J.League Part 2J.LEAGUE

Sepakbola Sebagai Jembatan: Bagaimana J.League Menghubungkan Jepang & Asia Tenggara (Bagian 2)

"Strategi Asia" yang ambisius dari J.League telah menghubungkan Benua Kuning melalui sepakbola selama nyaris sepuluh tahun, mengakselerasi perkembangan olahraga ini di seantero Asia Tenggara dan berujung pada masuknya pemain-pemain ASEAN ke Jepang.

Di antaranya adalah Chanathip Songkrasin dan Theerathon Bunmathan, duo superstar Thailand yang telah mengukir nama mereka dalam sejarah J.League. Chanathip menjadi pemain Asia Tenggara pertama yang terpilih menembus Best XI tahunan, sementara Theerathon adalah pesepakbola ASEAN perdana yang memenangi titel juara J1.

Meski tidak semua produk impor dari Asia Tenggara meraih kesuksesan serupa, seluruh pemain sepakat bahwa kesempatan berkarier di J.League jadi pengalaman yang sangat berharga.

"Sebagai pribadi, itu pengalaman pertama bagi saya, jadi itu sangat spesial," ujar Stefano Lilipaly tentang periodenya bersama Hokkaido Consadole Sapporo pada 2014.

Stefano LilipalyJ. LEAGUE PHOTOS

"Sejak awal saya langsung merasa betah. Ini hal penting bagi saya karena saya benar-benar family person. Kultur dan keramahan orang-orang di sana sangat spesial."

Kehadiran talenta-talenta terbaik ASEAN telah membantu J.League semakin mengukuhkan status sebagai liga nomor satu di Asia, sekaligus menginspirasi pemain-pemain lain dari kawasan itu untuk naik ke level lebih tinggi.

"Dari segi sepakbola saya tidak banyak bermain, tapi jujur saya sangat menikmatinya," kata Lilipaly. "Saya mengerahkan segalanya. Dalam laga-laga yang saya mainkan, laga uji coba dan semuanya, saya menunjukkan apa yang saya miliki."

"Saya menikmati setiap sesi latihan. Atmosfer, lingkungan di kompleks latihan, lapangannya - semua bagus. Saat berada di sana, setiap pagi saya antusias untuk pergi berlatih, baik itu sedang ada salju ataupun tidak!"

ชนาธิป สรงกระสินธ์Consadole Sapporo

Bahkan sebelum tiba di Jepang pun Lilipaly sudah terkesima dengan hal-hal yang telah ia ketahui tentang J.League dengan menonton video fasilitas latihan jelas dunia yang menantinya di Hokkaido.

"Consadole tim luar biasa," tuturnya. "Saat saya googling mereka dan melihat stadionnya, Sapporo Dome, saya terpukau, 'Wow, apa ini? Saya belum pernah melihat ini sepanjang hidup.' Saya cuma melihat ini di Transformers, tahu kan? Seperti mobil yang berubah jadi robot."

"Kemudian, saya melihat langsung stadionnya, dan saya bergumam, 'Wow ini sangat spesial, sangat unik'."

Saat Lilipaly datang, ternyata yang ia bayangkan dan lihat sebelumnya dari foto memang sesuai dengan kenyataan.

"Dari rekan-rekan setim sampai presiden klub Anda lihat profesionalisme sepakbola," lanjut pemain Indonesia ini. "Semua orang bertekad jadi lebih baik setiap hari. Saya juga orang yang kalau datang ke latihan, meskipun cuma satu persen, saya ingin jadi lebih baik."

"Jika Anda lihat sekeliling, Anda akan dapati semua orang bekerja. Itu atmosfer yang Anda inginkan di sekitar Anda. Meskipun cuma satu persen [lebih baik] setiap hari, itu menghasilkan perbedaan dalam sepakbola."

Seiring kian banyaknya pemain yang mengikuti jejak Lilipaly dan hijrah dari Asia Tenggara ke Jepang, ketertarikan pada sepakbola Negeri Sakura pun otomatis meroket. Nilai hak siar melejit, kesempatan menjual merchandise juga naik drastis. Belum lagi pertumbuhan luar biasa di media sosial, dan bahkan ada pula dampak positif pada sektor turisme sebelum terganjal pandemi.

"Semua orang antusias melihat saya pergi ke sana, dan tentu semua tahu J.League - dalam pandangan saya level tertinggi di Asia," ujar Lilipaly perihal dampak transfernya ke Sapporo. "Saya sangat bangga bisa pindah ke sana dan mewakili Indonesia di Jepang."

Kesuksesan Chanathip dan Theerathon membuka lebar-lebar pintu kesempatan di J.League bagi beberapa kompatriot mereka dan pemain dari negara ASEAN lainnya, termasuk Đặng Văn Lâm dari Vietnam serta penggawa Malaysia Hadi Fayyadh.

Ini sejalan dengan target Strategi Asia, yang bertujuan untuk tidak hanya memperkuat sepakbola Jepang tetapi juga mengakselerasi perkembangan di kawasan Asia Tenggara dengan membantu meningkatkan kualitas di dalam maupun luar lapangan.

Alumni J.League seperti Lilipaly mendemonstrasikan bagaimana praktik program ini sesungguhnya, dan berbicara positif tentang hal-hal yang mereka dapatkan dari kiprah mereka di Jepang.

2018_11_30_Theerathon(C)J.LEAGUE

"Secara mental, ini sesuatu yang berbeda," kata winger 31 tahun yang kini merumput untuk Bali United ini. "Itu kali pertama saya pindah ke luar negeri dan meninggalkan keluarga saya. Secara mental itu membuat saya jauh lebih kuat."

"Pengalaman pergi ke sana untuk melihat hal-hal baru, melihat kultur berbeda, bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka mengawali hari. Hal-hal kecil, tapi kami tiba pukul 6 pagi di lapangan latihan dan semua sudah di ruang ganti untuk mandi, bersiap, dan lain-lain."

"Benar-benar terasa bahwa mereka berada di sana untuk jadi lebih baik. Hal-hal kecil tapi ini bisa menghasilkan perbedaan besar pada pola pikir Anda."

Pertukaran kultural semacam itu tak akan mungkin tanpa Strategi Asia, dan langkah-langkah yang diambil dalam sedekade terakhir telah meninggalkan tanda sangat tegas dalam sepakbola Jepang dan Asia Tenggara.

Dan proyek ini hanya akan tumbuh semakin besar pada tahun-tahun mendatang. Akan ada lebih banyak pemain yang mengikuti jejak Lilipaly, Chanathip, dan Theerathon, dan sebagai imbasnya sepakbola di Asia hanya akan menjadi semakin kuat.

"Saya jatuh cinta dengan Jepang saat pergi ke sana," jawab Lilipaly saat ditanya apakah dia akan merekomendasikan J.League kepada pemain Asia Tenggara lainnya.

"Jika kamu bisa pergi ke sana, pergilah. Saya telah katakan kepada pemain-pemain Indonesia, 'Jika ada kesempatan, pergilah'."

Iklan