LIPUTAN ABI YAZID DARI MALANG
Kerusuhan yang terjadi antara petugas keamanan dengan Aremania Minggu lalu akhirnya memakan korban, satu orang Aremania meninggal dunia, Rabu (18/4).
Adalah Dhimas Duha Imron, Aremania berusia 16 tahun yang beralamat di Jalan Kepuh Kota Malang meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit. Penyebab kematian Dhimas masih belum diuraikan oleh petugas medis RSSA. Namun menurut keluarga, Dhimas usai pulang dari Kanjuruhan mengalami bengkak di leher dan tangan.
"Kondisinya bengkak saat pulang dari Kanjuruhan, akhirnya kami pijatkan karena dia tidak mau dibawa ke Rumah Sakit. Tetapi kondisinya belum membaik setelah dipijat. Kemudian kami bawa ke RSI Aisyiah kemarin namun kemudian dirujuk ke RSSA Malang, dan hari ini meninggal dunia," ujar Yoga Purna, kakak ipar korban.
Di sisi lain, menurut rekan korban yang ikut menonton pertandingan. Dhimas pada saat itu memanjat pagar karena ingin keluar Stadion melalui pintu gerbang pojok (pintu besar yang digunakan untuk masuk kendaraan besar). Untuk lewat pintu itu harus memanjat pagar. Naas, saat memanjat Dhimas terkena gas air mata sehingga matanya mengalami perih dan mual. Diapun oleng dan terinjak-injak oleh Aremania yang lain yang juga ingin keluar menyelamatkan diri.
"Saat terinjak-injak Dhimas masih sadar dan dia berusaha keluar. Namun baru merasaka sakit yang sangat sehari setelah kejadian," ujar rekannnya Nur Rosidin.
Abi Yazid/GOALDikonfirmasi terpisah di sela-sela latihan Arema di Stadion Kanjuruhan. Media Officer Arema menerima laporan tentang ada korban baru dari kerusuhan Kanjuruhan pada Rabu siang. Saat ini, penyebab kematian korban baru diketahui dari laporan keluarga yaitu sesak nafas. Hingga sore tadi pihak Arema belum mendapatkan konfirmasi.
"Jadi tadi siang ada perwakilan dari keluarga korban, sekitar jam 13.00 melaporkan bahwa Dhimas sempat dibawa ke RSI Aisyiah karena nyeri di dana. Tetapi kemudian dirujuk di RSSA kemarin, Selasa (17/4)," urai Sudarmaji.
"Kemudian ketika kami mengunjungi Aremania yang dirawat di Wava Husada sore tadi ada kabar jika Almarhum sudah meninggal. Kami ikut berduka cita semoga segala kebaikan yang dilakukan diterima Tuhan, dan semoga keluarga diberi ketabahan."
Sementara itu, Paman Korban yaitu Imron menyatakan jika harusnya sepakbola menjadi alat pemersatu. Tidak menjadi alat pertikaian.
"Sepakbola hanyalah permainan, jangan sampai ada kejadian kerusuhan seperti ini. Saya sendiri masih belum tahu apa yang dilakukan nanti, tetapi dari keluarga sudah ikhlas," tegas Imron. (gk-48)


