"Saya Hormati Pemain!" - Florian Wirtz Geram Disebut Ingin Rebut No. 10 Dari Alexis Mac Allister Di Liverpool

Bintang Bayer Leverkusen Florian Wirtz menggunakan media sosial untuk membantah rumor bahwa ia ingin mengambil nomor punggung 10 milik Alexis Mac Allister jika transfernya ke Liverpool terwujud. The Reds dikabarkan hampir menyelesaikan kesepakatan untuk mendatangkan Wirtz, namun beberapa laporan menyebutkan bahwa pemain internasional Jerman ini bersikeras ingin memakai nomor yang sama seperti yang ia gunakan di Leverkusen.

Pernyataan Wirtz ini menunjukkan sikapnya yang ingin menghindari kontroversi terkait nomor punggung di klub barunya. Ia tampaknya ingin menjaga hubungan baik dengan rekan setim potensialnya di Liverpool, termasuk Mac Allister, yang saat ini memakai nomor 10.

Bantahan ini juga mencerminkan karakter Wirtz yang ingin fokus pada performa di lapangan ketimbang isu-isu di luar sepakbola. Dengan transfer yang masih dalam tahap negosiasi, Wirtz berusaha menjernihkan spekulasi yang dapat mengganggu proses kepindahannya.

Wirtz menjadi pemilik nomor 10 di Bayer Leverkusen sejak awal musim 2023/24 dan berperan besar dalam keberhasilan tim di bawah asuhan Xabi Alonso meraih gelar ganda domestik yang bersejarah. Sementara itu, Mac Allister, pemenang Piala Dunia 2022, mendapatkan nomor 10 saat bergabung dengan Liverpool dari Brighton pada 2023, dan tampaknya tidak akan dengan mudah menyerahkan nomor tersebut.

Nomor punggung 10 memiliki makna khusus di banyak klub, termasuk Liverpool, karena sering dikaitkan dengan pemain-pemain kunci yang memiliki kreativitas dan pengaruh besar di lapangan. Konflik potensial soal nomor ini menjadi sorotan media, tetapi Wirtz dengan tegas membantah niat untuk merebutnya.

Situasi ini juga menyoroti betapa sensitifnya isu nomor punggung dalam sepakbola modern, di mana identitas pemain sering kali terkait erat dengan nomor yang mereka kenakan. Dengan klarifikasi Wirtz, fokus kini beralih pada kelanjutan negosiasi transfernya dengan Liverpool.

Melalui akun Instagram-nya, Wirtz menulis, “Siapa bilang saya ingin nomor 🔟.? Saya menghormati pemain lain. Jangan percaya semua yang ditulis 🤡.”

Pernyataan singkat namun tegas ini menunjukkan kekecewaan Wirtz terhadap media yang menyebarkan rumor tanpa dasar. Dengan menggunakan emoji badut, ia menyindir laporan-laporan yang dianggapnya tidak akurat, sekaligus menegaskan sikap profesionalnya dalam menghormati rekan sesama pemain.

Klarifikasi ini juga menjadi cara Wirtz untuk menjaga reputasinya sebagai pemain muda yang rendah hati dan fokus pada karier, terutama di tengah spekulasi transfer yang sedang ramai dibicarakan.

Sebelum Mac Allister, nomor punggung 10 Liverpool pernah dikenakan oleh pemain-pemain ternama seperti Sadio Mane dan Philippe Coutinho. Sejak awal milenium, legenda Anfield seperti Michael Owen dan Luis Garcia juga pernah memakai nomor ikonik ini, menjadikannya simbol kreativitas dan kepemimpinan di lapangan.

Nomor 10 di Liverpool memiliki sejarah panjang yang terkait dengan pemain-pemain berbakat yang mampu mengubah jalannya pertandingan. Warisan ini membuat nomor tersebut sangat dihargai oleh penggemar dan pemain.

Fakta ini menambah konteks mengapa isu nomor punggung menjadi perhatian besar. Bagi Wirtz, menghormati tradisi dan pemain saat ini seperti Mac Allister tampaknya lebih penting daripada memaksakan keinginan pribadi.

Selagi Liverpool berupaya menyelesaikan transfer Wirtz dalam beberapa hari ke depan, sang pemain akan tampil bersama timnas Jerman melawan Portugal pada Kamis (5/6) dini hari WIB untuk memperebutkan tempat di final Nations League. Penampilan Wirtz di laga ini kemungkinan akan menjadi sorotan, mengingat talenta besar yang dimilikinya.

Di sisi lain, Liverpool terus bekerja untuk memperkuat skuad mereka di bursa transfer. Kehadiran Wirtz diharapkan dapat menambah kreativitas di lini tengah, terutama setelah musim yang penuh tantangan.

Bagi Wirtz, fokus saat ini adalah menjaga performa terbaiknya baik di level klub maupun internasional. Dengan bantahan atas rumor nomor punggung, ia tampak ingin memastikan bahwa perhatian tetap terarah pada kontribusinya di lapangan, bukan pada spekulasi di luar sepakbola.