Josh King GFXGOAL

Josh King: Wonderkid Fulham Yang Bisa Jadi Jawaban Inggris Untuk Pedri-nya Barcelona

Memanfaatkan musim panas yang sebaliknya penuh frustrasi bagi klubnya karena mereka kesulitan menambah pemain dalam jendela transfer, King telah menjadikan dirinya pemain tim utama yang sah dan, setelah mengambil segalanya dalam langkahnya hingga saat ini, sekarang ia akan lebih fokus untuk menjaga tempatnya di starting line-up daripada mengkhawatirkan statusnya dalam skuad secara keseluruhan.

Memanfaatkan musim panas yang mengecewakan bagi klubnya—di mana Fulham kesulitan mendatangkan pemain baru di bursa transfer—King justru menjadikan kekosongan itu sebagai jalan pintas menuju tim utama. Dan setelah sejauh ini melahap setiap tantangan tanpa gentar, ia tak lagi perlu mengkhawatirkan statusnya sebagai bagian dari skuad senior; ia justru harus lebih sibuk mempertahankan tempat di starting XI.

Teknik, kecerdikan, serta kepercayaan diri yang tak masuk akal untuk pemain seusianya membuatnya begitu menonjol sebagai No. 10 andalan Cottagers. Ia juga terlibat dalam sejumlah insiden kontroversial musim ini—walau sebagian besar terjadi bukan karena ulahnya sendiri.

Setelah lebih dari satu dekade membela Fulham sejak akademi, kerja keras King akhirnya berbuah manis lewat menit bermain rutin di bawah asuhan Marco Silva. Tapi pertanyaannya sekarang: siapa sebenarnya permata akademi Fulham ini dan seberapa tinggi langit yang bisa ia capai?

  • Birmingham City v Fulham U21 - Bristol Street Motors TrophyGetty Images Sport

    Awal dari segalanya

    Lahir dan besar di London barat daya, Josh King sudah menjadi bagian dari Fulham sejak kecil. Ia bergabung dengan akademi klub pada usia delapan tahun pada 2015, dengan orang tuanya setia menjadi sopir pribadi untuk mengantar ke sesi latihan maupun laga tandang. Sejak dini, jalannya menuju kesuksesan sudah terlihat jelas; setelah melewati berbagai kelompok usia junior, King dipromosikan ke tim U-18 saat masih berusia 15 tahun, tampil reguler di musim 2022/23 dan bahkan menyumbang satu gol serta satu assist dari sembilan laga di Liga Primer Inggris U-18.

    Musim berikutnya, tak butuh waktu lama baginya untuk melebihi level tersebut. Setelah memulainya bersama U-18, ia kembali “naik kelas” secara cepat, melangkah ke tim U-21 di Liga Primer Inggris 2—bertarung melawan pemain yang lebih tua dan lebih matang, tapi tetap memberi kontribusi nyata lewat tiga gol di bawah bimbingan mantan gelandang Crystal Palace dan West Ham, Hayden Mullins, sosok yang diakuinya sangat berperan dalam perkembangannya.

    Memasuki Februari 2024, kontribusi King membuatnya mendapat pengakuan dari tim utama. Marco Silva mulai memasukkannya ke dalam daftar skuad Liga Primer Inggris untuk laga melawan Burnley dan Bournemouth—meski saat itu ia belum sempat turun dari bangku cadangan.

  • Iklan
  • Fulham FC v Southampton FC - Premier LeagueGetty Images Sport

    Mengorbit di tim utama

    Dengan laju progres secepat itu, nama Josh King praktis hidup di benak para pendukung Fulham; ia sosok muda yang mereka tunggu-tunggu untuk benar-benar menembus tim utama. King mengambil langkah signifikan menuju momen itu pada awal musim 2024/25, di tengah kesibukannya mempersiapkan ujian A-level untuk mata pelajaran Bahasa Prancis, matematika, dan psikologi. Di saat sebagian anak seusianya masih berkutat dengan buku pelajaran, King sudah menjalani debut profesionalnya sebagai pemain pengganti dalam laga Piala Liga melawan Birmingham.

    Tapi dia harus sedikit lebih bersabar untuk debut di Liga Primer Inggris, tapi Silva akhirnya memberinya kesempatan itu ketika memainkannya selama 10 menit sebagai pengganti melawan Brighton pada Desember 2024 kemarin. Sang pelatih kemudian mempercayainya sebagai starter untuk pertama kalinya dalam laga tanpa gol menghadapi Southampton—yang saat itu terseok-seok—menjelang Natal, di mana King bermain lebih dari satu jam.

    Sayangnya menit bermainnya setelah itu tetap terbatas. Ia memang mencatat beberapa penampilan singkat dan kembali menjadi starter ketika mengalahkan Wigan di putaran keempat Piala FA. Namun bukan berarti  pintu tim utama langsung terbuka lebar baginya di paruh musim kedua. Di bawah arahan Silva, Fulham saat itu sedang melaju mengejar torehan rekor poin terbanyak di Liga Primer Inggris. Tak heran mereka tak terburu-buru mendorong King ke bawah lampu sorot tim senior. Tapi rencana jangka panjang tetap dipikirkan. 

    “Josh adalah talenta top yang kami miliki, dan kami harus terus memberinya pengalaman seperti ini,” ujar Silva pada Februari. “Dia menunjukkan kualitasnya, keberaniannya, dan caranya bermain di antara lini.”

  • Brighton & Hove Albion v Fulham - Premier LeagueGetty Images Sport

    Bagaimana kabarnya?

    Namun ceritanya berbeda total musim ini. Aktivitas transfer Fulham yang hemat—bahkan oleh Silva disebut “pasif”—di mana mereka hanya merekrut satu pemain secara permanen dan melepas gelandang senior Andreas Pereira kembali ke Brasil, membuka jalan bagi King. Dan peluang itu ia genggam erat-erat.

    Kontrak baru yang ditekennya pada Juli langsung ia balas dengan performa impresif di pramusim, menjadi starter di tiga laga uji coba dan mencetak gol melawan raksasa Arab Saudi, Al-Ittihad. Kini, King benar-benar menikmati musim terobosannya setelah selalu menjadi starter di setiap laga Liga Primer Inggris sejauh ini di peran No.10. Hebatnya lagi, ia membuat rekrutan termahal klub, Emile Smith Rowe, hanya menjadi pemanis bangku cadangan. Setelah tampil untuk timnas Inggris di berbagai kelompok usia, panggilan ke skuad U-21 pun akhirnya tiba.

    Bukan hanya performanya yang mencuri perhatian, tapi juga berbagai insiden yang menimpanya—meski sebagian besar terjadi bukan karena kesalahannya sendiri. Momen paling menyesakkan tentu saja ketika gol kompetitif pertamanya yang seharusnya menjadi mimpi indah malah dianulir dalam derbi London barat kontra Chelsea, gara-gara VAR melakukan intervensi kontroversial karena menilai ada pelanggaran dalam proses terjadinya gol. Ia juga dua kali diganjar kartu kuning dalam dua pertandingan karena dianggap melakukan diving, dan secara mengejutkan tak diberi penalti ketika tembakannya jelas mengenai tangan Matty Cash dalam laga melawan Aston Villa.

    Di pertandingan melawan Brentford, salah umpan darinya berbuah gol pembuka bagi sang lawan. Namun King membalas kesalahannya dengan memainkan peran penting dalam kebangkitan Fulham hingga berbalik menang. “Saya sangat senang dengan reaksinya,” ujar Silva setelah laga. “Sekali lagi, dalam momen sulit ketika ia membuat kesalahan seperti itu—tentu saja itu bukan momen yang mudah baginya—tapi reaksinya membuat saya amat senang karena itu tidak mudah. Sejujurnya saya tidak terkejut. Sepakbola akan terus mengujinya, dan respons yang ia tunjukkan sangat bagus. Saya sangat senang.”

  • Josh King Fulham 2025-26Getty

    Kekuatan terbesar

    Jelas terlihat bahwa mentalitas dan ketenangan adalah dua atribut terkuat King, melampaui kemampuan tekniknya yang memang sudah menonjol. “Untuk pemain muda berusia 18 tahun, menyaksikan kematangan dalam momen seperti itu selalu menyenangkan. Ketenangan, kemampuan untuk tetap melakukan hal-hal baik yang sebelumnya ia lakukan,” lanjut Silva.

    “Itu hal lain yang muncul secara alami. Josh masih sangat muda dan semua orang mengakui kualitasnya. Semua mendukungnya, bukan hanya staf pelatih, tapi juga rekan setimnya, dan reaksinya itu benar-benar spontan.”

    Dari segi kemampuan sepakbola murni, King sudah membuktikan dirinya sebagai pembawa bola yang luar biasa, dengan teknik yang ciamik dan ketenangan di bawah tekanan yang sama sekali tidak mencerminkan usianya. Ia menyebut dirinya sebagai seorang “pocket player” yang “suka menerima bola dengan posisi siap berputar” dan “menyerang dengan membawa bola”, ia mampu melewati lawan dan memanipulasi bola dengan begitu natural — membuatnya cocok secara alami untuk peran gelandang serang.

    Namun fleksibilitasnya juga jadi nilai plus. Ia mampu bermain lebih dalam maupun melebar ke sayap, bahkan memilih nomor punggung 24 karena merupakan hasil penjumlahan dari enam, delapan, dan 10.

  • Josh King Fulham 2025-26Getty

    Yang perlu diperbaiki

    Awal karier King yang penuh insiden di Liga Primer Inggris menunjukkan bahwa meski penampilannya mencuri perhatian, masih banyak hal yang harus ia benahi. Ia pasti sudah belajar dengan cepat bahwa kesalahan seperti yang ia lakukan melawan Brentford tidak bisa dibiarkan begitu saja di level ini, dan Silva paham betul bahwa momen-momen semacam itu adalah bagian dari proses belajar.

    Dari dua kartu kuning yang ia terima gara-gara diving, ia seharusnya belajar bahwa perlu bertindak lebih cerdik atau bahkan licik dalam situasi tertentu. Kedua kartu kuning itu memang bisa dikatakan terlalu keras, dan keputusan wasit bisa saja berbeda jika ia sedikit lebih halus dalam gerakan maupun niatnya, seperti memancing kontak yang terlihat lebih alami.

    Soal kemampuan secara keseluruhan, King jelas masih perlu mengembangkan sisi fisiknya seiring tubuhnya yang terus berkembang. Dan cepat atau lambat, ia akan mulai menambahkan gol dan assist ke dalam catatannya—terutama mengingat sejauh ini Dewi Fortuna terasa kurang bersahabat dalam karier seniornya yang baru mekar.

  • FC Barcelona v Valencia CF - LaLiga EA SportsGetty Images Sport

    The Next... Pedri?!

    Catatan kecil sebelum tulisan dilanjutkan: bukan berarti King pasti akan mencapai level Pedri—yang bisa dibilang gelandang terbaik di dunia saat ini—namun dia bisa menjadi jawaban Inggris atas bintang Barcelona tersebut.

    Keduanya jelas memiliki kemiripan dalam profil dan teknik bermain. Sama-sama bertubuh mungil, dan meski bukan yang paling cepat, mereka mengandalkan gerakan tubuh dan liukan halus untuk mengecoh lawan, menggiring bola dengan penuh kelembutan menggunakan sisi luar kaki kanan, lengkap dengan gaya khas kaus kaki yang menggantung rendah.

    Jangkauan umpan Pedri memang belum ada tandingannya, tapi itu adalah aspek yang bisa diasah King jika suatu saat bermain di posisi yang lebih dalam sebagai pengatur tempo. Mereka pun memiliki kesamaan naluri untuk berlari dari lini tengah ke depan sembari membawa bola di kaki, serta kemampuan bermain baik sebagai No. 8 maupun No. 10.

    Jika King mampu mendekati level gelandang Spanyol itu, Fulham, dan tentunya Inggris, akan memiliki seorang pemain yang sangat spesial. Yang jelas, ia tercipta dari cetakan yang sama, dan melihat performanya yang jauh melampaui usianya yang baru 18 tahun, bukan hal mustahil baginya untuk menembus kasta tertinggi sepakbola dunia.

  • Fulham v Brentford - Premier LeagueGetty Images Sport

    Apa selanjutnya?

    Fulham patut bernafas lega karena sudah lebih dulu mengikat King dengan kontrak baru pada musim panas lalu, tepat sebelum sang gelandang mencuri perhatian lewat performa luar biasanya musim ini. Dengan demikian, mereka tak perlu khawatir—setidaknya untuk saat ini—akan datangnya klub-klub raksasa yang mulai meliriknya.

    Dalam wawancara bersama FFCtv usai menandatangani kontraknya pada bulan Juli, King berkata: “Saya sudah berada di klub ini selama kurang lebih 13 tahun, jadi sudah sangat lama, dan saya benar-benar senang bisa terus bertahan empat tahun lagi. Saya bilang ke keluarga, bahwa tempat ini seperti rumah kedua, dan rasanya luar biasa bisa tetap di sini.”

    Kepada West London Sport pada Agustus, ia menambahkan: “Sebagian besar pembicaraan yang terjadi pasti bergantung pada performa Anda. Kami memang berdiskusi soal menit bermain dan upaya untuk tampil lebih banyak musim ini. Saya sepenuhnya mendukung target yang ingin kami capai, dan saya percaya kalau saya terus bekerja keras serta tampil baik di latihan maupun pertandingan, saya akan mendapatkan lebih banyak kesempatan.”

    Dengan masa depannya kini sudah aman, King hanya perlu melanjutkan apa yang sudah ia lakukan dengan sedikit perbaikan. Ia tampaknya tak lagi sekadar berharap untuk masuk skuad utama, melainkan benar-benar mengamankan posisi di starting line-up. Jika keberuntungan mulai berpihak, hanya tinggal menunggu waktu sebelum ia mulai memberikan dampak yang lebih nyata lewat gol dan assist.