Simone Inzaghi Coppa ItaliaGetty Images

Si 'Underrated' Simone Inzaghi: Miniatur Jose Mourinho Untuk 'Mickey Mouse' Treble Inter Milan!

Setelah Jose Mourinho mempersembahkan treble winners 2010 silam, Inter Milan terjun bebas sepeninggalnya. Prestasi terbaik Nerazurri sebatas kancah domestik ketika era Antonio Conte kembali berhasil mendobrak pintu Scudetto dua tahun lalu. Tidak demikian di panggung Eropa, di mana Inter bak hilang ditelan bumi.

Selama nyaris 13 tahun, La Beneamata tak lebih dari semenjana di hadapan para elite Eropa di ajang prestisius Liga Champions.

Hari ini, Simone Inzaghi mengulangi episode malam magis sebagaimana ketika semua loyalis Inter di penjuru dunia menjadi saksi kala Mourinho dan para prajuritnya mengubur Barcelona -- yang di era 2010-an sedang ngeri-ngerinya -- di Camp Nou.

Sebiji gol dari kapten Lautaro Martinez cukup bagi Inter untuk menyingkirkan AC Milan dengan skor agregat 3-0 untuk merebut satu tiket final ke Istanbul, menghadapi Manchester City yang sukses menendang juara bertahan Madrid.

Meski Inter gagal mendulang Scudetto, Inzaghi tetap patut membusungkan dada seiring kesuksesan berkesinambungan yang telah dibangun dia untuk klub. 2022/23 akan menjadi kampanye terbaik sang allenatore muda.

  • Menembus ekspektasi

    19 bulan lalu, para petinggi Inter sebetulnya hanya membebankan Inzaghi target lolos ke babak 16 besar Liga Champions setelah klub terakhir kali berada di titik itu pada 2011 silam.

    Tak muluk. Sebab, Antonio Conte yang berhasil memberi Scudetto untuk Inter, nyatanya tak pernah bisa meloloskan tim ke babak gugur Liga Champions sampai akhirnya Inzaghi datang dan target itu pun terjawab dengan sempurna bahkan menembus batas: mencapai partai puncak!

    "Saya bangga berada di klub ini, saya tahu ketika saya dipanggil, mengenai apa yang terjadi di Inter dalam beberapa tahun terakhir. Saya diminta 19 bulan lalu untuk menembus 16 besar Liga Champions, yang tak pernah diraih klukb sejak 2011. Saya kira, laju kami di Liga Champions musim lalu sangat bagus, bahkan yang sekarang lebih baik lagi," seru Inzaghi.

  • Iklan
  • inter lautaro(C)Getty Images

    Akan jadi bulan-bulanan raksasa dan yang ber-DNA Eropa (katanya...)

    Berapa banyak orang mendiskreditkan Inzaghi dan pasukannya ketika melihat hasil undian fase grup Liga Champions yang didapat Inter musim ini. Mereka tergabung dengan duo raksasa Eropa Bayern Munich dan Barcelona.

    Sayangnya, mereka semua yang menganggap Nerazzurri hanya penggembira UCL dan bakal jadi bulan-bulanan di babak grup harus gigit jari, menanggung malu dan bahkan perlu 'masuk gua' barangkali. Aktualnya, Inter secara spartan berhasil menembus fase knock-out, sementara Barca terdemosi ke Liga Europa!

    Saat Derby Della Madonnina tersaji di semi-final, suara-suara sumbang kembali menyeruak menilai Inter tak lebih dari anak bawang bagi AC Milan yang memiliki DNA Eropa. Namun, apalah arti sebuah DNA Eropa bila akhirnya menjadi pecundang? Tak peduli reputasi sebagai kolektor trofi UCL terbanyak kedua karena yang diinginkan fans pada akhirnya adalah bukti di lapangan, bukan lembaran sejarah.

    "Tak ada yang memberi kami apa pun secara gratis, kami menghadapi lawan-lawan tangguh untuk mencapai final," tegas Inzaghi.

  • Sekali underrated, tetap underrated

    Adakah yang menempatkan Inzaghi di jajaran 'elite manager' macam Pep Guardiola, Jurgen Klopp atau Carlo Ancelotti? Atau sekurang-kurangnya memperhitungkan dia sebagai salah satu pelatih terbaik Eropa? Nyaris tidak ada!

    Sekali underrated, tetap underrated. Namun, Inzaghi bukan pelatih yang butuh pengakuan status. Sosoknya yang kalem, seakan beriringan dengan prestasi yang dipersembahkannya secara 'diam-diam'. 2021, Dia datang ke Inter membawa keberhasilan mengantar Lazio menyudahi puasa trofi dengan torehan Coppa Italia.

    Dan di musim debutnya bersama Inter, prestasi serupa terulang. Sekarang, edisi 2022/23 berpeluang besar jadi tonggak sejarah karier manajerial pria 47 tahun itu.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • Jose Mourinho Inter celebration Getty Images

    Miniatur Jose Mourinho: 'Mickey Mouse' treble

    Di pergantian tahun, Inzaghi sempat berada di tahapan di mana fans tak lagi mempercayainya dan lebih condong menyuarakan agar dirinya didepak. Ragam kritik mencuat. Namun, April jadi periode titik balik dia untuk membungkam para kritikus.

    Sejak 23 April, Inter berhasil lolos ke final Coppa Italia, merangsek ke posisi tiga besar Serie A, mampu memberondong gawang lawan 22 kali dan hanya kebobolan tiga gol, dan teranyar tiket final Liga Champions dalam genggaman. Sejarah 13 tahun lalu pun berada di depan mata. Memang, gengsinya berbeda, sebab Inter-nya Mourinho kala itu menahbiskan diri sebagai perengkuh treble winners sejati [Scudetto, Coppa Italia dan Liga Champions].

    Namun, fans mana yang tidak larut dalam kebahagiaan melihat tim kesayangannya meraih tiga gelar kompetitif sekaligus dalam satu musim? Inzaghi ada di trek itu.

    Setelah menggondol Piala Super Italia, sang juru taktik bersiap menyandingkannya dengan Coppa Italia dan Liga Champions. Orang-orang menyebutnya 'Mickey Mouse' treble, tapi kesuksesan pelatih akan selalu diasosiasikan dengan raihan trofi, bukan?

  • Simone Inzaghi Inter Porto Champions LeagueGetty

    Memang ahlinya turnamen!

    Inzaghi telah membuktikan bahwa CV dia dipenuhi dengan prestasi di ajang turnamen. Tiga gelar cup di awal karier manajerialnya merangkum petualangan lima tahunnya bersama Lazio, sebelum Inter menjadi panggung terbaik Inzaghi untuk mengekspresikan bakatnya lebih lanjut.

    Usai di musim lalu meraih dobel [Coppa Italia dan Piala Super Italia], musim ini Inzaghi kembali mengamankan Piala Super Italia dan berpeluang besar menambah kabinet trofi jadi delapan gelar cup dengan mengawinkan Coppa Italia dan Liga Champions.

    "Saya sudah lama bilang, kami akan berjuang sekuat tenaga tanpa memandang satu kompetisi dengan kompetisi lainnya, hanya berupaya mencapai yang terbaik dari kami. Sejak 1 April, kami telah bermain setiap 48-72 jam, tapi kami mencapai dua final dan segala sesuatunya telah kembali ke jalur yang tepat di ajang Serie A," ulas Inzaghi.

0