Manchester United Menang Atas Liverpool, Harry Maguire: Kami Sungguh MEMALUKAN

Manchester United akhirnya memutus rekor memalukan tak pernah menang beruntun di Liga Primer Inggris bersama Ruben Amorim setelah 35 laga, dan mereka melakukannya dengan cara yang luar biasa. Setelah menundukkan Sunderland, The Red Devils sukses mengalahkan sang juara bertahan, Liverpool, 2–1 di Anfield—kemenangan tandang pertama mereka di markas rival bebuyutan itu sejak 2016.

Ruben Amorim membuat kejutan dengan menurunkan Harry Maguire sebagai starter di jantung pertahanan, tapi keputusannya terbayar lunas. Bek Inggris itu tampil dominan sepanjang laga dan menjadi pahlawan lewat sundulan menit akhir yang memastikan tiga poin bagi Man United—sekaligus memperpanjang rentetan kekalahan Liverpool menjadi empat laga di semua ajang.

“Itu sangat memalukan,” ujar Maguire pasca-laga ketika ditanya soal fakta bahwa MU baru pertama kali menang beruntun di bawah Amorim setelah 35 pertandingan. “Bukan statistik yang seharusnya kita bicarakan, karena rasanya memalukan sekali punya catatan seperti itu.”

“Sekarang itu sudah berlalu, mari coba jadikan tiga kemenangan beruntun pada Sabtu melawan Brighton. Kami harus mulai menunjukkan konsistensi. Dalam tiga atau empat tahun terakhir, kami sering tampil luar biasa di satu laga lalu terjun bebas di pertandingan berikutnya. Kini kita sudah menetapkan standar baru,” simpulnya.

Amorim menyebut kemenangan ini sebagai “hasil terbesar sepanjang masa jabatannya di Manchester United”. Manajer asal Portugal itu berkata, “Tentu saja ini kemenangan yang sangat penting. Saya belum banyak meraih kemenangan di Manchester, jadi kemenangan beruntun ini sangat berarti. Setiap detail dalam laga ini—semangat tim saat menderita, kontrol permainan, hal-hal kecil—semuanya sempurna. Sekarang tugas kami adalah mempertahankannya pekan depan.”

“Saya tahu para suporter sudah banyak menderita, [dari kekalahan] melawan Grimsby [di Piala Liga] dan Brentford di liga. Tapi hari ini mereka melihat tim yang berbeda,” tambahnya.

Nama Amorim bahkan terus dikumandangkan oleh pendukung Man United jauh setelah peluit akhir berbunyi. Meski berada di bawah tekanan, mantan manajer Sporting itu merasa tersentuh. Ia menambahkan: “Ini bukan hal normal, sulit menemukan sesuatu seperti ini. Setelah begitu banyak momen buruk, para penggemar tetap mendukung manajer mereka, sementara kalian (media) bilang saya akan dipecat sebelum Natal."

Ketika ditanya apakah kemenangan ini—yang membuat Man United kini hanya terpaut dua poin dari Liverpool, satu poin dari lima besar, serta enam poin dari puncak klasemen—menjadi tanda mereka siap bersaing merebut tiket Liga Champions, Amorim memlih jawaban hati-hati.

“Saya ingin kalian semua tetap dengan narasi kalian, jadi saya tidak akan menambah target apa pun,” imbuhnya. “Yang perlu kami lakukan adalah mencoba menang tiga kali beruntun dulu, lalu lupakan soal posisi empat besar atau enam besar. Kami sudah bilang sejak awal bahwa target kami adalah lolos ke kompetisi Eropa. Hasil ini tidak mengubah apa pun.”

Liverpool kini mencatat empat kekalahan beruntun di semua ajang—pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir. Manajer The Reds Arne Slot menyoroti banyaknya peluang yang terbuang, sekaligus mengomentari kontroversi yang menyelimuti gol pertama Man United.

Gol tersebut berawal dari situasi ketika wasit Michael Oliver membiarkan permainan berlanjut meski Alexis Mac Allister tergeletak karena benturan kepala dengan rekan setimnya, Virgil van Dijk. Gelandang asal Argentina itu bahkan harus mendapat empat jahitan.

“Tugas utama saya sekarang adalah tidak mengeluh soal hal-hal seperti ini,” ujar Slot. “Pada momen itu, kami seharusnya bisa bereaksi lebih baik setelah Macca jatuh, tapi yang jelas kesehatan pemain adalah hal yang paling penting. Jika seorang pemain butuh empat jahitan, seharusnya semua orang paham bahwa dia memang perlu perawatan.”

“Tapi itu bukan alasan kami kalah. Kami kalah karena membuang terlalu banyak peluang,” lanjutnya. “Saya sudah sering bilang... kami bukan tim yang suka berpura-pura terjatuh mengalami cedera kepala untuk menghentikan serangan balik. Itu bukan jati diri kami, kami tak pernah menjatuhkan diri. Kami tim yang sportif, jadi kalau pemain kami jatuh, harapannya sih orang tahu 'Oh ini Liverpool, mereka bukan tim seperti itu (pura-pura jatuh)'. Tapi ya, itu bukan alasan kebobolan atau kalah."