Baru mentas dalam dua pertandingan di Piala Dunia 2018, Inggris sudah menampilkan rupa baru yang tidak pernah tampak di Piala Dunia edisi-edisi sebelumnya. Bukan cuma mengandalkan banyak darah muda, pasukan Gareth Southgate secara pemainan juga terlihat sangat ofensif dan amat piawai dalam memanfaatkan situasi bola mati.
Kemenangan 2-1 atas Tunisia dan berlanjut dengan skor masif 6-1 kontra Panama memberi bukti sahih. Pola serangan The Three Lions terlihat begitu mengalir dan kalau lebih diperhatikan hampir seluruh gol tersebut berawal dari set piece: tendangan penjuru (3), penalti (2), dan tendangan bebas (1).
Dua hasil yang meloloskan Inggris dari Grup G itu melahirkan Harry Kane sebagai pahlawan tak terbantahkan. Kane menjadi mesin gol dengan menyumbang lima dari total delapan gol Inggris sejauh ini, membuatnya menjadi topskor sementara sekaligus bintang turnamen.
Di bawah bayang-bayang Kane, ada John Stones, sosok bek yang menjadi hulu dari aliran serangan Inggris. Stones sudah mengemas dua gol dan juga punya andil besar terhadap gol pertama Kane ke gawang Tunisia. Jika ada satu nama lain yang berada di bawah radar, barangkali dialah Kieran Trippier.
Ketika Southgate memilih 3-5-2 sebagai formasi baku di timnas, banyak yang meragukan kemampuan Trippier sebagai wing-back kanan. Maklum, nama Trippier masih kalah tenar ketimbang Kyle Walker, yang dipandang sebagai bek kanan terbaik Inggris. Apalagi, koleksi caps Trippier masih belum menyentuh dua digit.
Namanya juga baru tercium dalam satu-dua tahun terakhir sebagai pelapis Walker di Tottenham Hotspur sebelum akhirnya mulai tampil reguler sejak Walker pindah ke Manchester City. Walau begitu, keputusan Southgate untuk menggeser Walker lebih ke dalam dan menempatkan Trippier sebagai penyisir sisi kanan lapangan sejauh ini terbukti tepat.
Mengapa Trippier? Dalam sebuah wawancara dengan BBC, mantan kiper Inggris Rob Green memberikan analisis menarik. “Bukan bermaksud melebih-lebihkan, tetapi saya rasa dia [Trippier] sangat menyerupai David Beckham,” katanya.
Ia menggarisbawahi peran krusial Trippier sebagai eksekutor set piece dan penyuplai crossing andal, sebuah tugas yang dulu pernah diemban dengan apik oleh Beckham. “Dia [Trippier] begitu bagus dalam aspek itu. Dia adalah revelation terbesar Inggris dalam dua laga terakhir. Sang man of the match di laga melawan Tunisia,” lanjut Green.
Opini Green terbilang tepat dan bisa diverifikasi dengan statistik. Kontra Tunisia, Trippier tercatat sebagai pemain Inggris yang paling banyak menciptakan peluang (6) dan melepaskan umpan silang (10). Salah satu umpan silangnya merupakan sebuah sepak pojok yang berujung gol telat Kane. Melawan Panama, Trippier juga menjadi penyuplai crossing terbanyak (3) dan lagi-lagi sebuah sepak pojoknya berbuah assist untuk gol pertama Stones.
Jika ditotal, Trippier adalah pemain Inggris yang paling banyak menciptakan peluang dan melepas umpan silang di kedua laga tersebut. Yang lebih istimewa, akurasi umpan silang Trippier (69 persen) di kedua partai itu merupakan yang terbaik di antara pemain lain di Piala Dunia 2018 yang sudah melepaskan lebih dari lima umpan silang.
Performa Trippier di level klub terbilang di atas rata-rata. Bukan Dele Alli maupun Christian Eriksen yang menjadi pelayan terbaik Kane di Liga Primer Inggris musim lalu, melainkan Trippier dengan lima assist. Menariknya, lima assist itu adalah total assist Trippier di sepanjang Liga Primer 2017/18 dan semuanya dituntaskan Kane seorang diri!
Trippier tak pelak adalah senjata rahasia Inggris yang patut diperhatikan kiprahnya di Rusia. Koneksi erat Kane-Trippier yang kini telah merambah tingkat internasional membuat Inggris terlihat menakutkan. Belgia dan calon lawan Inggris berikutnya di fase gugur wajib waspada.
