Benzema Haaland Osimhen GFXGetty/GOAL

Babak Gugur Paling MEMBOSANKAN Yang Pernah Ada?! 13 Pemenang & Pecundang Perempat-Final Liga Champions Eropa

Peserta semi-final Liga Champions 2022/23 sudah dipastikan.

Manchester CIty akan berjumpa Real Madrid di panggung empat besar dalam dua musim beruntun, sementara Derby della Madonnina antara Inter Milan dan AC Milan tersaji di sisi satunya.

Penggemar netral bakal berharap dua partai ini bisa menyajikan hiburan mendebarkan, mengingat leg kedua perempat-final sangat bisa dibilang datar-datar saja.

Setidaknya ada beberapa hal menarik yang layak dibicarakan. Di bawah, GOAL mengulas para pemenang dan pecundang dari perempat-final Liga Champions Eropa musim ini.

  • Thiago Silva Chelsea complain 2022-23Getty Images

    PECUNDANG: Owner bodoh Chelsea

    Didier Drogba dengan muram mengakui saat Chelsea tersingkir dari Liga Champions, bahwa ia tak lagi mengenali bekas klubnya. Legenda Pantai Gading menyesali hilangnya "kelas" The Blues yang dahulu ia rasakan di era Roman Abramovich.

    Dan Drogba 100 persen tepat ketika ia menyoroti bahwa meski para pemilik yang sekarang sama kejamnya dengan pendahulunya dalam hal memecat manajer (ini sudah pelatih keempat sepanjang musim ini!) dan dalam hal boros belanja pemain, pilihan yang mereka ambil sama sekali tak bisa disebut "cerdas".

    Sampai saat ini - entah suporter, fans lawan, atau pemerhati netral - tak ada yang bisa menerka metode apa di balik kegilaan di Stamford Bridge yang terjadi semenjak musim panas tahun lalu. Sudah lebih dari £600 juta mereka belanjakan untuk pemain baru, tetapi mantan gelandang Chelsea Gus Poyet berhasil melontarkan pertanyaan menohok usai The Blues tampil tanpa taji (lagI) kontra Real Madrid pada Rabu (19/4) dini hari, "Mana strikernya?!"

    Todd Boehly cs gagal membuat skuad Chelsea lebih kuat - mereka cuma menggendutkannya, seperti yang disampaikan Thiago Silva setelah kekalahan agregat 4-0 di tangan Madrid.

    "Menurut saya langkah pertama sudah dilakukan. Langkah yang keliru, tapi sudah dilakukan," ucap veteran Brasil itu kepada TNT Sports. "Ini periode yang berat untuk klub, dengan banyak, yang dipenuhi ketidakjelasan. Perubahan kepemilikan, pemain baru berdatangan - kami harus memperbesar luas ruang ganti karena tak muat buat menampung skuad kami."

    "Sisi positifnya adalah ada banyak pemain hebat di skuad ini tapi di sisi lain akan selalu ada pemain yang tak senang. Akan selalu ada seseorang yang tak puas karena tak semuanya bisa dimainkan. Manajer cuma bisa memilih 11 pemain dari skuad berisikan 30-an orang – itu berat."

    "Beberapa tak akan bisa masuk skuad, kami merekrut delapan pemain di Januari, sudah saatnya berhenti dan menyusun strategi, kalau tidak kami bisa melakukan kesalahan yang sama."

    Namun berdasarkan dengan apa yang kita lihat sejauh ini, memangnya ada yang yakin para pemilik baru bisa tiba-tiba mengambil keputusan bijak? Bos interim Frank Lampard bersikeras Chelsea akan segera 'kembali', tapi itu terdengar seperti pepesan kosong. Mungkin akan butuh waktu yang sangat lama sampai kita melihat The Blues kembali ke Liga Champions.

  • Iklan
  • Marco Materazzi Rui Costa Inter AC Milan 2005 Champions LeagueGetty

    PEMENANG: Kota Milan

    Akhirnya! Kita akan menyaksikan Derby della Madonnina ketiga dalam sejarah Liga Champions, setelah Inter Milan menumpas Benfica untuk berjumpa sang tetangga, AC Milan, yang mengejutkan Napoli di delapan besar.

    Rossoneri yang keluar sebagai pemenang di dua derbi Milan Eropa, yakni pada 2003 dan 2005, dan juga akan sedikit diunggulkan kali ini. Yang perlu dicatat adalah bahwa Inter memenangkan dua dari tiga pertemuan mereka musim ini dan, sejujurnya, sulit untuk memilih tim mana yang lebih unggul karena mereka kompak inkonsisten dalam beberapa bulan terakhir. Ya, duo Milan terancam gagal lolos Liga Champions musim depan. Masing-masing dari Milan dan Inter duduk di peringkat empat dan lima Serie A.

    Dengan kata lain, sulit untuk menilai mereka sebagai salah dua dari empat tim terbaik Eropa saat ini. Namun keduanya memaksimalkan peluang setelah mendapat undian yang lebih 'enteng' di Liga Champions dan berpeluang untuk menjadi finalis pertama dari Italia sejak Juventus di 2017.

    Selain itu, bayangkan saja akan seriuh apa riuhnya semi-final di San Siro/Giuseppe Meazza Mei nanti! Yang jelas tak ada yang berharap insiden 2005 terulang, di mana pertandingan perempat-final antara kedua tim sampai harus ditinggalkan, tetapi koreo dari para suporter bisa dipastikan akan membuat derbi antara dua tim dengan sejarah mentereng di Italia dan Eropa ini menjadi partai yang layak dikenang.

  • 20230417 Frank Lampard(C)Getty Images

    PECUNDANG: Prospek kerja Lampard

    Frank Lampard memang tak bertanggung jawab atas kekacauan Chelsea saat ini. Dan dia juga tak bisa dipersalahkan atas kebodohan atasannya.

    Keputusan gegabah memulangkan Lampard sepenuhnya tanggung jawab Boehly cs. Lampard tak bisa dikritik karena menerima kesempatan besar melatih tim kesayangannya yang masih berlaga di Liga Champions - meski masa bakti pertamanya tak bisa dibilang sukses.

    Namun, keputusannya untuk kembali kian membuat reputasinya terpuruk. Ia semakin terekspos di masa bakti keduanya ini.

    Ia sudah menangani empat laga semenjak menjadi pengganti sementara Graham Potter - dan Chelsea selalu kalah di keempatnya (catatan terburuk mereka semenjak 1993), dan hanya mencetak satu gol dalam prosesnya.

    Peluang Lampard untuk menjadi pelatih permanen di Stamfrod Bridge bisa dikatakan sudah hangus. Parahnya, ia telah merusak harapannya sendiri untuk melatih tim Liga Primer Inggris musim panas ini.

  • Leao Napoli MilanGetty Images

    PEMENANG: Posisi tawar Leao

    Assist ciamik Rafael leao untuk gol pembuka Olivier Giroud kontra Napoli mengingatkan kita akan dua hal: pertama, dribbling Ruud Gullit melawan tim yang sama di stadion yang sama pada 1988; dan kedua, bahwa Milan harus segera mengikatnya dengan kontrak baru.

    Negosiasi perpanjangan sudah berlangsung terlalu lama dan kini kontraknya tinggal menyisakan setahun lebih, yang artinya Rossoneri berada di posisi yang berbahaya. Kecuali Leao meneken kontrak baru, Milan harus serius mempertimbangkan pilihan untuk menjualnya musim panas ini, demi menghindari skenario terburuk: kehilangannya secara cuma-cuma pada 2024. Ingat, Milan sudah pernah mengalami skenario terburuk tersebut. Mereka terpaksa melepaskan Gianluigi Donnarumma, Hakan Calhanoglu, dan Franck Kessie tanpa mendapat timbal balik sepeser pun.

    Leao kembali menegaskan bahwa ia bahagia di Milan dan pihak Rossoneri masih optimistis bisa bersepakat dengannya dalam beberapa pekan ke depan. Namun mereka sudah tak bissa terlalu banyak menawar dan sepertinya harus menuruti permintaan winger 23 tahun itu, setelah posisi tawarnya diperkuat oleh penampilan impresifnya di Naples.

  • Raheem-Sterling-ChelseaGetty

    PECUNDANG: Nilai jual Sterling

    Chelsea membesar-besarkan fakta bahwa mereka merekrut Raheem Sterling dari Manchester City, tak terlalu mengejutkan, sih. Ialah statement signing Boehly, pemain yang sudah teruji kualitasnya di Liga Primer Inggris, peraih gelar beruntun, dan salah satu bintang utama Inggris menuju final Euro 2020.

    Maka, dengan mempertimbangkan hal itu, Sterling bisa dibilang sebagai flop terparah era baru Chelsea sejauh ini. Bintang The Three Lions itu cuma terlibat dalam 10 gol musim ini dan hanya dicadangkan dalam partai hidup mati kontra Madrid pada Rabu (19/4) dini hari - yang semakin membuktikan betapa nilainya telah menukik tajam musim ini.

    Banyak yang mempertanyakan keputusan Pep Guardiola melepas Sterling musim panas kemarin, tetapi sekarang jadi terlihat sebagai langkah bisnis genius, karena toh pengaruhnya di Etihad selama setidaknya setahun terakhir mulai tak terasa.

  • Mike Maignan AC Milan Napoli 2022-23Getty

    PEMENANG: Status Maignan sebagai kiper TERBAIK di dunia

    Kiper terbaik di dunia? Yang pasti tak ada penjaga gawang yang saat ini tampil lebih baik darinya. Penyelamatan ajaib sudah menjadi makanan sehari-hari Mike Maignan saat ini.

    Setelah mengokohkan statusnya sebagai No. 1-nya Prancis di jeda internasional, bintang 27 tahun ini memainkan peran kunci dalam kelolosan AC Milan ke semi-final Liga Champions Eropa dan menyingkirkan Napoli. Pertama dengan menepis usaha Giovanni Di Lorenzo di San Siro, sebelum menepis penalti Khvicha Kvaratskhelia di leg kedua.

    Hebatnya, Maignan tak terkalahkan dalam 37 persen penalti yang ia hadapi sepanjang kariernya. Fakta yang membuat Anda berandai-andai, mungkinkah Prancis memenangkan adu penalti di final Piala Dunia kontra Argentina Desember kemarin jika 'Magic Mike' cukup bugar untuk tampil di Qatar?...

  • Spalletti Napoli Milan Champions LeagueGetty

    PECUNDANG: Impian double Napoli

    Menyebut Napoli sebagai "pecundang" memang terlihat berlebihan. Musim mereka luar biasa di bawah Luciano Spalletti, menebas segala ekspektasi setelah musim panas yang mengecewakan. Sekarang, Scudetto pertama sejak 1990 tinggallah formalitas. Loyalis mereka di Stadio Diego Armando Maradona tetap teguh meski tersingkir di Liga Champions pada Rabu dini hari, menyanyikan "Kami aka juara liga" dan "Mimpi kami di hati". Mimpi itu akan terwujud beberapa pekan lagi, dan akan diiringi oleh pesta paling meriah dalam sejarah Naples.

    Namun, meski Napoli mengukir sejarah dengan mencapai delapan besar Piala Eropa/Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka, eliminasi mereka dipenuhi dengan penyesalan. Spalletti bicara soal "ketidakadilan" setelah anak asuhnya kalah agregat 2-1 di tangan AC Milan, dan memang tak bisa dipungkiri beberapa keputusan besar merugikan Il Partenopei dalam dua leg. Mereka juga sial betul soal cedera. Pada turun minum leg kedua, mereka tak diperkuat tiga starter: Kim Min-jae, Matteo Politano, dan Mario Rui, sementara Andre-Frank Zambo Anguissa duduk di tribun setelah diskors buntut kartu merah berlebihan di San Siro.

    Tapi harus dikatakan bahwa Napoli seharusnya bisa ke final. Milan memang layak melaju, seperti mereka layak menghancurkan Napoli di Serie A beberapa harilalu, tetapi mereka tak sebagus Napoli. Klasemen tak bisa bohong dan, saat ini, ada 22 poin yang memisahkan kedua tim di klasemen Liga Italia. Partenopei juga jauh lebih bagus ketimbang Inter yang super inkonsisten. Akan ada satu tim Italia di final Liga Champions 10 Juni nanti - dan seharusnya tim itu adalah Napoli.

    Namun, selain melakukan beberapa kesalahan individual kontra Milan, seperti yang diakui Spalletti, mereka juga sangat keliru memilih pendekatan taktik. Mereka terlalu naif, terlalu terbuka dalam situasi serangan balik, padahal pendekatan yang sabar dan konservatif bisa membuahkan hasil manis dengan mengebiri kecepatan Rossoneri dalam counterattack.

    Memang, yang membuat Napoli begitu menyenangkan untuk ditonton adalah jiwa petualang tersebut, tetapi laga babak gugur Eropa memerlukan sikap yang lebih bijaksana dan, terlepas dari segala kesialan yang menimpa, kali ini Spalletti dan anak asuhnya tak cukup bagus. Namun harapannya ini bisa menjadi awal sesuatu yang sangat spesial di Naples, tentu saja jika bisa mempertahankan pemain terbaik mereka dari tangan-tangan nakal raksasa Eropa lainnya.

  • Rodrygo Real Madrid 2022-23

    PEMENANG: Rekor gila Madrid kontra tim Inggris

    Liga Primer jamak dianggap sebagai salah satu kompetisi domestik paling sulit dan kompetitif di dunia sepakbola. Tapi Real Madrid sepertinya akan memporak-porandakan semua lawan mereka jika bermain di kasta tertinggi Inggris.

    Tim peringkat dua La Liga ini telah menghadapi oposisi Liga Primer di lima partai babak gugur Liga Champions terakhir, termasuk final musim lalu, dan menang tujuh kali dari sembilan pertandingan tersebut.

    Mereka juga mengeliminasi Chelsea dan Liverpool dari turnamen tahun lalu, dengan mencetak 10 gol dan hanya kemasukan empat gol.

    Manchester City tentu saja akan menjadi ujian yang jauh lebih berat dibandingkan dua klub yang sedang lawak itu, tetapi mental juara Madrid berarti mereka tak akan takut menghadapi pasukan Pep Guardiola yang saat ini tengah mengejar treble.

    Madrid sudah mengalahkan Man City di panggung yang sama musim lalu. Dan mereka akan penuh percaya diri mengulanginya.

  • Khvicha Kvaratskhelia Napoli Milan Champions LeagueGetty

    PECUNDANG: Julukan 'Kvaradona'

    Seperti Napoli, Khvicha Kvaratskhelia juga menjalani musim yang teramat gemilang tetapi perbandingan dengan Diego Maradona nampaknya prematur setelah laga Rabu dini hari.

    Ia bukan cuma gagal mengonversi penalti krusial yang harusnya bisa menjadi awal comeback, ia juga kehilangan presisinya secara keseluruhan. Ya, pria asal Georgia itu mencatatkan delapan temakan dalam kurun dua leg kontra Milan, tetapi hanya tepat sasaran tiga kali. Salah satunya pun cuma eksekusi penalti lemah yang diselamatkan Mike Maignan.

    Gocekannya masih maut dan mampu menciptakan beberapa ruang untuk dirinya, tetapi ia berkali-kali dihentikan Davide Calabria yang gemilang. Seperti kata Spalletti, Kvaratskhelia bertarung satu-lawan-satu "20 kali" dengan bek kanan Milan tersebut, tetapi ia hanya sedikit memenangkannya.

    Tak lama setelah peluit panjang, winger 22 tahun itu mengunggah permintaan maaf di Instagram kepada fans Napoli atas performa buruknya, yang sebenarnya tak terlalu perlu mengingat betapa besarnya kontribusi yang ia berikan musim ini.

    Tetapi rasanya melegakan melihatnya berjanji untuk "belajar dari pengalaman hari ini". Seperti Napoli, semoga ia bangkit dengan lebih kuat dari kekalahan pahit ini.

  • Simone Inzaghi Stefano Pioli Inter AC Milan Getty

    PEMENANG: Manajer duo Milan

    Baru beberapa pekan lalu, media Italia sudah menggaungkan rumor pemecatan Stefano Pioli dan Simone Inzaghi di akhir musim jika tim masing-masing gagal finis empat besar di Serie A. Skenario tersebut memang masih mungkin terjadi, terutama Inzaghi, setelah Inter kalah empat kali dari lima laga Serie A terakhir, dan imbang satu kali.

    Namun Inzaghi setidaknya berhasil meningkatkan peluang untuk bertahan - atau minimal dipecat dengan kepala tegak - setelah memimpin Nerazzuri ke semi-final Liga Champions untuk pertama kalinya semenjak mereka menjuarainya 13 tahun lalu.

    Sementara itu Pioli sekali lagi mendapatkan pujian yang layak atas pekerjaan luar biasa yang ia lakukan semenjak menjadi pelatih Milan di 2019. Scudetto musim lalu adalah pencapaian yang menakjubkan, tetapi membawa Rossoneri ke final Piala Eropa akan menjadi prestasi lebih gemilang lagi.

  • Leroy Sane Bayern Munich Man City 2022-23 Champions LeagueGetty

    PECUNDANG: Penyerang Bayern Munich

    Tingkah tantrum Thomas Tuchel pada Kamis (20/4) dini hari memang memalukan, dan memang pantas dikartu merah, tetapi banyak yang bisa memahami rasa frustrasinya.

    Tentu saja bukan rasa frustrasi kepada wasit, mereka cuma sasaran empuk belaka. Ya, Tuchel benar-benar jengkel kepada anak-anak asuhnya terutama gara-gara kesalahan pertahanan fatal yang mengeliminasi Bayern Munich di delapan besar.

    Namun, jangan sampai mengabaikan para penyerang The Bavarians yang juga mengecewakan kontra Manchester City.

    Harus dikatakan bahwa Bayern sebenarnya tampil bagus selama periode yang cukup lama di kedua lag, tetapi minimnya striker kelas dunia semakin kentara. Kalau boleh dibilang, perbedaan antara kedua tim adalah sesosok Erling Haaland.

    Eric Maxim Choupo-Moting memang absen leg pertama lantara cedera, dan kehilangannya cukup terasa, dan ia tak terlihat cukup bugar saat kembali di leg kedua.

    Namun, sudah jelas bahwa Bayern membutuhkan No.9 yang lebih baik. Setelah menyaksikan bagaimana para penyerang Die Roten membuang peluang demi peluang kontra Man City, tak heran jika Bayern siap mengerahkan segala daya dan upaya demi mendapatkan Victor Osimhen dari Napoli musim panas nanti.

  • 20230419 Bernardo Silva Erling Haaland(C)Getty Images

    PEMENANG: Erling Haaland

    Erling Haaland bukannya tanpa cela. Kadang ia juga bikin salah, seperti yang kita saksikan di Allianz Arena pada Kamis dini hari, ketika penaltinya melayang di atas mistar.

    Namun reaksinya terhadap kegagalan tersebutlah yang menjadi bukti karakternya. Haaland menolak berlarut-larut memikirkan penalti meleset pertama dalam kariernya untuk City. Ia terus bertarung dengan kepala tegak, dan mendapatkan ganjarannya ketika kekonyolan Dayot Upamecano membuka jalan menuju gawang. Ia melepaskan tembakan yang kuat seperti biasa, yang efektif memastikan tempat Man City di empat besar.

    Kini Real Madrid yang akan menghadang mereka dan Los Blancos yang keluar sebagai pemenang di perjumpaan antara kedua tim musim lalu di panggung yang sama.

    Namun kini City punya Haaland dan kehadirannya saja akan membuat gentar lawan mana pun, sembari menginspirasi rasa percaya diri untuk rekan satu tim.

    Seperti kata Bernardo Silva kepad BT Sport setelah hasil 1-1 di Bayern Munich, "Erling adalah pemain spesial, pemain yang berbeda dengan yang kami miliki sebelumnya. Ia tak buth banyak sentuhan. Ia seperti bayangan selama 85 menit, tapi dengan satu sentuhan, terciptalah gol. Ketika kami memiliki pemain istimewa seperti dia di lini depan, lini belakang kami menjadi lebih merasa nyaman."

  • Thomas Tuchel Bayern Munich Man City 2022-23 Champions LeagueGetty

    PECUNDANG: Para pecandu adrenalin

    Sepakbola tak bisa selalu tentang comeback-comeback magis dan gol-gol menit akhir. Tetapi fans sepakbola memang sudah terbiasa dengan akhir-akhir mendebarkan di Liga Champions. Ada alasannya mengapa UCL merupakan kompetisi klub paling populer dan memang dikenal mulai meledak di babak gugur.

    Maka, sulit untuk tak merasa kecewa dengan apa yang tersaji sejauh ini di edisi musim ini. Partai perempat-final terutama, tak ada drama-drama yang biasa kita nikmati.

    Memang ada berbagai persembahan sepakbola apik dalam empat pertandingan yang kita saksikan pekan ini, tapi tak ada satu pun tim yang berhasil membalikkan keadaan.

    Mungkin kita memang terlalu dimanja. Oleh Real Madrid yang menciptakan mukjizat demi mukjizat dalam proses memenangi turnamen edisi tahun lalu, misalnya.

    Tapi semoga kita bisa menyaksikan sedikit plot twist di semi-final. Kalau tidak ada, mungkin ini adalah salah satu babak gugur paling membosankan yang pernah ada dalam sejarah Liga Champions.

0