Di Tottenham, satu tantangan yang dihadapi Ange ketika dia menganalisis skuad barunya untuk memutuskan pemain mana, termasuk mereka yang akan pergi dan kembali dari pinjaman, bisa memainkan sepakbola yang dia usung.
Ada satu cerita menarik dari Smith ketika pertama kali merasakan latihan di bawah arahan Ange. Dia ingat betul waktu itu sang pelatih memanggilnya gara-gara dia coba melakukan umpan diagonal jarak 60 meter.
"Dia tiba-tiba langsung menarik saya dan bilang 'Matt, kami tidak melakukan itu di sini. Lakukan umpan kombinasi, lakukan umpan pendek, cari tahu dan selesaikan masalahnya'," ungkap, mantan bek itu.
"Kami berlatih lebih keras dibanding kami menghabiskan waktu. Kami selalu bermain dari belakang, selalu menemukan sudut dan ruang, memanipulasi garis dan melatih tiga atau empat segmen berbeda dari permainan."
"Dia suka timnya menguasai bola, jadi dia bukan pelatih yang akan duduk di belakang lalu melakukan serangan balik. Dia akan sangat agresif di kaki depan. Itu adalah tuntutan simultan, yang setiap kali kami kehilangannya, kami harus merebut balik dengan sangat cepat."
"Berisiko tinggi, tapi itulah etosnya. Tidak akan pernah membiarkan para pemain merasa nyaman. Tidak pernah berasumsi bahwa ada pemain yang aman, itu benar-benar mendorong tim."
Setelah melalui musim turbulensi, Spurs kini menunjuk seseorang yang teguh akan pendiriannya.
"Saya mengerti tentang apa itu kerja yang jujur," kata Ange, yang meninggalkan rezim junta militer di Yunani saat usia lima tahun untuk pindah ke Melbourne dengan orang tuanya, saat mengambil job di Celtic.