Memasuki era Super League 2025/26, Persis Solo berdiri di persimpangan jalan antara trauma masa lalu dan ambisi masa depan. Musim 2024/25 menjadi sebuah perjalanan yang penuh gejolak bagi klub bersejarah dengan basis suporter yang luar biasa fanatik ini. Setelah kembali ke kasta tertinggi sepakbola Indonesia pada musim 2022/23 dan menunjukkan progres menjanjikan dengan finis di peringkat ketujuh pada musim 2023/24, Laskar Sambernyawa mengalami kemunduran drastis. Mereka mengakhiri musim 2024/25 dengan finis di peringkat ke-14, hanya satu setrip dan dua poin di atas zona degradasi, sebuah posisi yang sangat genting dan nyaris mengakhiri perjalanan mereka di level elite.
Pengalaman pahit tersebut menjadi katalisator bagi sebuah perombakan fundamental di tubuh tim. Manajemen merespons musim yang nyaris tragis itu dengan langkah-langkah drastis yang menandakan dimulainya sebuah era baru. Perubahan ini bukan sekadar penyesuaian skuad rutin, melainkan sebuah "Great Overhaul" yang mencakup pergantian total di jajaran kepelatihan dengan menunjuk nakhoda anyar serta melakukan bongkar pasang pemain secara signifikan. Langkah ini adalah reaksi sistemik terhadap kerapuhan yang terlihat sepanjang musim lalu, sebuah pertaruhan besar untuk membangun kembali identitas klub dengan filosofi yang lebih jelas dan fondasi yang lebih kokoh, beralih dari tim yang berjuang untuk bertahan hidup menjadi tim yang dibangun untuk sebuah visi jangka panjang.





