Rumput tetangga ternyata memang tak selalu lebih hijau. Saat Liverpool mengucapkan selamat tinggal penuh haru kepada salah satu bintang Brasil di era Jurgen Klopp akhir pekan kemarin, satu bintang Brasil era Klopp lainnya jadi diingat justru karena absen.
Tapi kalau boleh jujur, Philippe Coutinho mungkin lega ia tak harus hadir di Anfield saat Liverpool menjamu Aston Villa Sabtu (20/5) kemarin. Karena bagi Roberto Firmino, sobat karibnya, Merseyside adalah simbol kasih sayang, di mana ia dipuja atas jasa-jasa besarnya bagiThe Reds, sementara bagi Coutinho, Merseyside hanya akan membangkitkan kenangan buruk: andai ia tak pernah pergi, bayangkan apa yang bisa ia menangkan bagi dirinya dan Kopites, dan bagaimana pamornya telah terjun bebas selama lima tahun terakhir.
Usia 30 harusnya menjadi usia prima Coutinho, tetapi nyatanya ia terseok-seok sepanjang tahun, cedera dan semakin terpinggirkan di Villa, gagal menemukan kembali - barang sedikit pun - performa yang menjadikannya pemain paling diminati, dan paling mahal, di Liverpool.
Lantas, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang salah?






.jpg?auto=webp&format=pjpg&width=3840&quality=60)