Haaland Xhaka GFXGetty/GOAL

Arsenal Mulai HANCUR! 5 Alasan Manchester City Bakal Salip The Gunners Jadi Juara Liga Primer Inggris

Tak perlu diragukan lagi bahwa Arsenal fantastis sepanjang musim ini. Mereka mendobrak segala ekspektasi di bawah Mikel Arteta, yang berhasil membangun salah satu skuad paling menjanjikan di Eropa sembari tetap memegang teguh prinsip-prinsipnya.

Namun mereka belum siap memenangkan Liga Primer Inggris. Hasil imbang 2-2 kontra Liverpool menjadi pengingat terkini, ketika mereka membuang keunggulan dua gol di hadapan kerumunan Anfield yang raungannya memekakkan telinga dan akhirnya malah berutang budi pada Aaron Ramsdale karena atas jasanya, mereka tidak pulang sebagai pecundang.

The Gunners kini cuma unggul enam poin dari Manchester City dan telah bermain satu kali lebih banyak, dan masih harus melawat ke Etihad Stadium.

Kerapuhan mental yang selalu menjegal Arsenal selama paruh kedua rezim Arsene Wenger di London Utara, dan Arteta layak dipuji karena memutus tren tersebut. Namun, kini anak asuhnya berada di teritori yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Man City sudah terbiasa dengan tekanan untuk menang di situasi krusial; mereka bahkan bisa dibilang menikmatinya, dan tak akan menyerahkan gelar mereka begitu saja.

Arsenal pada akhirnya akan dikudeta oleh pasukan Pep Guardiola, dan GOAL mengulas lima alasan utamanya...

  • Bukayo Saka anguish Arsenal Bournemouth Premier League 2022-23Getty

    Kurang pengalaman

    Ke mana pun mata tertuju, skuad Man City dipenuhi dengan pemenang. Nama-nama seperti Kevin De Bruyne, Ilkay Gundogan, Bernardo Silva, Riyad Mahrez, dan John Stones sudah sangat familier dengan yang namanya juara.

    Pasukan Guardiola tahu cara meningkatkan performa mereka ketika gelar juara dipertaruhkan, dan mereka didorong oleh tekad untuk terus memecahkan rekor sembari menjaga dominasi di kancah sepakbola Inggris.

    Arsenal memiliki dua bekas bintang City di skuad mereka yang memiliki mindset serupa, dan Gabriel Jesus serta Oleksandr Zinchenko memainkan peran penting dalam usaha Si Meriam London merebut mahkota juara liga.

    Namun anggota skuad The Gunners sisanya tak punya pengalaman di level ini. Tiga penampil terbaik Arsenal - Bukayo Saka, Gabriel Martinelli, dan Martin Odegaard - juga sedang menghabiskan asupan adrenalin mereka saat ini.

    "Karena tak banyak dari yang kami yang pernah samapi di sini, kami jadi tak tahu betul bagaimana cara menangani ini," ucap kiper Arsenal Aaron Ramsdale setelah mengalahkan Everton 4-0 bulan lalu. "Jadi kami selalu bermain seolah-olah sedang duduk di peringkat 10, 12 atau apa pun itu. Kami bermain bersama rekan-rekan kami dan berusaha memenangkan laga sebanyak mungkin."

    Kenaifan tersebut sangat kentara di Anfield saat The Gunners gagal menutup pertandingan dengan kemenangan meski tampil trengginas di babak pertama, di mana mereka sepenuhnya mendominasi Liverpool. Maka tak heran jika dalam beberapa pekan ke depan mereka akan terpeleset lagi.

  • Iklan
  • Erling Haaland Manchester City 2022-23Getty Images

    Faktor Haaland

    Saat ini Martinelli-lah yang menjadi top skor Arsenal di Liga Primer Inggris musim ini dengan 14 gol - torehan terbaik winger Brasil tersebut.

    Saka sendiri sudah mencetak 13 gol dan Odegaard 10, sementara Jesus sepertinya akan menyentuh dua digit andai cedera lutut tak memaksanya menepi sampai tiga bulan setelah Piala Dunia.

    Namun mereka tak memiliki satu pemain pun yang bahkan selevel ujung kuku Erling Haaland.

    Terminator City tersebut mencetak gol ke-29 dan ke-30-nya di Liga Primer Inggris ketika menghajar Southampton 4-1 kemarin Sabtu (8/4), dan total ia sudah mencetak 44 gol lintas ajang musim ini - terbanyak bagi klub Inggris dalam satu musim, setara Ruud van Nistelrooy untuk Manchester United dan Mohamed Salah untuk Liverpool.

    Haaland rasanya hampir pasti memecahkan rekor gol terbanyak dalam satu musim Liga Primer Inggris versi 38 laga yang dipegang Mo Salah (32) dan mungkin gol terbanyak dalam semusim EPL secara keseluruhan yang dipegang Andrew Cole (34). Pun tidak mustahil ia menyentuh angka 50 di musim debutnya di Etihad.

    Sederhananya, Haaland adalah striker paling mematikan di dunia, dan kehadirannya memberi City keunggulan besar di laga mana pun.

    Guardiola memuji Haaland setinggi langit setelah dwigolnya, berkata kepada BBC Sport: "Kita menghidupi dua dekade luar biasa bersama Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, tapi dia (Haaland) sudah di level itu."

    Sulit membayangkan Man City gagal juara liga dengan pemain seperti Haaland di puncak performanya.

  • Granit Xhaka Arsenal 2022-23Getty Images

    Xhaka si emosian

    "Anda memang harus sedikit memiliki daya juang, tapi ada saatnya kapan harus mengganggu sang beruang dan kapan harus membiarkan sang beruang tidur. Dia menggangunya di saat yang salah."

    Legenda Manchester United Roy Keane dengan piawai merangkum mengapa ledakan amarah Granit Xhaka di Anfield akhirnya membuat Arsenal kehilangan tiga poin kontra Liverpool.

    The Gunners unggul 2-0 dan memegang kendali penuh sebelum gelandang Swiss itu memutuskan bentrok dengan Trent Alexander-Arnold setelah tak diberi pelanggaran. Keduanya sudah berkontak fisik sebelum pemain dari kedua tim melerai mereka, yang lalu sama-sama dikartu kuning.

    Insiden itu seolah membangunkan kerumunan suporter kandang di Anfield, dan Salah pun memperkecil defisit tak lama kemudian dan Liverpool pada akhirnya berhasil memperjuangkan satu poin lewat gol Roberto Firmino di menit akhir.

    Kontribusi Xhaka untuk Arsenal musim ini memang sungguh krusial, tetapi ia masih rentan bersikap tak pikir panjang.

    "Saya bukan fan Arsenal, tapi jika saya fan Arsenal: Anda ini ngapain?! Benar-benar gila," ucap bekas bek Liverpool Jamie Carragher soal Xhaka di Sky Sports. "Laga ini dalam genggaman Anda dan Anda terlibat... Mengapa melakukannya? Lalu bentrok dengan Trent, memancing reaksi fans [Liverpool]. Benar-benar langkah idiot dari Xhaka. Seperti Xhaka yang lama."

    Xhaka membuat rekan-rekannya kecewa karena kehilangan ketenagannya, dan sepertinya dia tak akan belajar. Xhaka adalah pemain yang abu-abu dan agresif, yang juga menjadi faktor mengapa ia begitu tangguh di tengah lapangan, tapi ia masih belum belajara mengendalikan emosinya.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • Guardiola-Arteta-Man-CityGetty

    Guardiola masih maestro

    Arteta menghabiskan tiga tahun belajar dari yang terbaik di Etihad.

    Ia menyerap sebanyak mungkin ilmu dari Guardiola ketika masih menjadi asistennya sebelum menjadi pelatih kepala di Arsenal pada 2019. Ia memang tak bisa memberikan kesukesan instan di Emirates, sebagaimana yang mampu dihadirkan Guardiola di Barcelona pada 2008/09, tapi saat ini The Gunners sedang menuai hasil atas kesabaran mereka.

    Bos City tersebut emoh membesar-besarkan pengaruhnya terhadap karier Arteta, dengan berkata pada wartawan: "Saya sih bisa saja bilang banyak [pengaruh Man City terhadap Arsenal] tetapi itu artinya saya akan berbohong. Mungkin saya belajar lebih banyak darinya ketimbang dia dari saya ketika kami bekerja bersama."

    Nyatanya itu cuma Guardiola yang sedang berusaha bersikap rendah hati. Ia masih Sang Maestro dan muridnya masih harus menempuh jalan yang panjang sebelum bisa dalam satu kalimat yang sama.

    Kemenangan 3-1 City di kandang Arsenal pada 13 Februari buktinya, di mana Arteta terlihat frustrasi sepanjang laga. Ia tak henti-hentinya meneriakkan instruksi ke anak asuhnya, bahkan menggelar team-talk impromptu pada satu momen, sementara Guardiola tetap tenang.

    Arsenal berhasil bertahan di babak pertama, yang mendorong Guardiola untuk melupakan eksperimennya dengan formasi 3-2-2-3 dan kembali ke skema empat bek, dengan Manuel Akanji dimasukkan sebagai pengganti Riyad Mahrez. Perubahan taktik itu memungkinkan City untuk merebut kendali pertandingan dan membombardir Arsenal di 45 menit kedua.

    Rekor menakjubkan Guardiola di level domestik dibangun dari kemenangan-kemenangan yang seperti itu. Ia jarang sekali salah taktik di laga besar dan manajemen in-game-nya selalu jitu dan cerdas.

    Arteta punya kesempatan untuk membalas dendam terhadap mantan gurunya di Manchester pada 27 April, tapi Guardiola akan siap menghadapi apa pun yang akan diberikan bekas muridnya, dan itulah alasan City lagi-lagi diunggulkan.

  • Holding-Odegaard-Ramsdale-ArsenalGetty

    Sisa laga lebih berat

    Man City memang masih memiliki beberapa laga berat selain bentrok melawan Arsenal, termasuk laga tandang melawan Fulham, Brentford, dan Brighton, tapi tak akan ada yang kaget jika mereka memetik poin maksimum sampai akhir musim.

    Mereka sudah pernah melakukannya, dan memiliki kedalaman skuad yang mumpuni untuk tetap kompetitif di Liga Champions dan Piala FA.

    Arsenal cuma punya Liga Primer, yang mana akan menambah tekanan pada mereka. Setelah ini, mereka harus melawat ke markas West Ham yang terancam degradasi, sebelum menyambut sang juru kunci Southampton di Emirates.

    Armada Arteta harus memenangkan kedua laga itu sebelu menghadapi Man City, dan mereka membutuhkan hasil postif di Etihad, sebelum melakoni tiga laga yang bisa mendefinisikan musim mereka.

    The Gunners akan menjamu Chelsea di akhir April sebelum menghadapi Newcastle, yang mengejar zona Liga Champions, di St. James'Park, dan melawan Brighton di Emirates - dengan pasukan Roberto De Zerbi juga memiliki peluang, meski kecil, untuk finis empat besar.

    Selanjutnya laga kontra Nottingham Forest juga bisa menjadi kulit pisang, dan Arsenal akan mengakhiri kampanye Liga Primer mereka di kandang melawan Wolves, yang kembali tampil lebih maksimal semenjak dipegang Julen Lopetegui.

    Jika Arsenal bisa tetap di puncak setelah rentetan laga tersebut, maka itu artinya mereka memang pantas juara, tetapi rasanya terhindarkan lagi bahwa mereka akan dikudeta Man City yang secara keseluruhan memang lebih berkualitas.

0