Rudi Garcia Roma Champions League 20102014Getty Images

Sosok Rudi Garcia – Pengkritik Cristiano Ronaldo & Petaka Gestur Biola

Perburuan pelatih untuk menggantikan Luciano Spalletti di bench Napoli kini sudah berakhir. Napoli telah mendapatkan pelatih baru mereka, dan dia adalah Rudi Garcia.

Selepas Spalletti menyatakan dirinya tidak akan ada di kursi pelatih Napoli mulai musim 2023/24, manajemen pun mulai bergerak mencari penggantinya. Sejumlah nama dikaitkan dengan jawara Serie A 2022/23 tersebut, mulai dari pelatih Fiorentina, Vincenzo Italiano, Rafa Benitez, hingga Christophe Galtier.

Namun pada akhirnya, Garcia tampil sebagai pemenang. Pelatih asal Prancis itu mewarisi kursi pelatih dari Spalletti untuk musim depan. Napoli dan bosnya, Aurelio De Laurentiis pun mengumumkannya secara resmi, Jumat (16/6) dini hari WIB.

Garcia merupakan sosok pelatih yang tak asing bagi persepakbolaan Italia, mengingat ia pernah menangani AS Roma. Uniknya, ketika ia dipecat Roma, Spalletti justru yang selanjutnya mengisi posisi pelatih. Dalam kiprahnya di Italia, ada momen yang dikenang publik Italia.

  • Skema yang akan dipakai Garcia

    4-2-3-1. Bentuk skema itu yang diapungkan pelatih berusia 59 tahun ini, yang telah dia tunjukkan dalam berbagai pengalamannya di Prancis, Italia, hingga Arab Saudi.

    Namun, Garcia sepertinya harus melakukan perubahan di Napoli dengan menerapkan formasi 4-3-3 yang membuat Partenopei sukses meraih Scudetto. Karena alasan ini, peluang untuk melihatnya di kursi pelatih juara Italia meningkat pada awal Juni.

  • Iklan
  • Perjalanan karir Garcia

    Di luar Italia dan Arab Saudi, Garcia lebih lama menjalani karirnya di Prancis. Garcia mengawalinya sebagai pelatih merangkap pemain bersama klub kasta enam kompetisi Prancis, Corbeil-Essonnes, pada 1994 hingga 1995. Selepas itu, Garcia justru beralih profesi sebagai fisioterapis, dan selanjutnya menjadi pencari bakat untuk Saint-Etienne di akhir 90-an. Pada 2001, ia pun ditunjuk menjadi pelatih.

    Kesuksesan mulai menghampiri Garcia ketika ia menangani Lille yang berhasil ia bawa menjadi kampiun Ligue 1 dan Coupe de France 2010/11. Roma pun memboyong sang pelatih untuk merasakan atmosfer Serie A. Garcia bertahan selama 2,5 musim sebelum akhirnya kembali ke Prancis untuk menukangi Marseille dan Lyon sebelum memimpin Al-Nassr yang mendatangkan Cristiano Ronaldo di pertengahan musim.

  • Selamat tinggal Arab Saudi

    Arab Saudi menjadi satu-satunya pelabuhan Garcia di luar Eropa. Sayangnya, karir sang pelatih pun berakhir tragis. Kegagalan menyaingi Al-Ittihad berujung kepada pemecatan pada April lalu. Banyak media juga mewartakan hubungan tak harmonis antara Garcia dan Ronaldo. Garcia sempat memberikan kritikan kepada Ronaldo pada awal tahun ini.

    “Dia adalah tambahan yang positif, karena bisa membantu membuka pertahanan lawan. Dia adalah salah satu pemain terbaik di dunia,” kata Garcia setelah menelan kekalahan di semi-final Piala Super Arab Saudi dikutip laman Marca.

    “Cristiano Ronaldo melewatkan peluang yang akan mengubah jalannya pertandingan di babak pertama. Sangat penting bagi para pemain untuk bermain normal, dan tidak selalu berusaha memberikan bola kepada Cristiano. Saya mengatakan mereka harus membuat keputusan yang tepat. Jelas, ketika Cristiano atau Talisca sendirian dan meminta bola, kami harus memberi mereka bola.”

  • Periode di Roma

    Rudi Garcia melatih Roma selama 2,5 musim antara 2013 dan awal 2016. Di bawah asuhannya, Roma menjadi pesaing utama Juventus dalam perburuan Scudetto.

    Dalam dua musim berturut-turut, Roma selalu berada di bawah Juventus sebelum akhirnya dipecat saat musim 2015/2016 berjalan, karena hanya mendapatkan satu kemenangan dari sepuluh pertandingan di semua kompetisi.

  • Jumlah kemenangan bersama Roma

    61 kemenangan dalam 118 pertandingan. Selain memenangkan hampir setengah dari laga yang dilaluinya, Garcia juga bermain imbang dalam 35 pertandingan, dan kalah 22 kali selama waktunya di Roma.

    Manajemen Giallorossi memecat Garcia di musim ketiganya bersama tim ibu kota berdasarkan kesepakatan berama. Bukan hanya Garcia, staf pelatih pun terkena dampaknya, karena manajemen juga mendepak mereka.

  • Gestur biola lawan Juventus

    Fans Roma mungkin tidak akan bisa melupakan momen tertentu Garcia bersama tim. Gestur biola yang ditujukan kepada wasit Gianluca Rocchi bisa jadi bakal selalu diingat fans ketika Roma menghadapi Juventus. Gestur itu membuat Garcia diganjar kartu merah, karena dianggap memperlihatkan kekesalan kepada wasit selepas eksekusi penalti Carlos Tevez di menit ke-27. Bagi masyarakat Eropa, gestur biola dianggap sebagai sikap memperlihatkan rasa sedih atau kesal.

    “Itu adalah isyarat naluriah, saya selalu membela klub tempat saya melatih. Dalam hal itu, saya tidak tahan dengan ketidakadilan, ketidakadilan yang luar biasa,” cetus Garcia.