- Naturalisasi kejar hasil cepat Piala Dunia
- Pemain lokal sulit bersaing di Timnas
- Indonesia butuh rencana kembangkan bakat
PSSISergio Van Dijk Khawatir Program Naturalisasi Ancam Masa Depan Sepakbola Indonesia
APA YANG TERJADI?
Sergio van Dijk, mantan striker berusia 42 tahun, menyuarakan kekhawatirannya terhadap program naturalisasi pemain di Indonesia. Program ini, yang kian gencar dalam beberapa tahun terakhir, bertujuan memperkuat timnas Indonesia dengan mendatangkan pemain keturunan Belanda. Van Dijk, yang pernah menjadi salah satu pelopor naturalisasi pada 2010-an, melihat pendekatan ini lebih mengutamakan hasil jangka pendek, seperti lolos ke Piala Dunia, ketimbang membangun fondasi sepakbola yang berkelanjutan.
Saat ini, hampir tiga perempat skuad tim Garuda diisi oleh pemain diaspora, yang dinaturalisasi. Meski berhasil meningkatkan performa tim, van Dijk menyoroti dampak negatifnya terhadap pemain lokal. Ia khawatir mereka merasa sulit bersaing untuk masuk tim nasional, bahkan kehilangan motivasi. Selain itu, ia mempertanyakan apakah anak-anak Indonesia masih bermimpi menjadi bagian dari timnas jika skuad didominasi pemain keturunan.
Van Dijk juga menyesalkan minimnya rencana pengembangan bakat di Indonesia. Ia mengakui naturalisasi bisa membawa timnas lebih dekat ke Piala Dunia pertamanya sebagai negara merdeka. Namun, ia menegaskan bahwa keberhasilan itu tidak akan bermakna tanpa strategi jangka panjang untuk mengembangkan pemain lokal agar sepakbola Indonesia benar-benar maju.
GAMBARAN BESAR
Program naturalisasi Indonesia termasuk salah satu yang paling masif di dunia. Dalam tiga tahun terakhir, hampir dua lusin pemain dinaturalisasi, dengan lebih dari sepuluh di antaranya dalam 12 bulan terakhir. Meski performa timnas meningkat, banyak pihak mengkritik pendekatan ini karena dianggap mengorbankan pengembangan bakat lokal demi hasil instan, sebuah pandangan yang juga didukung oleh van Dijk.
Menurutnya, lolos ke Piala Dunia bisa menjadi pemicu semangat bagi generasi muda, tetapi tidak boleh berhenti di situ. Dengan populasi hampir 300 juta jiwa, Indonesia seharusnya mampu melahirkan pemain yang bersinar di liga-liga top Eropa. Namun, kenyataannya, hampir tidak ada pemain Indonesia yang bermain reguler di liga besar, menunjukkan adanya kelemahan dalam sistem pembinaan bakat.
Van Dijk menyerukan agar PSSI menyusun rencana besar untuk sepak bola akar rumput. Ia menilai federasi lokal yang terpecah-pecah menjadi salah satu hambatan. Tanpa strategi yang jelas, Indonesia berisiko kehilangan momentum dari keberhasilan jangka pendek dan gagal membangun masa depan sepakbola yang kokoh.
APA YANG DIKATAKAN?
Van Dijk mengakui manfaat naturalisasi dalam mendekatkan Indonesia ke Piala Dunia. “Ini adalah kesempatan terdekat untuk lolos,” katanya kepada The Asian Game.
Meski begitu, ia khawatir pemain lokal kehilangan motivasi. “Mereka sulit mendapat tempat di timnas karena didominasi pemain naturalisasi."
Eks Persib Bandung itu juga mempertanyakan dampak pada mimpi anak-anak Indonesia. “Apakah mereka masih bermimpi jadi pemain timnas jika skuad penuh pemain keturunan?” tanyanya.
Dari sisi pengembangan, ia menyoroti minimnya pemain Indonesia di liga top Eropa. “Dengan 300 juta penduduk, seharusnya ada yang bermain reguler di liga besar,” katanya.
Meski kritis, van Dijk optimis dengan peluang timnas di kualifikasi. “Jika bermain seperti saat lawan Arab Saudi, kita bisa kalahkan Bahrain,” prediksinya.
GettyTAHUKAH ANDA?
Van Dijk pernah menjadi top skor di musim reguler A-League 2010/11 dan mengukir namanya di dunia sepakbola Australia berkat torehan golnya yang produktif. Lahir di Belanda, ia bermain untuk tim nasional Indonesia dari 2013 sampai 2014 dengan mengemas satu gol dalam enam penampilan.
BERIKUTNYA?
Indonesia akan menghadapi Australia di Sydney dan Bahrain di kandang dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026, Maret ini. Hasil dari dua pertandingan ini sangat menentukan peluang lolos. Di sisi lain, PSSI perlu segera merancang strategi pengembangan bakat agar sepakbola Indonesia tidak hanya berjaya sesaat, tetapi juga berkelanjutan.