Tanpa Gol Sejak Oktober: Antony, Kapan 'Banderol £85 Jutanya' Dibuka?

Antony adalah pemain yang memunculkan rasa penasaran untuk dianalisis, dan tampaknya ada keterputusan besar antara seberapa tinggi dia dihargai klub dan negaranya dengan apa yang dia berikan di lapangan.

Dia adalah pemain vital Erik ten Hag kala membawa Ajax meraih dua gelar Eredivisie, meski jumlahnya tidak terlalu menonjol.

Dia mencetak delapan gol di musim 2021-22, jumlah yang lumayan untuk seorang pemain sayap. Kendati demikian, 27 pemain lainnya mencetak gol sebanyak atau lebih banyak dari dirinya di liga. Dia juga memberikan empat assist, sebanyak 40 pemain di kompetisi papan atas Belanda.

Itu berbanding terbalik dengan rekan satu timnya di Ajax, Dusan Tadic, yang mampu mengemas 13 gol dan 19 assists. Bahkan jika dibandingkan dengan Cody Gakpo yang menutup musimnya bersama PSV Eindhoven dengan masing-masing 12 gol dan assists.

Pada musim 2020/21, Antony melesakkan sembilan gol, menempatkan dirinya di antara 25 pencetak gol terbanyak Eredivisie. Sementara assist-nya menempatkkan dia di sepuluh besar.

Ini bukan angka yang sebanding dengan jumlah yang dibayarkan United untukn dirinya, dan tampaknya biaya transfer £85 juta didorong oleh kombinasi keengganan Ajax untuk melepaskannya, dan desakan Ten Hag untuk mendapatkan sang pemain.

Direktur olahraga Ajax Edwin van der Sar mengakui kepada The Athletic: “Kami ingin mempertahankannya di sini satu tahun lebih lama, tidak ada kebutuhan yang mendesak untuk menjualnya, karena kami memiliki uang di bank. Tetapi nilainya menjadi sangat tinggi, dan kami menantang United untuk melangkah sejauh mungkin.”

Ten Hag bukan satu-satunya pelatih yang tergoda oleh talenta Antony. Sejak pertama kali dipanggil ke tim nasional Brasil oleh Tite pada 2021, Antony sudah bermain sebanyak 16 kali untuk negaranya.

Itu empat kali lebih banyak dari bintang Real Madrid Rodrygo, dan sepuluh kali lebih banyak dari Gabriel Martinelli, yang sama-sama bermain di posisinya.

Harus diakui juga, dia hanya tiga kali tampil sebagai starter, dan memanfaatkan peluangnya sebaik mungkin, mencetak gol di kualifikasi Piala Dunia melawan Paraguay dan Venezuela.

Tite bahkan mengatakan dia memiliki karakteristik yang mirip dengan Neymar dan Vinicius Junior, meskipun kedua pemain tersebut jauh lebih fleksibel dibandingkan Antony, yang lebih dikenal dengan satu manuver.

Antony memang sensasional dalam menusuk dari sayap kanan, dan menembak dengan kaki kirinya. Ketika triknya berhasil, itu bisa menghancurkan lawan. Contoh untuk itu ada dalam golnya melawan Real Betis, yang membuat United kembali unggul di awal babak kedua leg pertama babak 16 besar Liga Europa.

Atau golnya melawan Manchester City pada Oktober, meski United tertinggal 4-0 dalam pertandingan itu. Dia mencetak sejumlah gol serupa di Ajax, membuat bek jatuh bangun sebelum melakukan tendangan melengkung ke sudut jauh.

Itu adalah pergerakan yang sangat efektif ketika dilepaskan, tetapi itu juga membuatnya lebih mudah diprediksi, dan mudah diantisipasi. Semakin lama dia menghabiskan waktu di Inggris, semakin sedikit dia bisa melakukan gerakan favoritnya.

Lihatlah bagaimana dia memulai karirnya dengan United, menjadi pemain pertama dalam sejarah klub yang mencetak gol dalam tiga pertandingan pertamanya di liga, kala menjebol gawang Arsenal, City dan Everton. Namun, sejak itu dia belum mencetak satu pun gol di Liga Primer.

Sejak mencetak gol di Goodison Park pada 9 Oktober, pertahanan lawan telah mengantisipasinya, dan menyadari dapat mencegah Antony saat memindahkan bola ke kaki kirinya, sehingga Anda benar-benar membatasi ancamannya.

Dalam hasil imbang tanpa gol bulan lalu melawan Southampton, Antony menemukan dirinya dalam banyak posisi berbahaya di sayap kanan, tetapi tidak percaya diri untuk menghadapi Romain Perraud atau Armel Bella-Kotchap.

Ketika dia berhasil merangsek ke dalam, tim tamu memastikan mereka memiliki setidaknya satu pemain yang menghalangi jalannya, yang berarti dia mengakhiri permainan tanpa tembakan ke gawang. Bahkan dia merasa khawatir sekadar untuk melepaskan umpan pendek dengan kaki kanannya.

Untuk sekelas pemain papan atas Brasil dan United, Antony bisa dibilang hanya punya keahlian di satu kaki, terutama ketika era sepakbola sekarang banyak pemain mempunyai keunggulan di kedua kaki.

Lupakan label harganya, Antony adalah pemain yang sangat tidak produktif bila berkaca dari posisinya.

Dia menciptakan rata-rata satu peluang per gim menurut Fotmob, lebih sedikit dari gelandang bertahan Casemiro dan Fred, dan bahkan lebih sedikit dari Donny van de Beek, yang hanya membuat sepuluh penampilan du musim ini, tiga di antaranya sebagai starter, namun cedera sejak Januari.

Kendati demikian, dia setidaknya aktif dalam serangan, mengambil rata-rata 3,2 tembakan per 90 menit, kedua setelah Alejandro Garnacho di skuad United. Sementara dia berada di peringkat ketiga untuk tembakan tepat sasaran per 90 menit di belakang Garnacho dan Marcus Rashford. Dia berada di peringkat ketiga dalam gol yang diharapkan, dan kedelapan dalam assist yang diharapkan.

Namun, yang paling memberatkan adalah rasio konversi bidikannya, hanya 4,8 persen.

Kurang efisiennya Antony di depan gawang terlihat saat melawan Everton pada hari Sabtu. Dia terus mendapatkan ruang lebih baik dari bek kiri Toffees Ben Godfrey, yang ditarik keluar pada babak pertama, tetapi gagal mencetak gol dari tiga peluang sebelum ditarik keluar setelah satu jam.

Ten Hag memberikan dorongan semangat untuk penampilan Antony melawan Everton, dan percaya itu menunjukkan bagaimana dia mampu menyiksa para pemain bertahan.

“Dia pemain yang sangat muda, dia bisa membunuh lawan. Kami melihat pada hari Sabtu melawan Everton, manajer mereka membawa bek kiri lain di babak pertama karena dia membunuh pemain,” kata Ten Hag menjelang pertemuan dengan Sevilla di leg pertama perempat-final Liga Europa.

“Tentu saja kami mengharapkan yang lebih dari pemain barisan depan. Mereka tidak hanya menjadi ancaman, tapi juga efektif di sepertiga akhir, dan dia perlu bekerja keras untuk mewujudkan itu. Tetap saja, dia seorang pemain muda.”

“Kalian menyebutkan dia tidak mencetak gol di Liga Primer, tapi dia melakukannya saat melawan Betis, sebuat gol penting selepas jeda, dan melawan Barcelona menjadi gol penentu kemenangan.

“Jika Anda bisa melakukannya di pertandingan seperti itu, Anda juga bisa melakukannya di pertandingan Liga Primer. Tetapi seperti pemain lainnya, Anda harus berkembang. Kami juga harus meningkat dan memenangkan pertandingan secara bersama-sama.”

Duel Jumat dini hari WIB dengan Sevilla menjadi kesempatan besar bagi Antony untuk mengingatkan United mengapa mereka membayar begitu banyak uang untuk dirinya. Jika gol-golnya melawan Barcelona dan Betis adalah segalanya, tim La Liga itu kemungkinan besar akan memberinya ruang yang dia butuhkan untuk beroperasi.

Absennya Marcus Rashford, yang praktis membawa tim dengan torehan 28 gol di semua kompetisi pada musim ini, juga bisa bermain di tangannya. Akan ada lebih banyak tanggung jawab di pundak Antony, sesuatu yang diisyaratkan Ten Hag dapat membantunya berkembang.

“Itulah pengalaman saya dengannya. Dia adalah seorang petarung, dan menyukai tantangan. Bersama dia, tim akan menang. Itulah mengapa di Selecao [tim Brasil] dia dipilih sebagai starting 11,” kata Ten Hag.

Waktunya telah tiba bagi Antony untuk bertarung lagi, dan membuka potensi yang telah dilihat Ten Hag dan Tite dalam dirinya. Tetapi penggemar United masih menunggu untuk melihatnya.