Chelsea v Liverpool - Premier LeagueGetty Images Sport

"Logikanya DI MANA?!" - Virgil Van Dijk Cecar Wasit Usai Estevao Bantu Chelsea Menang Dramatis Atas Liverpool

  • Chelsea v Liverpool - Premier LeagueGetty Images Sport

    Drama menit 'berdarah' di Stamford Bridge

    Chelsea meraih kemenangan dramatis 2-1 atas Liverpool di Stamford Bridge lewat gol telat Estevao Willian, Sabtu (4/10) kemarin. Momen penentu terjadi pada menit kelima masa tambahan waktu. Saat itu laga nampak akan berakhir sama kuat setelah Cody Gakpo menetralkan gol spektakuler Moises Caicedo di awal laga.

    Namun Estevao—winger muda Brasil berusia 18 tahun—menyambar umpan silang Marc Cucurella dan menaklukkan kiper The Reds Giorgi Mamardashvili. Gol itu memicu selebrasi liar dari para pemain dan suporter The Blues, bahkan membuat pelatih Enzo Maresca diusir wasit karena selebrasi berlebihan di pinggir lapangan.

    Kemenangan telat ini menjadi angin segar bagi Chelsea setelah dua kekalahan beruntun di Liga Primer Inggris. Sebaliknya, Liverpool asuhan Arne Slot menelan tiga kekalahan beruntun.

  • Iklan
  • Van Dijk minta penjelasan dari wasit

    Usai kekalahan 2-1 tersebut, Van Dijk mengatakan: “Saya melihat selebrasi mereka, dan memang wajar. Tapi saya rasa selebrasinya lebih dari dua menit, jadi saya lihat jam ketika wasit meniup peluit—menit 98. Saya membatin: ‘Kok bisa?’ Saya bertanya dengan sangat sopan saat itu—tidak marah atau agresif. Saya cuma bertanya logikanya di mana mengambil keputusan seperti itu."

    "Tapi tak seharusnya itu menjadi fokus utama. Kami harus memperbaiki diri. Itu yang lebih penting. Kami semakin menyadari itu dan untungnya kami masih punya kesempatan untuk melakukannya setelah kami kembali [dari jeda internasional].”

  • Lembaran baru di babak rivalitas Si Merah vs Si Biru

    Walau laga di Stamford Bridge akhir pekan kemarin sudah cukup menegangkan, perseteruan Chelsea dan Liverpool sebenarnya tergolong modern, karena dipicu oleh frekuensi pertemuan kedua tim di laga-laga penting pada medio 2000-an.

    Kedatangan Roman Abramovich dengan kekuatan finansial masif pada 2003 langsung membawa Chelsea bersaing dengan raksasa mapan seperti Liverpool. Setahun kemudian, kedatangan Jose Mourinho di Chelsea dan Rafael Benítez di Liverpool semakin memanaskan persaingan, mengingat keduanya merupakan pelatih dengan ego besar dan filosofi sepakbola yang bertolak belakang.

    Final Piala Liga 2005 yang dimenangkan Chelsea menjadi momen ikonik saat Mourinho membungkam fans Liverpool dengan gestur "sst". Lalu ada "gol hantu" Luis Garcia di semi-final Liga Champions 2005 yang meloloskan Liverpool ke final. Saga transfer Steven Gerrard yang nyaris pindah ke Chelsea pada 2005 serta bagaimana sang legenda "terpeleset" pada 2014—yang mengubur mimpi The Reds juara EPL—turut memperdalam kebencian kedua kubu suporter.

  • FBL-ENG-PR-CHELSEA-LIVERPOOLAFP

    Saatnya Slot berkaca

    Bagi Arne Slot, jeda internasional Oktober bisa menjadi kesempatan untuk bernapas sejenak dan mengevaluasi apa yang salah dengan Liverpool. Dalam dua pekan terakhir, The Reds tumbang dari Crystal Palace, Galatasaray, dan kini Chelsea secara berturut-turut. Arsenal pun kini menggeser sang juara bertahan dari puncak klasemen Liga Primer Inggris.

    PR di mejanya menumpuk: bagaimana mengoptimalkan peran Florian Wirtz, sistem terbaik apa yang harus ia pakai, dan pertanyaan besar soal lini belakang yang masih rapuh.

    Dan tak ada waktu berlama-lama, karena begitu Liga Inggris kembali bergulir, Liverpool akan langsung menjamu rival bebuyutan— Manchester United—pada 19 Oktober mendatang.

0