FBL-AFC-QUALIFIERS-MAS-VIEAFP

Tuduhan Naturalisasi Ilegal: Malaysia Terancam Sanksi FIFA? AFC Tegaskan Bukan Wewenangnya

  • Pengamat Indonesia menuduh Malaysia merekayasa silsilah pemain naturalisasi
  • AFC membantah mengetahui soal sanksi dan menegaskan itu adalah wewenang FIFA
  • Tuduhan masih spekulatif tanpa ada konfirmasi resmi dari FIFA maupun FAM
  • TOPSHOT-FBL-AFC-QUALIFIERS-MAS-VIEAFP

    APA YANG TERJADI?

    Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) telah menepis klaim mengejutkan bahwa Malaysia bisa diskors oleh FIFA atas dugaan penyalahgunaan aturan naturalisasi pemain. Tuduhan ini pertama kali dilontarkan oleh pengamat sepakbola Indonesia, Justinus Lhaksana, atau yang lebih dikenal sebagai coach Justin. Dalam siniarnya, ia menuduh Federasi Sepakbola Malaysia (FAM) telah melanggar regulasi kelayakan pemain internasional.

    Menurut coach Justin, Malaysia telah menggunakan pemain dengan "garis keturunan yang direkayasa" dan mengklaim FIFA dapat menjatuhkan sanksi berat, termasuk kemungkinan skorsing hingga 2027. Tuduhan ini mencuat setelah lima pemain kelahiran Amerika Selatan — Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Jon Irazabal, Joao Figueiredo, dan Facundo Garces — tampil dalam kemenangan 4-0 Harimau Malaya atas Vietnam pada Kualifikasi Piala Asia 2027, 10 Juni lalu.

    Namun, hingga saat ini baik FIFA maupun AFC belum mengeluarkan konfirmasi apa pun. Sekretaris Jenderal AFC Datuk Seri Windsor Paul dengan tegas menolak spekulasi tersebut dan menjelaskan bahwa tindakan apa pun terkait kelayakan pemain berada di bawah yurisdiksi FIFA, bukan AFC. Pihak FAM sendiri belum memberikan komentar saat dihubungi oleh media.

  • Iklan
  • FBL-AFC-QUALIFIERS-MAS-VIEAFP

    GAMBARAN BESAR

    Isu naturalisasi pemain merupakan topik yang sangat sensitif dalam sepakbola internasional. Meski menjadi strategi yang sah untuk memperkuat tim nasional, prosesnya diatur oleh statuta FIFA yang sangat ketat, mencakup syarat tinggal minimal lima tahun atau memiliki garis keturunan langsung (orang tua atau kakek-nenek). Tuduhan yang dilontarkan coach Justin menyerang inti dari integritas dan prinsip fair play dalam olahraga.

    Kontroversi ini menjadi semakin panas karena dilontarkan oleh seorang pengamat dari Indonesia, negara yang memiliki rivalitas panjang dan sengit dengan Malaysia di kancah sepakbola. Hal ini menambah dimensi ketegangan regional pada isu tersebut, yang membuatnya cepat menyebar dan menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar sepakbola di Asia Tenggara, terlepas dari kebenarannya yang belum terbukti.

    Jika tuduhan tersebut terbukti benar, konsekuensinya akan sangat fatal bagi sepakbola Malaysia. Sanksi dari FIFA, terutama skorsing, akan membuat mereka dilarang berpartisipasi dalam semua kompetisi internasional resmi, mulai dari Piala Dunia, Piala Asia, hingga turnamen tingkat regional yang diakui FIFA. Oleh karena itu, klaim ini memiliki bobot yang sangat serius dan berpotensi merusak reputasi sepakbola Malaysia secara keseluruhan.

  • FBL-BHR-AFC-CONGRESSAFP

    APA YANG DIKATAKAN?

    Tuduhan ini bermula dari pernyataan pengamat sepakbola Indonesia Justinus Lhaksana dalam siniarnya yang berjudul "Bukan Bincang Sepak Bola Biasa". Ia secara terang-terangan menuduh Malaysia telah menggunakan pemain dengan "garis keturunan yang direkayasa".

    Coach Justin juga mengklaim bahwa partisipasi Malaysia dalam Kejuaraan ASEAN U-23 yang sedang berlangsung hanya dimungkinkan karena turnamen tersebut tidak berada di bawah sanksi FIFA. Menurutnya, ini menjadi indikasi bahwa ada masalah dengan status pemain Malaysia di level internasional yang diakui FIFA.

    Menanggapi spekulasi yang beredar, sekretaris jenderal AFC Datuk Seri Windsor Paul memberikan pernyataan yang jelas untuk mendinginkan situasi. Ia menegaskan bahwa AFC tidak memiliki informasi apa pun mengenai potensi sanksi tersebut.

    "Kami belum diberitahu tentang sanksi apa pun. Terlebih lagi, FAM akan tahu lebih dulu sebelum orang lain," kata Windsor. Ia menambahkan, "AFC tidak memiliki informasi, karena masalah seperti itu berada di bawah wewenang FIFA."

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • FBL-WC2026-EUR-DRAWAFP

    TAHUKAH ANDA?

    Aturan FIFA mengenai kelayakan pemain untuk membela tim nasional sangatlah ketat. Menurut Pasal 7 Statuta FIFA, seorang pemain dapat dinaturalisasi jika telah tinggal di negara tersebut setidaknya selama lima tahun setelah mencapai usia 18 tahun. Alternatif lainnya adalah jika pemain tersebut memiliki orang tua atau kakek-nenek yang lahir di wilayah negara asosiasi terkait. Tuduhan "garis keturunan rekayasa" mengindikasikan pelanggaran terhadap aturan kedua ini.

    Justinus Lhaksana, atau Ccoach Justin, adalah sosok yang sangat dikenal di kalangan pencinta sepakbola Indonesia. Ia merupakan mantan pelatih timnas futsal Indonesia dan kini aktif sebagai pengamat dengan gaya analisis yang blak-blakan, lugas, dan sering kali provokatif, yang membuatnya memiliki banyak pengikut sekaligus kritikus.

    Terdapat perbedaan yurisdiksi yang jelas antara AFC dan FIFA. AFC adalah badan pengatur sepakbola di tingkat benua Asia, yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan turnamen seperti Piala Asia dan Liga Champions AFC. Namun, untuk urusan fundamental seperti status pemain, penegakan aturan kelayakan global, dan penjatuhan sanksi kepada asosiasi negara anggota, wewenang tertinggi berada di tangan FIFA.

  • FBL-AFF-SUZUKI CUP-MAS-THAAFP

    BERIKUTNYA?

    Kini, semua mata tertuju pada FIFA. Komunitas sepakbola, khususnya di Asia Tenggara, akan menantikan pernyataan resmi dari badan sepakbola dunia tersebut untuk mengklarifikasi apakah ada penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap Malaysia. Tanpa adanya konfirmasi dari FIFA, seluruh tuduhan ini akan tetap menjadi rumor dan spekulasi liar.

    Di sisi lain, tekanan ada pada Federasi Sepak bola Malaysia (FAM). Diharapkan FAM akan segera mengeluarkan pernyataan resmi untuk menjawab tuduhan ini, memberikan klarifikasi mengenai status pemain naturalisasinya, dan memulihkan kepercayaan publik. Sikap diam yang berkepanjangan dapat menimbulkan lebih banyak spekulasi negatif.

    Bagi tim nasional Harimau Malaya sendiri, tantangan terbesarnya adalah menjaga fokus. Dengan adanya turnamen yang sedang berjalan dan kompetisi lain yang menanti, para pemain dan staf pelatih harus mampu mengabaikan kebisingan di luar lapangan. Tugas mereka adalah untuk tetap berkonsentrasi pada persiapan dan performa, sementara manajemen menangani kontroversi di level administratif.

0