Man Utd Top Four GFXGetty/GOAL

Delapan Alasan Manchester United Sukses Kembali Ke Liga Champions!

Manchester United resmi kembali. Pekan kemarin, Setan Merah terlihat sudah akan membersamai para elite Eropa di Liga Champions sekali lagi, sebelum gol Roberto Firmino di menit 89 menyamakan kedudukan Liverpool saat menghadapi Aston Villa. Tapi, pada kenyataannya, gol mengharukan tersebut tak mengubah apa-apa.

Membantai Chelsea, yang memang sakit-sakitan, di Old Trafford pada Jumat (26/5) dini hari WIB dengan skor 4-1, akhirnya The Red Devils membuktikan kepantasan diri untukfinis empat besar. Ini sama sekali tak mengherankan, mengingat rekor kandang MU yang memang luar biasa. Cuma manusia paling pesimistis di dunia - atau haters - yang merasa mereka akan gagal melawan THe Blues.

Empat besar memang seharusnya menjadi standar minimum bagi klub semasif Man United, tetapi mengingat bagaimana babak belurnya mereka musim lalu - mencatatkan jumlah poin terburuk selama 30 tahun di Liga Primer Inggris dan tertinggal 13 poin dari Tottenham di peringkat empat - pencapaian ini layak dipuji.

GOAL menilik kembali segala alasan mengapa kini United (hampir) kembali ke tempat yang memang sudah seharusnya menjadi rumah mereka, mengumandangkan "The Champiooooooons!" dengan lantang di Theatre of Dreams...

  • Erik ten Hag Manchester United Brentford 2022-23Getty Images

    'The Ten Hag Effect'

    Erik ten Hag adalah faktor utama kebangkitan mereka musim ini, meningkatkan standar di ruang ganti, dan tak mengampuni pemain yang terlambat atau bersikap buruk. Rezim barunya dimulai di pramusim, ketika ia mengambil pendekatan keras menghadapi si tukang ngeluh Cristiano Ronaldo, yang meninggalkan laga uji coba kontra Rayo Vallecano sebelum waktu yang disepakati. Dan ketika Ronaldo cabut dari lapangan lebih dulu di laga kontra Tottenham pada bulan Oktober, Ten Hag langsung mengasingkan kapten timnas Portugal itu sepenuhnya.

    Dia juga keras kepada Marcus Rashford sang pemain andalan, mencadangkannya kontra Wolves karena terlambat datang pertemuan tim. Tetapi Ten Hag tidak cari ribut atau menyoroti keburukan satu pemain, dan berhasil menciptakan atmosfer yang harmonis. Lihatlah bagaimana baiknya respons MU setelah kekalahan besar: selalu menang setelah kalah, kecuali di laga kedua di Brentford dan saat baru-baru ini ditumbangkan West Ham.

    Ten Hag akan mencatatkan jumlah poin terbanyak dalam sejarah manajer Manchester United di musim debutnya semenjak kepergian Sir Alex Ferguson, dan terlihat sebagai pelatih paling cocok yang pernah Setan Merah miliki dalam satu dekade terakhir. Prestasinya mungkin tak sementereng Louis van Gaal atau Jose Mourinho dalam kariernya, tetapi perbedaan utamanya adalah bahwa Man United dilatih Ten Hag di puncak performanya, tak seperti beberapa pendahulunya, yang baru mampir ke MU setelah mendapatkan label pelatih kuno.

  • Iklan
  • Marcus Rashford Manchester United 2022-23Getty Images

    Rashford bugar dan menggelegar!

    Siapa yang bisa lupa betapa bobroknya Rashford musim lalu? Setelah mengalami tahun penuh cedera dan kehancuran rasa percaya diri, ia cuma mendapatkan 16 start lintas kompetisi dan hanya mencetak lima gol.

    Tetapi setelah kamp latihan individual yang intens di Amerika Serikat sebelum memulai pramusim, Rashford kembali jalan kebesaran. Ia bukan cuma menemukan kembali performa lamanya, ia bahkan menjlema menjadi sosok yang tak disangka-sangka: sosok pemain yang eksplosif, tajam, dan andalan.

    Rashford mencetak 29 gol di semua kompetisi musim ini, 18 gol lebih banyak dari Bruno Fernandes selaku top skor kedua. Kehadirannya juga terasa di laga-laga terbesar, mencetak gol ke gawang Liverpool, Arsenal, Manchester City, dan Barcelona, juga kontra Newcastle United di final Piala Liga.

  • Cristiano Ronaldo Manchester United 2022-23Getty Images

    Kepergian Ronaldo

    Bulan madu kedua Ronaldo bersama Man United cuma bertahan delapan tahun, dan perceraian sudah terasa tak terhindarkan sejak musim panas tahun lalu. Ia putus asa ingin meninggalkan Old Trafford tapi tak laku, dan keberadaannya menyedot energi dan atensi tim sampai akhirnya ia ditendang di bulan November, usai melakukan wawancara bombastis bersama Piers Morgan.

    Hanya lima kali Ronaldo bermain lebih lama dari 45 menit di Liga Primer Inggris musim ini, dan United cuma menang dua kali darinya, kontra Everton (berkat gol kemenangannya) dan West Ham. Sisanya cuma imbang 0-0 versus Newcastle dan dihajar Brentford serta Aston Villa.

    Pada malam di mana wawancara kontroversialnya dirilis, United sedang bermain di Fulham, laga yang memang tak dihadiri Ronaldo. Di saat ia menjelek-jelekkan nama baik Setan Merah dan merencanakan kepergiannya, Alejandro Garnacho meledak memberikan United kemenangan menit akhir. Sebuah pertanda yang begitu puitis bahwa MU memang sudah move on dari Ronaldo.

    Enam bulan kemudian, seperti setelah putus dengan mantan toksik, kondisi Man United jauh lebih baik tanpanya. Sementara Ronaldo masih jadi sumber kontroversi di Arab Saudi, United akan kembali ke Liga Champions, kompetisi yang dulu ia rajai.

  • Lisandro Martinez De GeaGetty

    Martinez kokohkan pertahanan

    Bek 175 cm dari Argentina mungkin terdengar meragukan, dan sepertinya hanya akan menambah masalah bagi pertahanan United yang memang amburadul, tetapi Lisandro Martinez justru membuat mereka semakin solid dan krusial bagi kebangkitan mereka menuju empat besar.

    Martinez menutupi tinggi badannya yang pendek dengan kepiawaian memainkan bola dari belakang, memastikan United bisa menjaga penguasaan bola dengan penuh percaya diri dan meringankan beban David de Gea. Dia juga penuh kepercayaan diri dan menjelma menjadi sosok pemimpin bersama Casemiro.

    Duet Martinez pun luar biasa bersama Raphael Martinez, yang nasibnya lebih mujur terkait cedera di musim keduanya bersama MU. Pengaruh keduanya pun makin terasa ketika tim racikan Ten Hag kesulitan saat mereka cedera berjemaah di bulan April, keok di tangan Sevilla, Brighton, dan West Ham.

    Pun, bukan cuma Martinez dan Varane yang membuat lini belakang Man United kokoh lagi. Aaron Wan-Bissaka terbukti berkembang pesat di bawah Ten Hag dan berhasil merebut kembali posisinya di starting XI sementara Victor Lindelof cukup bisa diandalkan saat Martinez harus absen.

    Dan De Gea juga layak dipuji - kecuali rentetan blunder konyolnya versus Brentford, Sevilla, dan West Ham - setelah mencatatkan clean sheet terbanyak di Liga Primer Inggris sejauh ini.

  • Manchester United vs. BarcelonaGetty Images

    Performa kandang yang menakjubkan

    Kiprah United di Old Trafford luar biasa di bawah Ten Hag. Untuk keempat kali dalam sejarah panjang mereka, United mencatatkan 25 kemenangan kandang dalam semusim musim ini, menyamai catatan 2007/08 di mana mereka mengawinkan gelar Liga Primer dengan trofi Liga Champions.

    Dengan dua laga kandang tersisa, mereka telah mengoleksi 42 poin, tujuh angka lebih banyak dibandingkan total musim lalu. Jika mereka memenangkan dua laga terakhir kontra Chelsea dan Fulham (yang semuanya di Old Trafford), armada Ten Hag akan mencatatkan jumlah poin terbaik Man United dalam satu dekade terakhir, ketika mereka memenangkan 48 poin di kandang di musim terakhir Fergie. Mereka juga akan menyamai rekor klub 27 kemenangan kandang, yang tak tergoyahkan sejak 2002/03.

    United memiliki rentetan tak terkalahkan terpanjang di laga kandang Liga Primer, setelah cuma kalah sekali, di laga pembuka musim kontra Brighton. Dan kekalahan kandang terakhir mereka di semua kompetisi adalah saat menghadapi Real Sociedad di Liga Europa pada 8 September.

    Yang paling krusial adalah bahwa hasil mereka di kandang menambal hasil tandang yang, harus dikatakan, sangat bobrok. MU-nya Ten Hag cuma mampu mengoleksi 27 dari 57 poin yang bisa mereka dapatkan dari 19 laga tandang, kalah tujuh kali dari sembilan pertandingan tandang melawan tim-tim 10 besar.

  • Bruno FernandesGetty

    Kepemimpinan Fernandes

    Bruno Fernandes menjadi pahlawan yang sibuk musim ini. Ia bermain di berbagai posisi di lini tengah, mengisi lubang yang ditinggalkan Casemiro ketika ia diskors, bahkan bermain di kedua sayap, dan tentunya sebagai gelandang serang. Kecuali di beberapa laga, ia selalu menyanggupi tugas-tugas itu dengan gemilang.

    Fernandes adalah pemberi assist terbanyak United (delapan), dan togal 14 kontribusi gol hanya kalah dari Rashford. Ia juga menunjukkan kepemimpinan yang hebat, entah itu via cara tradisional dengan menjadi pemain yang vokal, atau dengan menjadi suri tauladan lewat permainanya.

    Selain selalu memberikan usaha terbaiknya di lapangan, ia juga berusaha keras untuk memastikan dirinya bisa dimainkan di semua laga. Tak sekalipun ia absen karena cedera, ia bahkan bermain penuh rasa sakit gara-gara cedera kaki yang ia alami di semi-final Piala FA versus Brighton, ketika ia tetap ditunjuk sebagai starter empat hari kemudian kontra Tottenham.

  • Casemiro Manchester United 2022-23Getty

    Pengalaman Casemiro

    Man United sangat membutuhkan seseorang yang bisa menyingkirkan poros lini tengah 'McFred', dan Casemiro adalah sosok terbaik untuk melakukannya.

    Pemenang Liga Champions lima kali itu memberi United sesuatu yang sudah lama tak mereka miliki: pengalaman, komitmen, dan kemauan (serta kepiawaian) untuk bermain kotor, dan memperkuat area yang bisa dibilang paling penting di lapangan. Selain melindungi lini pertahanan, ia juga berkontribusi bagi pemain-pemain di dpepannya, dan yang paling penting adalah bagaimana ia menggembleng rekan-rekannya.

    Ia juga berkontribusi dalam 10 gol, yang paling indah ketika melakukan salto untuk menyegel tiga poin kontra Bournemouth.

  • Kai Havertz Jurgen Klopp Chelsea Liverpool 2022-23Getty Images

    Para rival yang sekarat

    Man United memang bangkit dan kembali ke Liga Champions berkat kepiawaian mereka sendiri, tapi tak bisa dipungkiri mereka terbantu oleh rival-rival tradisional lain yang bertumbangan. Chelsea menjadi yang paling parah. Klub yang musim lalu finis ketiga itu kini sedang menderita di peringkat 12.

    Mereka kacau balau semenjak Todd Boehly memecat Thomas Tuchel September kemarin dan menggantikannya dengan Graham Potter, yang memang layak dipuji atas kerja-kerjanya bersama Brighton tetapi sama sekali tak punya pengalaman menangani tim besar dengan pemain-pemain elite. Tetapi memecat Potter dan merekrut Frank Lampard secara interim adalah ide yang lebih konyol lagi. Legenda The Blues itu kalah tujuh kali dari sembilan laga sejak mengambil alih tampuk kepelatihandi bulan April.

    Sementara itu Liverpool terlihat burn out setelah musim lalu mengejar ambisi quadruple, di mana mereka hanya kalah satu poin dari Manchester City dalam perebutan gelar Liga Primer Inggris dan mencapai tiga final, sementara Darwin Nunez, pembelian terbesar mereka, gagal beradaptasi dengan kerasnya sepakbola Britania.

    Tottenham, yang diam-diam finis keempat musim lalu, disedot habis oleh energi negatif Antonio Conte, tetapi justru semakin terpuruk semenjak putus hubungan dengan pelatih asal Italia itu pada bulan April dan kini terancam tak akan masuk kompetisi Eropa mana pun.

0