Bobby Charlton splitGetty

Epos Sir Bobby Charlton - Dari Tragedi Munich Hingga Menggenggam Dunia Bersama Manchester United

"Kata-kata tidak akan pernah cukup" adalah bagaimana Manchester United mengumumkan kematian Sir Bobby Charlton, di usianya yang ke-86. Dan mereka benar. Rasanya tidak ada kata-kata yang cukup di dalam kamus-kamus untuk menceritakan kisah seorang maestro lapangan tengah yang telah 'mencurangi kematian', merasakan sakit paling menyiksa yang bisa dibayangkan seorang insan manusia, tapi lantas kembali bangkit untuk memimpin klubnya menuju kejayaan Eropa dan menginspirasi inggris untuk menjuarai Piala Dunia.

Charlton lahir pada 11 Oktober 1937 di kota pertambangan kecil Ashington, Northumberland, dan meniti kisahnya di Manchester, mendaki ke puncak sepakbola dunia, menjadi top skor sepanjang masa baik bagi klub dan negara. Ia menghabiskan paruh terakhir usianya dengan menyaksikan era kejayaan Man United, sebagai duta besar terbaik yang bisa Setan Merah harapkan.

Namun menuliskan epos seorang Bobby Charlton harus dimulai dengan menceritakan satu momen paling memilukan dan penting dalam hidupnya, di landasan beku Bandara Munich-Reim pada 6 Februari 1958...

  • Munich Air Disaster Tribute Manchester UnitedGetty Images

    "Kenapa harus aku?"

    Charlton, 20 tahun, adalah salah satu anggota termuda skuad Manchester United yang sedang dalam perjalanan pulang dari Belgrade, setelah memenangkan tiket semi-final Piala Eropa (kini Liga Champions). Pesawat mereka mampir di Munich untuk mengisi bahan bakar, dan setelah dua kali gagal lepas landas, pesawat yang membawa seluruh awak Man United tergelincir dan jatuh di landasan pacu, menewaskan 23 orang. Charlton adalah penyintas terakhir yang ditemukan, masih terikat sabuk pengaman di kursinya, 40 meter dari puing-puing pesawat.

    Charlton mengalami luka serius di kepala dan segera dilarikan ke rumah sakit. Saat ia siuman keesokan harinya, orang yang berbaring di sebelah kasurnya membacakan laporan kecelakaan pesawat dan memberi apa yang Charlton gambarkan sebagai sebuah "panggilan absen mengerikan": nama-nama mereka yang tewas dibacakan satu per satu. Delapan dari mereka adalah rekan satu tim Charlton, dan tiga darinya adalah sahabat-sahabat terdekatnya: Eddie Coleman, David Pegg, dan Tommy Taylor.

    Tak seperti rekan-rekannya yang lain yang selamat, Charlton sama sekali tak mengalami patah tulang, namun luka psikologis itu membekas hingga sisa hidupnya. Ia memang dinyatakan bisa bermain lagi sebulan setelah tragedi tersebut, namun Charlton sempat mempertimbangkan untuk undur diri dari sepakbola sepenuhnya.

    "Dalam berbagai cara, saya adalah bagian dari kengerian itu, tetapi, anehnya, juga berjarak," tulis Charlton di autobiografinya. "Rasanya hampir seolah-seolah saya adalah partisipan yang tak berwujud, bisu, dan trauma dalam sebuah mimpi mengerikan, di mana saya tak bisa bertindak apa-apa atau kabur darinya."

    "Saya berpikir, 'kenapa saya?' Kenapa saya berada di sini hanya dengan luka kecil di kepala sementara teman-teman yang lain terbunuh? Saya merasa itu tidak adil, kenapa harus saya? Itu adalah peristiwa yang sangat besar, begitu banyak anak muda yang tewas tepat di ambang kesuksesan besar yang telah menanti mereka, dan saya tak mengerti kenapa. Kami pergi. Beberapa hari kemudian, Anda baru menyadari betapa besarnya tragedi yang baru saja terjadi, lalu Anda mulai menyadari betapa beruntungnya Anda. Saya sangat beruntung."

  • Iklan
  • Sir Bobby Charlton | Man Utd's 20 greatestGetty

    Misi tercapai 10 tahun kemudian

    Rekan-rekan Charlton tewas dalam misi memenangkan Piala Eropa. Sebagai salah satu dari sedikit penyintas, bersama dengan sang manajer Matt Busby, ia bertekad menyelesaikan misi itu dan memenangkan piala tersebut.

    Sepuluh tahun setelah Tragedi Munich, sebagai kapten, Charlton menyelesaikan misinya, mengangkat Si Kuping Besar di Wembley setelah mengalahkan Benfica 4-1 di final 1968 pasca-babak tambahan. Takdir seolah mengintervensi: Charlton mencetak gol pertama dan terakhir laga itu. Namun saat ia mengambil trofi tersebut, nyaris tak ada kegembiraan yang terpancar di wajahnya, dan hal pertama yang terlintas di benaknya adalah memberikan trofi itu kepada Busby.

    Charlton hanya berpartisipasi sedikit dalam perayaan pasca-laga dan memilih untuk menyendiri di ruang ganti sementara rekan-rekannya berpesta di lapangan. "Malam itu saya tidak bahagia, yang saya rasakan cuma lelah dan terkuras di akhir semua rangkaian," kenangnya. "Kami telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk mewujudkan ini, kami amat sangat tidak ingin kalah, dan kami tidak kalah. Hal pertama yang terlintas saat itu semua berakhir adalah Matt Busby."

  • Bobby CharltonGetty

    Sepakbola sebagai pelarian

    Charlton boleh saja tumbuh dewasa menonton Newcastle dan striker Magpies legendaris Jackie Milburn, yang merupakan sepupu keduanya, tetapi ia tergila-gila pada Manchester United. Ia bergabung dengan MU pada usia 14 tahun dan berkembang menjadi pemain tangguh dengan bertanding melawan para pekerja pabrik. Engkelnya terkilir saat Busby memintanya untuk melakoni debut kontra Charlton Athletic, namun ia tetap bermain dan melawan rasa sakitnya, lalu mencetak dua gol.

    Ia membantu United meraih gelar Liga Inggris di musim debutnya dan menjadi bagian krusial "Busby Babes", armada pemain muda yang merupakan jebolan akademi MU. Ia melihat generasinya tercermin di era kejayaan United berikutnya di bawah kepemimpinan Sir Alex Ferguson.

    "Pemain muda adalah inti dan jati diri Manchester United," ucap Charlton. "Pada 1949, Matt Busby mendatangkan banyak pemain muda, sesuatu yang jarang terjadi di sepakbola saat itu, tak ada yang bisa memahaminya. Pemain muda selalu mendapatkan kesempatan di sini, di era Matt Busby dan Alex Ferguson seperti itu, dan itu masih berlanjut."

    Sebagai seorang putra penambang batu bara, Charlton sangat mendukung kredo Busby bahwa timnya harus bisa menjadi sebentuk hiburan dan pelarian bagi para pekerja pabrik yang menggunakan uang hasil jerih payah untuk menonton mereka bermain. "Dia bilang, 'Jangan takut untuk mengejarnya. Jika ada seorang pekerja toko dan satu momen istimewanya adalah menonton tim ini bermain, kita harus bisa memberi mereka sesuatu yang tak bisa mereka lakukan sendiri," kenang Charlton akan mantan pelatihnya itu.

    Charlton, yang dikenal atas energi, elegansi, kekuatan, terutama tendangan geledeknya, menghabiskan 17 tahun di Man United, bermain 758 kali, dan mencetak 249 gol. Selain Piala Eropa, Charlton meraih tiga gelar Liga Inggris dan satu Piala FA. Ia merupakan pemain dengan masa bakti terlama dan penampil terbanyak Man United selama 30 tahun lebih, sampai Ryan Giggs melampauinya pada 2008. Ia juga merupakan top skor sepanjang masa Setan Merah selama lebih dari 40 tahun, sampai akhirnya rekor tersebut dilewati oleh Wayne Rooney pada 2017.

  • Wayne Rooney Sir Bobby Charlton EnglandGetty Images

    Legenda bagi Inggris

    Charlton sama pentingnya bagi Inggris, sebagaimana ia krusial untuk United. Ia mencetak dua gol ke gawang Portugal di semi-final Piala Dunia 1966, dan mengantarkan Three Lions ke final melawan Jerman Barat, di mana ia ditugasi untuk mengawasi Franz Beckenbauer.

    "Inggris mengalahkan kami karena Bobby Charlton agak lebih bagus dari saya," adalah bagaimana Beckenbauer mengenang partai final tersebut. Ia juga bilang bahwa Charlton punya "paru-paru kuda".

    Piala Dunia 1966 ekstra spesial bagi bagi Charlton karena ia menjuarainya bersama sang kakak, Jack. Tapi hubungan keduanya memang tak bisa dibilang akur, setelah Jack memihak pada sang ibunda yang tidak menyukai istri Bobby, Norma.

    Charlton mencetak 49 gol untuk Inggris dan merupakan top skor sepanjang masa Three Lions sampai Rooney merebut rekor itu di 2017, sebelum Harry Kane menyalip mereka berdua lima tahun kemudian.

  • Ole Gunnar Solskjaer 1998-99Getty

    "Seluruh dunia terhenti"

    Setelah meninggalkan Man United, Charlton menjalani masa jabatan yang tak memuaskan sebagai pemain-manajer Preston North End, namun ia pulang ke Old Trafford sebagai direktur dan duta besar pada 1984. Ia adalah sekutu loyal Ferguson, berdiri di belakangnya saat ia berada di bawah tekanan. "Saya berutang hidup saya di Manchester United pada Anda," ucap Ferguson kepada Charlton dalam sebuah pidato di 2016.

    Charlton bisa dibilang selalu menghadiri semua pertandingan United dan menjadi saksi mata kejayaan mereka, puncaknya saat mengalahkan Bayern Munich di final Liga Champions 1999 dan meraih treble.

    "Saya tak pernah sebahagia itu seumur hidup saya, saya tak merasa seperti itu," ucapnya. "Saat [Teddy] Sheringham menyamakan kedudukan, saya tak terlalu ingat [apa yang terjadi]. Saya ingat saya meminta maaf kepada orang-orang karena melompati mereka, pejabat-pejabat penting FIFA. Saat saya menenangkan diri, kami mendapat sepak pojok. [Ole Gunnar] Solskjaer lalu menceploskan bola ke dalam gawang dan saat bola menghantam jaring, dunia seolah terhenti."

    "Saya berpikir, inilah surga itu. Saya tak ingat apa yang saya lakukan selama lima menit. Keluarga saya di atas sana, saya berlari kembali dan tiba-tiba dunia menjadi hebat lagi dan saya pikir tak akan ada yang bisa lebih baik dari ini."

  • Louis van Gaal, Sir Bobby Charlton | Manchester United | Premier LeagueGetty Images

    "Perwakilan terhebat Manchester United"

    Karier dan kepribadian Charlton-lah yang membentuk Manchester United dan mendorong mereka menjadi raksasa sepakbola dunia seperti sekarang ini, diakui seluruh dunia atas kesuksesan mereka serta atas hubungan mereka dengan para pemain muda.

    "Dia adalah perwakilan terhebat Manchester United di seluruh dunia selama 50 sampai 60 tahun. Ia adalah bagian dari Busby Babes, bagian dari tragedi kecelakaan udara Munich, ia selamat dari tragedi itu, kehilangan begitu banyak rekan dan kolega, namun tetap kekuat [terlepas dari segalanya]," kata Gary Neville.

    "Sir Bobby Charlton adalah contoh yang sangat bagus soal bagaimana Anda bisa memiliki duta besar klub yang hebat, seseorang yang juga merupakan legenda klub, yang bekerja dengan baik di ruang dewan, dan mewakili Man United dengan cara yang tepat. Ia adalah benang emas dari Sir Matt Busby ke Sir Alex Ferguson, dua era keemasan Manchester United, dan ialah konstan dalam keduanya."

    Satu tema yang selalu hadir di setiap tribut untuk Charlton adalah fakta bahwa ia benar-benar mewakili Man United secara global, dan bahwa ia merupakan bagian dari Man United, sebagaimana lambang mereka atau bahkan Old Trafford itu sendiri.

    "Seorang legenda dan pilar sejati Manchester United, ketika orang di seluruh dunia memikirkan tentang United, mereka memikirkan Sir Bobby Charlton," ucap David de Gea. Raphael Varane menambahkan: "Kami sebagai pemain di klub istimewa ini berdiri di pundak para raksasa setiap harinya, dan Sir Bobby adalah yang terbesar di antara mereka semua. Pengaruhnya akan terus hidup hingga generasi-generasi mendatang."

  • Denis Law Bobby Charlton George BestGett Images

    Selamanya menjadi bagian dari kisah Manchester United

    Kematian Charlton memang meninggalkan lubang besar di Manchester United, tetapi ia akan selamanya menjadi bagian dari klub ini. The North Stand, tribun terbesar di Old Trafford, diubah namanya menjadi Sir Bobby Charlton Stand pada 2016. Patung Charlton juga berdiri gagah di luar Old Trafford, di sebelah patung George Best dan Denis Law, tepat di seberang patung Busby yang tersenyum.

    Patung United Trinity adalah tengara pertama bagi ribuan pengunjung Old Trafford setiap harinya, dan di sanalah United meletakkan karangan bunga setelah mengumumkan kematian sang legenda, dengan pesan yang bertuliskan: "Dalam kenangan yang penuh kasih sayang untuk Sir Bobby Charlton, seorang pemain hebat dan manusia yang lebih hebat lagi. Dengan rasa terima kasih yang mendalam atas jasa-jasa Anda. Dari semua orang di Manchester United."

    Charlton tidak suka ketika orang-orang membicarakannya, tetapi ia senang berbicara tentang Manchester United, terutama tentang kasih sayang yang bersemi di seluruh dunia berkat klub tercintanya. "Tak peduli menang atau kalah, kecintaan orang-orang terhadap tempat ini benar-benar merupakan sesuatu yang berbeda. Tak ada tempat yang seperti ini. Ini adalah fenomena, sebuah kultus," ucapnya.

    Tidak akan ada kata-kata yang lebih tepat lagi, dan semua ini karenamu, Sir Bobby Charlton.

    Beristirahatlah dengan tenang.