Pemenang Jadi Pecundang! 'Roller Coaster' Hary Kane, Inggris Kembali Patah Hati Saat Prancis Ke Semi-Final

Antoine Griezmann membuktikan kelasnya di laga ini, cukup dengan cara yang sederhana. Bintang Atletico Madrid itu menemukan peran baru yang ideal bersama Prancis, menjadi penghubung yang sangat efektif antara serangan dan lini tengah dan tampil sangat baik saat menghadapi Inggris.

Akurasi operannya selama babak pertama adalah 96 persen - tingkat keberhasilan yang luar biasa untuk seorang pemain yang bermain di posisi ofensif. Yang lebih impresif lagi adalah fakta bahwa ia tidak melewatkan satu operan pun di sepertiga akhir selama 45 menit pertama, dan salah satu dari bola itu berakhir di kaki Tchouameni, yang membuka skor dengan tendangan manis dari jarak jauh.

Kemudian, seperti yang ia lakukan melawan Denmark, Griezmann membukukan assist - yang kedua di laga ini - ketika timnya memang sangat membutuhkan momen magisnya, mengirimkan umpan silang akurat yang disundul Giroud untuk menjadi gol. Memang ia belum mencetak gol sejauh ini, namun itu tidak lagi menjadi masalah karena perannya sekarang berkembang tak cuma sekadar urusan membobol gawang lawan.

Menjelang pertandingan, Hugo Lloris ditanya tentang prospek menghadapi penalti Harry Kane. Ada anggapan bahwa ia mungkin diuntungkan karena terbiasa menghadapi sang striker karena sama-sama berlatih di Tottenham. Lloris menjawab: "Anda lebih tahu dari saya bahwa Harry memiliki kemampuan menembak di mana saja. Ia mungkin salah satu yang terbaik dalam aspek permainan ini [penalti]."

Kane membuktikan ucapan Lloris benar saat babak kedua baru berjalan sembilan menit, dengan sang kiper salah membaca arah tendangan penaltinya untuk menyamakan kedudukan bagi Inggris. Kylian Mbappe sempat berusaha memberi saran bagi Lloris, tapi tetap tak kuasa mencegah No.9 Inggris itu untuk sukses melakukan eksekusi penalti keempatnya secara beruntun di Piala Dunia. Dan, yang jauh lebih penting, golnya yang ke-53 untuk menyamai rekor Wayne Rooney sebagai topskor Inggris sepanjang masa.

Namun, ketika kepahlawanan Kane kembali dibutuhkan untuk membuat kedudukan seimbang kedua kalinya dengan hanya enam menit waktu normal tersisa, ia mendadak jadi pecundang karena eksekusi penalti keduanya di laga itu melambung tinggi di atas mistar.

Olivier Giroud mengalami malam yang cukup mengerikan. Timnya mungkin dalam situasi memimpin saat jeda namun sang nomor 9 Prancis hanya berhasil melakukan tujuh sentuhan. Ketika mendapat peluang besar, tendangan volinya dari jarak dekat usai menerima umpan Ousmane Dembele ternyata bisa ditepis oleh Jordan Pickford.

Namun, Giroud, yang tidak bermain di Ligue 1 hingga berusia 24 tahun, tidak mudah patah arang. Kerja keras pantang menyerahnya terbayar tak lama kemudian. Beberapa saat setelah menyia-nyiakan peluang emas, Giroud dengan cerdik bergerak di antara dua bek tengah Inggris untuk mencetak gol yang membawa Prancis kembali unggul dan terbukti menyegel kemenangan timnya. Sebuah performa yang fantastis dari sang penyerang sentral dan memang membuktikan dirinya tak salah menyandang status sebagai pencetak gol terbanyak Prancis sepanjang masa.

Sosok paling beruntung di Al Bayt. Prancis baru saja kembali memimpin. Mereka mencoba untuk mengamankan keunggulan, namun sang bek kiri malah memberi keuntungan dan peluang bagi Inggris untuk menyamakan kedudukan kedua kalinya di partai ini.

Sama sekali tidak perlu bagi Theo untuk mendorong Mason Mount di kotak penalti, tindakan yang ceroboh karena sebenarnya posisi pemain pengganti Inggris itu tidak begitu membahayakan gawang Prancis. Beruntung aksi gegabahnya itu tidak membuatnya menjadi pesakitan bagi Prancis karena Kane yang mengeksekusi penalti kedua Inggris itu gagal menjalankan tugasnya.

Inggris sebenarnya mampu menyuguhkan performa yang bagus terlepas dari kebobolan gol Tchouameni di fase awal permainan, mengimbangi permainan Prancis sang juara bertahan turnamen. Dan, andai saja Kane tidak melewatkan kans mencetak gol keduanya dari titik putih dan memaksa pertandingan berlanjut ke babak tambahan mau pun hingga adu penalti, peluang bagi Inggris untuk melaju ke semi-final setidaknya masih terbuka.

Ingat, jika lolos, Inggris tak perlu menghadapi tim unggulan lainnya karena paket kejutan Maroko yang menunggu mereka di empat besar dan apabila menang maka mereka akan menembus final Piala Dunia pertama sejak 1966. Tapi sekarang yang terjadi, malah Prancis di ambang mencetak sejarah untuk mempertahankan trofi Piala Dunia mereka.

Kekecewaan Inggris di turnamen kali ini malah lebih besar dari edisi 2018 sebelumnya di Rusia, di mana perjalanan mereka terhenti di empat besar turnamen.