PSG-Arsenal W+Ls GFXGetty/GOAL

Makan Tuh PROSES! Musim Depan Mikel Arteta Harus Juara, Atau Siap DIPECAT - Pemenang & Pecundang Saat Arsenal Resmi Puasa Trofi Lagi Sementara PSG Buktikan Sukses Instan Bisa Diraih

Meminjam kalimat dari wawancara pasca-pertandingan Martin Odegaard di Parc des Princes, Arsenal "berusaha dengan sungguh-sungguh" untuk menghadapi Paris Saint-Germain, Kamis (8/5) dini hari WIB. Mereka membuka laga leg kedua dengan sangat gemilang dan jika sosok yang berdiri di bawah mistar gawang PSG bukan Gianluigi Donnarumma, mungkin The Gunners yang sedang berpesta menuju final saat ini.

"Dia yang menjadi pembeda bagi mereka," klaim manajer Arsenal Mikel Arteta di TNT Sports, dan memang ada benarnya. Namun, ketika dia kemudian berargumen bahwa tidak ada satu pun tim yang lebih kuat dari The Gunnersdi Liga Champions, dia mulai masuk ke ranah delusional, atau bahasa gaulnya: halu!

Arsenal sudah bermain bagus - tapi tidak cukup bagus. Dan itu sudah menjadi tema yang melekat kuat di jati diri Arsena era kepelatihan Arteta. Ratusan juta pound telah dihamburkan demi membangun skuad ideal, tapi tetap saja The Gunners masih nampak kurang berkualis di beberapa sektor, terutama di lini depan.

PSG, sebaliknya, adalah tim yang nyaris tanpa cela. Seperti semua elemen di kub tersebut, kini para pemain Les Parisiens terlihat paham betul dengan peran dan strategi mereka di bawah asuhan Luis Enrique. Sang juara Ligue 1 sepenuhnya pantas melaju ke final, di mana mereka akan bersua dengan tim yang identitas permainannya juga sangat jelas: Inter Milan.

Di bawah ini, GOAL menyoroti semua pemenang dan pecundang dari kemenangan agreagt 3-1 PSG atas Arsenal di semi-final Liga Champions.

  • Paris Saint-Germain v Arsenal FC - UEFA Champions League 2024/25 Semi Final Second LegGetty Images Sport

    PEMENANG: Achraf Hakimi

    Awal pekan ini, Trent Alexander-Arnold mengonfirmasi bahwa dia akan meninggalkan Liverpool pada akhir musim. Seluruh dunia juga sudah tahu bahwa dia menuju ke Real Madrid, nampaknya karena dia ingin bersaing mendapatkan Ballon d'Or.

    Namun, Alexander-Arnold bahkan bukan bek kanan terbaik di dunia - gelar tersebut milik Achraf Hakimi. Hakimi, seperti yang ia tunjukkan di laga melawan Arsenal, memiliki kualitas all-rounder yang jelas tak dimiliki oleh bek kanan Inggris itu.

    Hakimi sensasional di Parc des Princes. Tidak ada pemain yang memenangkan lebih banyak tekel darinya, dan ia juga membukukan jumlah sentuhan bola terbanyak di antara seluruh pemain PSG - sebuah sinyal betapa pentingnya peran bek Maroko itu dalam permainan PSG. Hakimi adalah pesepakbola komplet: mampu mematikan winger secepat Gabriel Martinell, sekaligus menusuk kotak penalti lawan untuk mencetak gol penting di semi-final Liga Champions.

    Madrid telah melakukan dengan sangat baik mendapatkan Alexander-Arnold secara gratis, tetapi tetap menjadi misteri mengapa mereka membiarkan Hakimi yang jauh lebih unggul pergi hanya dengan harga €40 juta (£34 juta/$45 juta) lima tahun lalu.

    Real Madrid memang patut dipuji karena berhasil mendapatkan Alexander-Arnold secara gratis. Tapi masih menjadi misteri bisa-bisanya mereka melepas Hakimi lima tahun lalu ke Inter Milan hanya dengan harga €40 juta.

  • Iklan
  • Nicolas Jover David Raya Arsenal 2024-25Getty Images

    PECUNDANG: Nicolas Jover

    Tepat sebelum Arsenal mengambil tendangan sudut pada laga Kamis dini hari tadi, kamera menyorot raut Nicolas Jover. Tentu saja kita semua tahu kenapa. Jover kini adalah pelatih spesialis bola mati paling dikenal di kancah sepakbola. Bahkan sampai ada mural yang didedikasikan untuknya di dekat Emirates Stadium.

    Tapi kenyataan pahitnya adalah, ketenaran Jover jauh melebihi efektivitas kinerjanya. Di Liga Primer Inggris saja saja, tim-tim seperti Crystal Palace, Aston Villa, dan Everton sama berbahayanya - atau bahkan lebih berbahaya - dalam situasi bola mati dibanding Arsenal.

    Terlebih, Thomas Partey seperti kerasukan Pratama Arhan dengan meluncurkan begitu banyak lemparan ke dalam ke kotak penalti PSG di Parc des Princes, yang hasilnya nihil. Sampai-sampai dia tampak kesulitan untuk sekadar mengangkat tangan guna memberikan tepuk tangan tanda apresiasi ke arah suporter tandang yang jauh-jauh terbang ke Paris saat waktu penuh.

    Fakta lain yang tak bisa diabaikan: Arsenal justru kebobolan gol pembuka karena gagal menangani umpan tendangan bebas PSG, hanya empat hari setelah mereka ditaklukkan Bournemouth di Emirates juga lewat set-piece. Dengan demikian, perbandingan dengan Stoke City justru terasa sebagai penghinaan terhadap mantan tim asuhan Tony Pulis itu!

    Bukan berarti Jover buruk dalam pekerjaannya. Namun mungkin sudah saatnya publik dan media mengurangi sorotan berlebihan terhadap seorang spesialis bola mati yang sebenarnya tak memberikan pengaruh besar terhadap performa Arsenal dari segi positif.

  • Paris Saint-Germain v Arsenal FC - UEFA Champions League 2024/25 Semi Final Second LegGetty Images Sport

    PEMENANG: Proyek PSG

    Vitinha merasa terhormat pernah bermain dalam satu tim dengan Lionel Messi, Neymar, dan Kylian Mbappe di PSG. Gelandang Portugal itu bahkan mengaku tak sabar untuk menceritakan pengalaman itu kepada anak-cucunya suatu hari nanti. Namun yang menarik, Vitinha juga jujur mengakui bahwa ia justru lebih menyukai proyek PSG yang baru - yang tak lagi bergantung pada para megabintang dunia. Tak sulit memahami alasannya.

    Selama lebih dari satu dekade kepemilikan Qatar Sports Investment (QSI), PSG begitu terobsesi mendatangkan pemain dengan nama besar, percaya bahwa itu satu-satunya cara mereka bisa menjuarai Liga Champions. Tapi strategi tersebut tak pernah berhasil. Les Parisiens berkali-kali kandas di Eropa - dan seringnya lewat cara yang mengenaskan.

    Kekalahan dari Borussia Dortmund (tim yang seharusnya bisa mereka kalahkan) di semi-final musim lalu terasa amat menyakitkan. Begitu juga dengan kepergian Kylian Mbappe, sang top skor sepanjang masa PSG, ke Real Madrid. Namun, kepergian sang megabintang Prancis justru menjadi berkah tersembunyi: gaji besar Mbappe yang akhirnya lepas dari neraca keuangan PSG memungkinkan Luis Campos untuk bergerak lebih leluasa di bursa transfer, mendatangkan talenta muda potensial seperti Joao Neves, Willian Pacho, dan Desire Doue. Luis Enrique yang brilian menangani sisanya, mengubah PSG menjadi tim sepakbola sungguhan mungkin untuk pertama kalinya sejak QSI memimpin klub pada 2012.

    Alhasil, ada kemungkinan Vitinha akan menceritakan pada anak cucunya bahwa sekalipun bermain bersama Messi, Neymar, dan Mbappe adalah pengalaman luar biasa, bermain bersama Khvicha Kvaratskhelia cs justru terasa jauh lebih memuaskan.

  • FBL-EUR-C1-PSG-ARSENALAFP

    PEMENANG: Gianluigi Donnarumma

    Gianluigi Donnarumma sudah sejak lama jadi sasaran keraguan di Paris Saint-Germain. Di era modern di mana kiper dituntut untuk aktif berperan sebagai sweeper, kemampuan olah bola penjaga gawang Italia ini selalu mendapat sorotan tajam. Bahkan, belakangan muncul kabar bahwa Luis Enrique cukup terbuka terhadap ide menjual Donnarumma.

    Jika pelatih asal Spanyol tersebut merasa Donnarumma tak cocok dengan gaya permainannya, tentu itu sah-sah saja. Namun pada akhirnya, tujuan utama seorang penjaga gawang bukanlah membangun serangan dari belakang - melainkan mencegah bola masuk ke gawang.

    Dan untuk tugas itu, saat ini nyaris tak ada yang bisa menandingi Donnarumma. Ia tampil luar biasa di Parc des Princes, melakukan penyelamatan jarak dekat luar biasa untuk menepis Gabriel Martinelli, lalu menggagalkan dua peluang emas dari Martin Odegaard dan Bukayo Saka.

    Penyelamatan-penyelamatan itu bukan cuma spektakuler, tapi juga krusial. Seperti yang dikatakan Gianfranco Zola di Amazon Prime Italia: "Kalau kita menganalisis dua leg ini berdasarkan keseimbangan permainan, saya harus bilang bahwa Arsenal tidak inferior dari PSG. Satu-satunya perbedaan nyata antara kedua tim adalah Donnarumma. Itu saja!"

  • Paris Saint-Germain v Arsenal FC - UEFA Champions League 2024/25 Semi Final Second LegGetty Images Sport

    PEMENANG: Peluang Ballon d'Or Ousmane Dembele

    Ousmane Dembele, pemenang Ballon d'Or? Ide yang terdengar konyol sampai setidaknya musim panas tahun lalu. Selama bertahun-tahun, Dembele lebih dikenal sebagai talenta besar yang terbuang sia-sia, pemain penuh bakat tapi sikapnya tak profesional. Bagi sebagian besar fan Barcelona, dia mungkin adalah transfer terburuk dalam sejarah klub - dan itu bukan klaim sembarangan.

    Namun, kini peluang Dembele dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia tahun ini terbuka sungguh lebar. Pertama, dia tengah menjalani musim paling produktif sepanjang kariernya, dengan 33 gol dalam 45 laga di semua ajang. Sebelumnya ia belum pernah satu kali pun mencetak lebih dari 14 gol dalam semusim.

    Tapi yang terpenting, Dembele masih berkesempatan menjuarai Liga Champions. Rival-rival utamanya dalam perebutan Ballon d'Or sudah gugur. Mohamed Salah tersingkir sejak babak 16 besar (dan bahkan sempat "dibungkam" Dembele di Anfield), sementara trio Barcelona Lamine Yamal, Raphinha, dan Pedri tereliminasi di San Siro sehari sebelum PSG menaklukkan Arsenal.

    Memang, belum ada yang diputuskan, dan kita sudah sering melihat hasil pemungutan Ballon d'Or yang kontroversial. Tapi di tahun tanpa turnamen besar internasional, Liga Champions biasanya jadi penentu utama.

    Jika Dembele berhasil mengangkat trofi Si Kuping Besar di Munich pada 1 Juni nanti, maka bukan tidak mungkin dia menggenggam penghargaan individu paling bergengsi dalam dunia sepakbola.

  • Paris Saint-Germain v Arsenal FC - UEFA Champions League 2024/25 Semi Final Second LegGetty Images Sport

    PECUNDANG: Proses Arsenal

    Mikel Arteta sempat bercanda soal Liverpool yang bisa mengunci gelar Liga Primer Inggris dengan poin lebih sedikit dibanding yang diperoleh Arsenal dalam dua musim terakhir - tapi kegagalan The Gunners asuhannya memenangkan trofi besar musim ini jelas bukan bahan lelucon.

    Para pendukung Arsenal, yang sudah lama menderita sekaligus sering dihina, terus diminta untuk "percaya pada proses". Dan memang, kemajuan signifikan telah terlihat di era Arteta. Namun, seiring waktu, sebagian fan yang frustrasi mulai kehilangan kesabaran dan kepercayaan.

    Seperti yang disorot Wayne Rooney usai leg pertama, Arsenal menunjukkan kecenderungan mengkhawatirkan: mereka selalu gagal di momen-momen terpenting. Legenda Manchester United itu bahkan menyebut para pemain tampak dikuasai rasa "takut gagal" yang begitu nyata. Rasanya, makin sulit untuk membantahnya.

    Tak ada yang benar-benar berharap Arsenal bisa juara Liga Champions musim ini, tapi seharusnya ini menjadi tahun mereka di Liga Primer Inggris. Sayangnya, kenyataan berbicara lain. Pada Minggu nanti, Arsenal justru harus memberikan guard of honour kepada Liverpool di Anfield, hanya tiga hari setelah dipastikan kembali mengakhiri musim tanpa satu pun trofi, untuk tahun kelima secara berturut-turut.

    Percayalah, sebagian besar penggemar Arsenal tidak akan melihat sisi lucu dari statistik tersebut. Artinya jika musim depan Arteta kembali gagal mempersembahkan trofi, posisinya bisa benar-benar dalam bahaya.