OLEH ADHE MAKAYASAIkuti di twitter
Nemanja Matic mengaku “terpaksa” menjadi gelandang bertahan setelah kalah bersaing dengan Pablo Aimar dan Javier Saviola sewaktu di Benfica.
Matic, yang awalnya adalah gelandang serang, kini mejelma menjadi salah satu gelandang bertahan terbaik di dunia, dengan ia berperan penting dalam keberhasilan Chelsea menjuarai Liga Primer Inggris musim lalu sebelum kemudian ditebus mahal oleh Manchester United di musim panas kemarin.
Kepada Inside United, Matic menuturkan peran penting Jorge Jesus yang dahulu merupakan pelatihnya di Benfica. Ia mengatakan: “Ketika saya menekuni sepakbola, impian saya adalah bermain sebagai gelandang serang dan mencetak gol. Ketika saya tumbuh dengan pesat, saya mulai mundur ke belakang dan ketika saya datang ke Benfica, pelatih Jorge Jesus memberi tahu saya bahwa saya tidak punya peluang untuk bermain sebagai gelandang serang.
“Kami punya banyak pemain yang lebih baik ketimbang saya di posisi tersebut, seperti Pablo Aimar dan Javier Saviola. Jadi itu sulit buat saya dan pelatih bilang, ‘jika saya ingin bermain, kemudian posisi No. 6 di gelandang bertahan cocok untuk saya dan saya bisa menjadi salah satu yang terbaik di dunia’.
“Saya mulai berlatih dan mendengarkan pelatih dan, selangkah demi selangkah, saya berkembang. Seperti yang bisa kalian lihat hari ini, saya sekarang di Manchester United dan saya senang karena telah mengubah posisi saya.”
Ditanya apakah tubuhnya yang tinggi menjadi penyebab perubahan posisi tersebut, Matic menambahkan: “Ya, saya pikir begitu. Dengan tinggi tubuh saya, ini sulit untuk bermain di depan namun saya tidak tahu.
“Mungkin pelatih bilang bahwa tinggi saya merupakan masalah, padahal [yang menjadi masalah] sebenarnya adalah kualitas saya!,” lanjutnya sambil tertawa. “Aimar dan Saviola sangatlah mungil namun sangat bagus secara teknik dan mereka punya kualitas yang sangat mumpuni,” tutup Matic.