TOPSHOT-FBL-WC-2026-EUR-QUALIFIERS-TUR-ESPAFP

Spanyol Ancam BOIKOT Piala Dunia 2026 Jika Israel Lolos

  • Spanyol ancam boikot Piala Dunia
  • Protes pro-Palestina hentikan La Vuelta
  • Tim sepeda Israel jadi sasaran utama
  • APA YANG TERJADI?

    Pejabat pemerintah Spanyol mengisyaratkan bahwa mereka dapat menarik tim nasionalnya dari Piala Dunia tahun depan jika Israel lolos kualifikasi. Patxi Lopez, juru bicara Partai Pekerja Sosialis Spanyol yang terkemuka, mengatakan bahwa mereka akan "menilai" situasi tersebut jika kemungkinan itu terjadi. Pernyataan ini muncul setelah sebuah komisi penyelidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) minggu ini menyatakan bahwa Israel telah melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza.

    Ancaman ini dilontarkan hanya beberapa hari setelah protes pro-Palestina yang masif menghentikan etape terakhir balap sepeda bergengsi Spanyol, La Vuelta, di Madrid. Etape ke-11 terpaksa dipersingkat dan berakhir tanpa pemenang karena demonstran memblokir jalur lintasan. Kekacauan ini menimbulkan "masalah keamanan" yang serius, memaksa penyelenggara mengambil keputusan drastis di tengah perlombaan.

    Fokus utama dari protes tersebut adalah tim sepeda Israel-Premier Tech. Para demonstran terlihat membawa bendera Palestina dan grafiti, bahkan sempat menghentikan para pembalap di beberapa titik. Puncak aksi terjadi di dekat garis finis, di mana ribuan pengunjuk rasa memblokir jalan. Menurut laporan media lokal, insiden ini mengakibatkan tiga orang ditangkap dan empat petugas polisi terluka.

  • Iklan
  • GAMBARAN BESAR

    Langkah yang diisyaratkan oleh pemerintah Spanyol akan berisiko besar. FIFA memiliki aturan yang sangat tegas menentang intervensi pemerintah dalam urusan sepakbola. Tindakan apa pun dari Spanyol untuk memboikot turnamen hampir pasti akan disambut dengan konsekuensi berat, termasuk kemungkinan skorsing dari semua kompetisi internasional, yang akan berdampak pada klub-klub Spanyol dan tim nasional di semua tingkatan.

    Di sisi lain, peluang Israel untuk lolos ke Piala Dunia adalah nyata. Mereka belum pernah lolos sejak 1970, tetapi dengan format turnamen yang diperluas, kesempatan mereka kini lebih besar. Saat ini, Israel berada di urutan ketiga dalam grup kualifikasi UEFA mereka, memiliki poin yang sama dengan Italia yang menempati posisi play-off, meskipun Israel telah memainkan satu pertandingan lebih banyak dari tim asuhan Gennaro Gattuso.

    Insiden di La Vuelta dan ancaman boikot Piala Dunia ini menunjukkan bagaimana konflik Israel-Palestina semakin meluas ke arena olahraga internasional. Peristiwa ini menciptakan dilema bagi penyelenggara acara, para atlet, dan badan pengatur olahraga. Mereka dihadapkan pada tantangan untuk menyeimbangkan kebebasan berekspresi politik, keselamatan peserta, dan menjaga netralitas serta integritas kompetisi olahraga.

  • APA YANG DIKATAKAN?

    Patxi Lopez, juru bicara pemerintah, menyatakan posisi partainya dengan jelas. "Kami akan menilai situasi pada waktu yang tepat," ujarnya.

    "Yang kami inginkan adalah agar orang-orang sadar bahwa jika tim-tim Israel tidak dapat ambil bagian dalam acara olahraga atau Eurovision, beberapa pihak akan mulai membuka mata mereka," lanjutnya, merujuk pada upaya untuk meningkatkan tekanan internasional.

    "Mata kami terbuka lebar dan tidak menoleransi apa yang kami lihat, itulah sebabnya kami tidak bisa dan tidak akan tinggal diam," tegas Lopez dalam komentar yang dilaporkan oleh RMC Sport.

    Pebalap sepeda kelahiran Madrid, Carlos Verona, memberikan pandangannya tentang protes tersebut. "UCI (Persatuan Balap Sepeda Internasional) harus membuat keputusan untuk kepentingan semua orang. Saya memahami protes damai, tetapi saya tidak mengerti jika mereka mengganggu pekerjaan kami. Mungkin Israel seharusnya berkompetisi tanpa bendera."

    Pebalap asal Inggris, Tom Pidcock, yang merupakan salah satu unggulan, meluapkan rasa frustrasinya. "Sulit untuk menggambarkan kekecewaan ini sejujurnya. Saya merasa hari ini adalah hari saya. Kita seharusnya melintasi garis finis. Kita tidak sedang mengikuti balapan sepeda santai," katanya.

    Juara dunia tiga kali, Oscar Freire, turut mengomentari peristiwa di Bilbao. "Selalu ada beberapa protes, tetapi hari ini mereka agresif. Ini memalukan, karena ini adalah etape dengan penggemar terbanyak dan bisa menjadi yang terbaik dari Vuelta ini."

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • TAHUKAH ANDA?

    Akibat protes di La Vuelta, etape balapan yang seharusnya dimulai dan berakhir di jantung 'botxo' — sebuah lingkungan di pusat Bilbao — dihentikan secara tiba-tiba tiga kilometer sebelum garis finis. Penyelenggara memutuskan bahwa poin untuk klasifikasi tanjakan dan sprint akan dihitung, tetapi tidak ada poin pemenang yang diberikan untuk etape tersebut.

    Pemimpin klasemen umum, Jonas Vingegaard, mengungkapkan kekecewaannya karena tidak dapat menyelesaikan etape, terutama karena hari itu adalah hari ulang tahun putranya. "Ini sangat memalukan," katanya. "Kami sangat ingin memenangkan etape ini."

    Ketegangan sebenarnya sudah terasa bahkan sebelum etape dimulai. Para pebalap telah bertemu dengan penyelenggara di kota untuk membahas masalah keamanan setelah adanya serangkaian protes pro-Palestina dan kecelakaan yang disebabkan oleh demonstran yang berlari ke lintasan pada hari sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa ancaman gangguan sudah diantisipasi oleh para peserta dan panitia.

  • BERIKUTNYA?

    Setelah kekacauan di La Vuelta, penyelenggara dilaporkan menawarkan tim Israel-Premier Tech kesempatan untuk menarik diri "demi keselamatan semua orang," tetapi tim tersebut memilih untuk terus berkompetisi. Namun, kini muncul kabar bahwa beberapa tim World Tour lainnya mungkin akan menolak untuk berkompetisi melawan mereka di masa depan, yang dapat menciptakan krisis lebih lanjut dalam dunia balap sepeda profesional.

    Bagi Spanyol, bola kini ada di tangan pemerintah dan federasi sepakbola mereka. Jika Israel benar-benar lolos ke Piala Dunia, mereka harus memutuskan apakah akan melanjutkan ancaman boikot tersebut. Jika ya, mereka harus bersiap menghadapi kemarahan FIFA dan sanksi yang berpotensi melumpuhkan sepakbola Spanyol selama bertahun-tahun.

    Insiden ini menjadi preseden penting bagi dunia olahraga. Badan-badan internasional seperti FIFA dan UCI kini berada di bawah tekanan untuk meninjau kembali dan memperkuat kebijakan mereka dalam menangani protes politik yang mengganggu acara olahraga. Bagaimana mereka menavigasi tuntutan untuk kebebasan berbicara, memastikan keselamatan atlet, dan mempertahankan prinsip netralitas olahraga akan menjadi tantangan besar di tahun-tahun mendatang.

0