa sumbangan dua gol dari Hakim Ziyech dan Youssef En-Nesyri.

Usai penampilan heroiknya vs Kanada, ZIyech menjadi pemain Maroko ketiga yang mencetak gol dan assist dalam satu edisi Piala Dunia sejak Mustapha Hadji dan Abdeljalil Hadda di edisi 2018.

Sementara itu En-Nesyri menjadi pemain Maroko pertama dalam sejarah yang mencetak gol di dua edisi Piala Dunia berbeda (2018 dan 2022).

Sayangnya kisah indah Maroko ini dilengkapi dengan sedikit 'noda'.

Mereka kemasukan gol saat Kanada mengurangi defisit menjadi 2-1 sebelum pergantian babak, yang merupakan gol ke-100 di Piala Dunia 2022.

Ironisnya, gol ke-100 tersebut sekaligus menjadi gol bunuh diri pertama edisi 2022, dengan Nayef Aguerd menceploskan bola ke gawangnya sendiri. Yang lebih miris lagi, lesakkan Aguerd yang harusnya jadi penebusan dianulir karena offside. Mungkin bek West Ham ini memang sedang sial.

Tapi toh, dia tak akan peduli!

Baru dua kali ikut Piala Dunia, Kanada SELALU kalah di enam pertandingan mereka. Ini merupakan rekor kekalahan 100 persen terburuk di Piala Dunia, setara dengan El Salvador.

Kanada pertama ikut turnamen global ini pada edisi 1986. Saat itu mereka tergabung di Grup C yang juga dihuni Uni Soviet, Prancis, dan Hongaria. Lalu 36 tahun kemudian, mereka berkesempatan untuk kembali bersaing memperebutkan gelar juara dunia di Qatar 2022. Sayangnya nasib Kanada di kedua turnamen tersebut berakhir sama: menjadi 'penggembira' belaka.

Mampukah Alphonso Davies cs bangkit di Piala Dunia 2026, di mana mereka akan menjadi tuan rumah bersama Amerika Serikat dan Meksiko?