Fernando Santos:
Ronaldo yang frustrasi, tampil sangat buruk selama fase grup, yang lantas berpuncak pada sikap tidak hormatnya pada pelatih Fernando Santos saat meninggalkan lapangan laga kontra Korea Selatan. Degradasinya ke bangku cadangan sepenuhnya dibenarkan, baik dari perspektif olahraga dan disiplin.
Kita membicarakan Ronaldo. Dia adalah salah satu yang terbaik sepanjang masa. Dia bukan hanya kapten Selecao, dia adalah jimat tim selama lebih dari sedekade, dan seringkali jadi dewa penyelamat. Seandainya Santos keliru, dia tidak hanya akan diserang oleh suporter Portugal, tapi juga dunia. Namun, Santos memperlakukan Ronaldo dengan tepat. Bukan hanya karena Ramos mencetak hat-trick, tapi juga fakta bahwa Portugal tampil jauh lebih bebas, luwes dan potensi yang lebih menjanjikan tanpa keberadaan topskor internasional sepanjang masa itu. Dengan 'mengurung' Ronaldo, Santos ibarat telah membebaskan timnya sendiri.
Goncalo Ramos:
Seleksi kontroversial yang dilakukan Santos menempatkan beban yang superberat di pundak Goncalo Ramos. Di usia 21 tahun, di penampilan perdana untuk negaranya, di panggung sebesar fase 16 besar Piala Dunia, dan ditugasi untuk menggantikan Ronaldo! Perlu dicatat, striker Benfica ini hanya memiliki 33 menit bermain sebelum pertandingan ini. Namun, dia hanya butuh 17 menit berikutnya untuk menunjukkan kenapa dia tepat untuk dipilih.
Mengingat sudutnya, sepertinya kans Ramos kecil untuk menaklukkan Yann Sommer dari sisi kiri area penalti, Tapi, sang penyerang melepas tembakan yang sangat ganas, dengan kiper Swiss tersebut hanya bisa bersikap mati kutu. Gol keduanya, penyelesaian di tiang dekat dengan rapih, sementara yang ketiga adalah gol indah. Saat dia berlari untuk merayakan tripel golnya, Ramos seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dicapainya. Dia pun menjadi pemain pertama Portugal yang mencetak hat-trick di knock-out Piala Dunia sejak Eusebio. Di malam yang memperlihatkan kebintangan Ronaldo mulai memudar, yang lain terlahir ke dunia!
Pepe:
Bagaimana mungkin di usia 39 tahun melakukan seperti itu? Ada kekhawatiran bahwa usia akan menggerogoti sang bek selama fase grup, mulai melemah, terutama saat berhadapan dengan pemain yang lincah dan cepat.
Kendati begitu, dia mampu berdiri tegak di antara barisan bek lainnya, dan hebatnya dia sukses mencetak gol kedua Portugal untuk menjadi pemain tertua yang mengukir gol di babak gugur Piala Dunia. Perlu dicatat pula bahwa Pepe rupanya memiliki dua gol lebih banyak di fase gugur dibanding Ronaldo. Pepe mungkin selalu jadi sosok yang mempolarisasi. Mencintai atau membencinya, sulit untuk tidak menghargai usia kariernya yang panjang.