Lautaro Martinez Inter AC Milan 2022-23 HIC 16:9Getty

RESMI - Lautaro Martinez Legenda Derbi Milan! Pemenang & Pecundang Saat Inter Melanggeng Ke Final Liga Champions Dengan Tumpas AC Milan

Tangisan Nicolo Barella pecah, Romelu Lukaku menengadahkan tangan ke langit, sementara Simone Inzaghi memasang tampang tak percaya bahwa akhirnya segala yang ia usahakan tak sia-sia.

Jangan salah, tak ada yang percaya Inter Milan bisa mencapai babak gugur setelah satu grup bareng Bayern Munich dan Barcelona. Dan beberapa bulan lalu, ketika mereka sedang busuk-busuknya di Serie A, Anda bakal dikatai "ngimpi!" kalau memprediksi mereka bakal ke final Liga Champions Eropa.

Tapi nyatanya, Nerazzurri tidak akan cuma sekadar 'OTW' ke Istanbul, mereka akan berangkat dengan penuh percaya diri usai mengalahkan rival sekota mereka, AC Milan, dalam Derby della Madonnina terbesar dalam beberapa dekade terakhir.

Inter gemilang, merontokkan DNA Eropa Rossoner untuk meraih kemenangan 1-0 (agregat 3-0) pada leg kedua semi-final, Rabu (17/5) dini hari WIB di San Siro.

Di bawah, GOAL mengulas para pemenang dan pecundang dari malam bersejarah bagi La Beneamata, di mana Lautaro Martinez kembali membuktikan pada dunia bahwa ialah perwujudan mimpi terburuk AC Milan.

  • Lautaro Martinez Inter 2022-23 on fenceGetty Images

    PEMENANG: Lautaro Martinez

    Seperti suratan takdir, ialah yang menentukan segalanya. Milan sebenarnya cukup baik membungkam Lautaro di leg pertama pekan lalu, tetapi tinggal tunggu waktu sampai ia lepas dari kurungan. Ya, sejak derbi pertamanya pada Maret 2019, tak ada satu pun pemain yang mampu mencetak lebih banyak gol ke gawang Rossoneri dibanding dirinya.

    Kini ia mengoleksi delapan gol dalam 13 penampilan vs Milan, dan gol termutakhirnya tercipta 16 menit sebelum waktu normal kelar, sepenuhnya membunuh partai yang sebenarnya tak terlihat bisa dihidupkan kembali oleh tim 'tamu'.

    Harus diakui bahwa gol tersebut bisa tercipta berkat kepayahan Mike Maignan yang biasanya brilian. Ia takluk di tiang dekatnya, gagal menghalau sepakan yang tak kencang-kencang amat.

    Tetapi Lautaro mana peduli. Sekarang ia berhak menyandang status legenda derbi Milan!

  • Iklan
  • Henrikh Mkhitaryan Inter AC Milan 2022-23 Champions LeagueGetty

    PECUNDANG: Henrikh Mkhitaryan

    Dua derbi dengan dua emosi yang sangat berbeda untuk Henrikh Mkhitaryan. Pekan kemarin, ia bahagia bukan kepalang mencetak gol kedua Inter dan menyabet man of the match. Namun di Rabu dini hari, ia harus keluar lapangan dengan penuh penyesalan karena cedera dua menit setelah turun minum.

    Mkhitaryan memang pada akhirnya ikut merayakan langkah Inter ke final, tetapi rasa bahagia itu dikerangkeng fakta bahwa ia kini punya pertempuran pribadi untuk bisa ikut serta di Istanbul.

    Cedera pahanya memang masalah besar, yang belum jelas separah apa setidaknya sampai beberapa hari ke depan. Tetapi yang tak kalah genting adalah posisi Mkhitaryan. Bintang Armenia ini memang rutin dimainkan Inter, tetapi ia sama sekali tak bisa dibilang pemain kepercayaan Inzaghi, yang artinya sekalipun sudah sembuh, bukan tak mungkin namanya tak ada di starting XI.

    Marcelo Brozovic, yang menggantikannya di laga ini, tampil di bawah ekspektasi sepanjang musim tapi, di hari terbaiknya, ia adalah opsi yang jauh lebih baik di posisi gelandang jangkar dibandingkan Hakan Calhanoglu, yang memang lebih natural menempati posisi gelandang serang.

    Maka, Mkhitaryan kini harus harap-harap cemas soal hasil diagnosisnya...

  • Lautaro Martinez Romelu Lukaku Inter AC Milan 2022-23Getty

    PEMENANG: Duet LuLa

    Meski meneruskan kebangkitannya dengan brace ke gawang Sassuolo kemarin Minggu (14/5), Lukaku dipaksa duduk di bangku cadangan di laga dini hari ini, sementara Edin Dzeko mempertahankan tempatnya bersama Lautaro.

    Kendati demikian, Lukaku memberikan kontribusi signfikan setelah dimasukkan sebagai pengganti, menjaga ketenangannya di kotak penalti untuk mengoper bola ke Lautaro, yang mengonversinya menjadi gol.

    Dzeko memang menunjukkan kualitasnya di babak pertama, tapi nampaknya duet 'LuLa' yang dahulu mengantarkan Inter Milan juara Serie A 2021 sudah kembali moncer.

    Jika Lukaku mampu menjaga performa ini, jangat kaget kalau ia masuk di starting line-up partai final.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • Rafael Leao AC Milan Inter 2022-23 Champions LeagueGetty

    PECUNDANG: Rafael Leao

    Bayangkan, akan seperti apa jalan cerita derbi ini andai Rafael Leao cukup bugar untuk jadi starter di kedua leg? Sayangnya kita tak akan pernah tahu. Ketiadaannya di leg pertama adalah handicap masif bagi armada Pioli, yang belum pernah sekalipun menang tanpa penyerang Portugal tersebut.

    Namun, Inter sebenarnya tidak cemas-cemas amat apakah ia bisa sembuh tepat waktu atau tidak. Andre Onana bahkan tidak takut kualat untuk bilang, sebelum laga, bahwa Nerazzurri sudah berkali-kali menang derbi ketika Leao masuk starting line-up Milan. Maka, mungkin seharusnya kita tidak kaget bahwa Inter mencatatkan EMPAT kemenangan beruntun atas sang tetangga - pertama kalinya sejak 1974 - meski Leao sudah kembali.

    Tentu saja ada kemungkinan ia belum sepenuhnya sembuh setelah sembuh dari cedera paha, dan ia memang tak terlihat sesiap itu di menit awal - first touch yang buruk memaksanya menjatuhkan Denzel Dumfries dalam lima menit pertama.

    Beberapa waktu setelahnya Leao menusuk ke kotak penalti dengan kecepatan yang luar biasa, tetapi tembakan kaki kirinya gagal mengarah ke gawang Onana. Andai ia mengonversi tendangan itu, partai ini bisa saja sangat berbeda. Tapi pada akhirnya, Milan dan Leao sama-sama semakin memudar seiring laga berjalan - dan kini mereka hanya bisa berandai-andai saja...

  • PEMENANG: Sepakbola Italia

    Serie A itu sarangnya masalah. Rasialisme masih terus menodai sepakbola Italia, mayoritas stadion jauh di bawah standar, dan hampir semua upaya modernisasi terjegal urusan birokrasi, seperti yang saat ini sedang dihadapai Inter dan Milan soal San Siro.

    Belum lagi fakta bahwa, di Italia, klasemen bisa berbohong, atau paling tidak, tidak bisa dipercaya. Poin Juventus di akhir musim tidak akan ditentukan oleh peristiwa yang terjadi di lapangan, melainkan di persidangan.

    Dalam konteks yang menyedihkan ini, maka, "derbinya derbi" ini, kalau menurut Gazzetta dello Sport, datang di saat tepat bagi Italia dan para penggemar sepakbola mereka yang sudah lama menderita.

    San Siro, atas segala kekurangannya, adalah panggung spektakuler untuk menggelar semi-final Liga Champions, dan ini semua berkat para suporter, yang memajang tifo luar biasa menjelang laga 'kandang' masing-masing.

    Seperti yang CEO Inter Beppe Marotta dan presiden Milan Paolo Scaroni katakan menjelang sepakmula di leg kedua, bahwa atmosfernya "magis".

    Dan seharusnya semua orang sepakat akan hal itu. Tak peduli Anda pendukung klub Italia mana, tetapi kehadiran tiga klub Serie A di delapan besar, empat besar, dan kini di final harusnya bisa menjadi sumber kebanggaan - dan harapan.

    Setelah pemandangan maha dahsyat di Stadio Diego Armando Maradona saat perayaan Scudetto Napoli pekan lalu, atmosfer menakjubkan di Giuseppe Meazza kembali menjadi pengingat bahwa sepakbola Italia masihlah istimewa.

    Ya, andai Serie A bisa menyelesaikan masalah luar lapangan, maka tidak ada batas yang tak bisa mereka dobrak di dalamnya.

  • Pioli Milan InterGetty Images

    PECUNDANG: Manajemen Milan

    Sudah menjadi rahasia umum bahwa Milan sangat pelit di bursa transfer, yang memang disebabkan masalah-masalah finansial yang ada sebelumnya. Keengganan untuk berinvestasi itu pun membuat kemenangan mereka di Serie A kian impresif, serta menarik puja-puji atas kemampuan melatih Pioli serta kejelian Paolo Maldini mendapatkan diskon.

    Namun, kini masa depan mereka dua berpotensi tak jelas. Seperti yang dilaporkan sebelum laga, jika Milan dieliminasi Inter, dan gagal finis empat besar di Serie A, maka posisi mereka berdua akan dipertanyakan habis-habisan. Memang rasanya tidak adil, mengingat bagaimana Pioli dan Maldini telah berperan penting memulangkan Rossoneri ke puncak sepakbola Eropa.

    Tapi tak bisa dipungkiri Pioli sudah berkali-kali mengambil keputusan taktik yang ngawur musim ini dan 'dihukum' karena terlalu sering merotasi starting XI-nya. Tapi Pioli bisa bilang ia cuma korban dari kesalahan pihak klub di bursa transfer musim panas kemarin. Mengingat anggaran yang cukup kecil, skuad Milan jelas membutuhkan agar beberapa perekrutan mereka sukses, tetapi nyatanya semuanya flop, Divock Origi dan Charles De Ketelaere yang paling parah.

    Dan soal merekrut pemain, Maldini-lah yang mengambil keputusan. Ia bisa saja menyoroti bahwa Milan tak memilki kekuatan finansial setara raksasa Eropa lainnya, tapi sayangnya hal itu tak akan bisa melindungi klub dari amarah fans jika mereka gagal lolos ke UCL musim depan.

  • Pep Guardiola Carlo Ancelotti 2022-23 Champions LeagueGetty

    PEMENANG: Manchester City atau Real Madrid

    Meski begitu, tak bisa dipungkiri bahwa kedua leg Derbi della Madonnina ini tak sepadan, secara kualitas, dengan laga Madrid vs Man City di Santiago Bernabeu. Artinya siapa pun pemenangnya di Etihad esok dini hari, mereka akan tiba di Istanbul sebagai tim yang (sangat) difavoritkan.

    Derbi memang cenderung ketat dan panas - tak peduli kekuatan dua tim yang bertarung - dan ini adalah momen bersejarah baik bagi Milan atau pun Inter, mengingat signifikansi hal yang dipertaruhkan. Fakta bahwa tak satu pun dari mereka terjamin lolos Liga Champions via Serie A kian membuktikan betapa menegangkannya laga ini. Tapi tetap saja, meski Inter layak menang, mereka bukanlah tim yang membuat musuh di final nanti ketakutan.

    Ada banyak alasan mengapa Nerazzurri masih bisa memberi kejutan di Turki - salah satunya ya karena ini laga sistem gugur. Dengan sedikit keberuntungan, tim yang cuma rata-rata pun bisa juara Liga Champions - Chelsea 2012 buktinya.

    Namun, mereka harus bisa menyalurkan spirit Inter versi treble asuhan Jose Mourinho - Inter yang tak sespesial itu tetapi sangat terlatih dan penuh determinasi - jika ingin memenangi Piala Eropa keempat mereka.

0