Ronaldo TAA Henry GFXGetty/GOAL

Deretan Pesepakbola Yang Ganti Posisi: Cristiano Ronaldo, Thierry Henry Dan Pemain Yang Bisa Diteladani Trent Alexander-Arnold

Sudah dengar? Baru-baru ini, Trent Alexander-Arnold mulai dimainkan di posisi yang tidak biasa. Setelah menjelma menjadi salah satu bek kanan terbaik dan tersukses di sepakbola, jebolan akademi Liverpool itu seolah terlahir kembali: Jurgen Klopp mulai menempatkannya dalam peran hibrida full-back/gelandang.

Eksperimen Klopp juga berjalan cukup lancar, kemampuan dan jangkauan operan Alexander-Arnold memungkinkannya untuk bersinar dari tengah, sembari membantu menyamarkan kekurangannya dalam bertahan. Dan semua itu paling terbukti ketika The Reds menumbangkan Leeds United 6-1 pada 18 April, di mana pemain 24 tahun itu mempersembahkan penampilan yang bahkan akan membuat seorang Kevin De Bruyne atau seorang Joshua Kimmich bangga.

Memang harus dikatakan, TAA memulai pendidikannya di akademi Liverpool sebagai gelandang, dan baru bergeser ke full-back ketika mencapai level U-16, dan kini ia nampaknya cukup menikmati kesempatan kembali ke akarnya!

Namun, Alexander-Arnold sama sekali bukan pemain yang mengalami perubahan posisi di tengah-tengah kariernya. GOAL mengulas beberapa bintang lain yang mungkin bisa ia jadikan teladan...

  • Cristiano Ronaldo Real Madrid Malmo 2015Getty

    Cristiano Ronaldo

    Mari kita mulai dengan nama paling beken.

    Kita semua tahu Ronaldo adalah salah satu pencetak gol di era ini. Seorang finisher lalim dengan satu tujuan di dadanya: tak akan ada laga yang berakhir tanpa namanya di papan skor.

    Namun di awal kariernya di Sporting dan Manchester United, yang kita saksikan adalah pemain yang sangat berbeda. Ronaldo memulai kiprahnya sebagai winger lincah yang terobsesi dengan gocekan stepover, yang biasanya tetap melebar, dan mampu memancing rasa takjub dan amarah sekaligus. "Tukang pamer," menurut berbagai pihak yang menyaksikan bulan-bulan pertamanya di Liga Primer Inggris.

    Barulah pada musim keempatnya di Manchester United - 2006/07 - kita bisa melihat perubahan. Ronaldo mencetak 23 gol musim itu, dan tak pernah sama lagi. Begitu ia tiba di Real Madrid pada 2009, ia sudah siap untuk menjadi salah satu No. 9 paling komplet dan konsisten yang pernah ada.

  • Iklan
  • Gareth Bale La DecimaGetty

    Gareth Bale

    Salah satu hasil ekspor Britania terbaik yang pernah ada. Gareth Bale menjadi salah satu pemain terbaik dunia di masa baktinya bersama Real Madrid, memenangkan lima trofi Liga Champions dan, mungkin, mencetak gol terbaik yang pernah ada di panggung final Piala Eropa/Liga Champions pada edisi 2018.

    Ia mencapai semua itu sebagai seorang penyerang sayap berbahaya, tetapi ia memulai kiprahnya di Southampton sebagai bek kiri. Kita baru melihat sosok Bale yang sesungguhnya setelah ia ditempatkan lebih di depan oleh bos Tottenham Harry Redknapp, setelah awal karier yang semenjana di White Hart Lane.

    Maka, musim 2010/11 menjadi musimnya mengorbit ke level dunia, termasuk hat-trick yang itu ke gawang Inter Milan di San Siro. Dan Bale tak pernah sama lagi sejak saat itu.

  • Thierry Henry Arsenal Leeds 2012

    Thierry Henry

    Pasti sudah banyak yang familier dengan kisah Henry. Didatangkan sebagai winger-kiri-berbakat-tapi-enggak-konsisten oleh Arsenal pada 1999, pria asal Prancis itu dibentuk oleh Arsene Wenger menjadi salah satu striker terbaik yang pernah dimiliki Liga Primer Inggris, dan menjadi top skor sepanjang masa The Gunners pada prosesnya.

    Harus dikatakan bahwa Henry, sebagai striker, paling berbahaya saat melebar ke kiri, dan ia juga kembali ke habitat sayap kiri selama di Barcelona.

    Namun perubahan posisi (serta mentalitas)-nya di Arsenal masih menjadi salah satu perubahan posisi paling sukses dalam sejarah sepakbola Inggris.

  • Philipp Lahm Bayern MunichGetty

    Philipp Lahm

    Salah satu pemain paling underrated di era modern. Lahm memenangkan hampir segalanya yang bisa dimenangkan bersama klub dan negaranya, termasuk Piala Dunia, Liga Champions, dan delapan gelar Bundesliga.

    Ia paling banyak meraih prestasi-prestasi tersebut sebagai full-back, entah beroperasi di kanan atau kiri, tetapi juga pernah menjadi seorang gelandang tengah di bawah arahan Pep Guardiola, peran yang sangat ia nikmati saat Bayern memenangi double liga dan piala domestik.

    Musim panas itu, Lahm mengapteni Jerman menjadi juara Piala Dunia di Brasil, bermain sebagai full-back dan gelandang sepanjang turnamen. Pesepakbola kelas wahid.

  • Andrea Pirlo MilanGetty

    Andrea Pirlo

    Kali ini perubahannya lebih subtil, namun perubahan karier Pirlo dari seorang No. 10 klasik menjadi deep-lying playmaker No. 6 mungkin telah mengubah sejarah sepakbola Italia.

    Ia dianggap sebagai salah satu regista terbaik di era modern. Gayanya yang seolah santai, kesadaran ruang serta jangkauan umpannya memungkinkan Pirlo mendikte permainan bagi AC Milan, Juventus, dan Italia selama 22 tahun berkarier sebagai pemain.

    'Pirlo role' masih coba direplikasi oleh berbagai pemain sampai detik ini.

  • Lothar Matthaus Bayern Munich 1992Getty

    Lothar Matthaus

    Sebagai bintang era 80-an dan 90-an, Matthaus memiliki reputasi sebagai seorang gelandang yang dominan dengan fisik yang tangguh, puncaknya adalah saat ia membawa Jerman Barat berjaya di Piala Dunia 1990, mengalahkan Argentina-nya Diego Maradona di final.

    Saat itu ia baru 29 tahun, tetapi setelahnya ia terus bermain di level tertinggi, sampai satu dekade. Itu berkat keputusannya untuk mundur menjadi seorang sweeper di masa bakti keduanya di Bayern Munich. Di posisi itulah ia tampil melawan Manchester Untied di final Liga Champions 1999, di usia 38 tahun.

  • Javier Mascherano Barcelona La LigaGetty Images

    Javier Mascherano

    Satu lagi gelandang yang berubah menjadi bek tengah. Mascherano adalah bagian dari (mungkin) salah satu tim terbaik yang pernah ada: Barcelona 2010/11 asuhan Pep Guardiola yang memenangkan Liga Champions.

    Meski hanya 170 cm, bintang Argentina itu menutupi kekurangan tinggi badannya dengan antisipasi dan pembacaan permainan yang brilian, serta tekad tak tergentarkan untuk menang.

    Ia memenangi satu Liga Champions lagi pada 2015, plus empat gelar La Liga dan dua Piala Dunia Antarklub. Fakta bahwa ia mencapainya sebagai bek sentral adalah bukti kegeniusan taktik Guardiola serta talenta dan mentalitas Mascherano.

  • Lionel Messi Barcelona 2014-15Getty

    Lionel Messi

    Seperti Ronaldo, rival bebuyutannya, perubahan posisi Messi dari pemain sisi sayap menjadi pemain sentral membantu mengubah sejarah sepakbola.\

    Pemain terbaik yang pernah ada ini memang sejak awal merupakan seorang bakat besar ketika pertama pertama bermain di sisi kanan Barcelona, tetapi perubahan menjadi penyerang sentral di bawah Guardiola pada 2009 yang baru benar-benar 'menyalakan' kisah legendarisnya.

    Interpretasi Messi akan peran false nine begitu magis, dan sejak saat itu sampai 10 musim berikutnya, ia selalu mencetak minimal 40 gol, tanpa kehilangan kreativitas dan gaya indahnya.

    Satu lagi kisah sukses dari maestro Guardiola, dalam daftar yang memang dipenuhi olehnya.

  • Wayne Rooney Manchester United 2010Getty

    Wayne Rooney

    Tentu saja, tak semua perubahan posisi berjalan sesuai rencana. Salah satunya adalah perubahan posisi Rooney menjadi gelandang tengah di penghujung kariernya.

    Bintang Inggris ini memang bermain di berbagai posisi penyerang selama membersamai Manchester United, seringkali dikorbankan menjadi pemain sayap atau lebih mundur sementara nama-nama seperti Ruud van Nistelrooy, Cristiano Ronaldo, dan Dimitar Berbatov beroperasi sebagai titik tumpu.

    Namun meski teknik dan jangkauan operannya terlihat akan cocok di lini tengah, ternyata kenyataan berkata lain.

    Rooney terlihat seperti ikan di daratan sepanjang EURO 2016, karier Man United-nya berakhir tak memuaskan, dan kepulangan romantis ke Everton gagal membuahkan prestasi meski sesekali ada kecemerlangan tercipta dari kakinya.

  • Claude MakeleleGetty Images

    Claude Makelele

    Ketika ada sebuah posisi yang dinamai dengan nama Anda, sudah pasti Anda adalah seorang pemain kelas dunia.

    Selama bertahun-tahun, berbagai tim di penjuru dunia memburu seseorang yang bisa memainkan 'The Makelele Role', untuk memecah permainan lawan, memenangkan tekel, dan mengunci total lini tengah sendirian. Tak banyak yang bisa melakukannya sehebat bintang Prancis ini untuk Real Madrid dan Chelsea.

    Tapi Makelele bukanlah seorang gelandang jangkar (holding midfielder) di awal kariernya. Di Nantes, ia bermain sebagai seorang pemain sayap. Barulah ketika ie ke Celta Vigo pada 1998 Makelele mulai mekar di posisi yang pada akhirnya mengadopsi namanya sendiri.

  • Jamie Carragher Liverpool 2013Getty

    Jamie Carragher

    Salah satu pemain Liverpool terhebat, Carragher duduk di tempat kedua dalam klasemen penampil terbanyak bagi The Reds, dan semua itu ia raih berkat kemampuannya beradaptasi dalam posisi baru serta bakatnya.

    Ia mengawali kariernya sepakbolanya sebagai striker, yang sejujurnya cukup bagus, tetapi ia sudah berubah menjadi seorang gelandang ketika memasuki tim utama Liverpool pada 1997.

    Namun tak lama kemudian ia bergeser (lagi) ke lini belakang, mengisi posisi bek tengah dan bek sayap sepanjang kariernya.

    Ia memenangkan treble di bawah Gerard Houllier sebagai bek kiri pada 2000/01, sebelum hijrah ke bek tengah di bawah Rafael Benitez pada 2004 dan seterusnya, di mana ia menjadi salah satu bek tengah paling konsisten saat itu.

  • Sergio Ramos Real Madrid SupercopaGetty Images

    Sergio Ramos

    Salah satu bek tengah terbaik era modern ini ternyata menghabiskan sebagian (cukup) besar kariernya sebagai bek kanan.

    Pun Ramos juga piawai di posisi itu. Ia bermain di sana untuk Spanyol di final Piala Dunia 2010, dan tampil gemilang bagi Real Madrid.

    Namun area tengah lini belakanglah yang menjadi rumahnya, sampai hari ini, di mana insting kompetitifnya masih terus diasah bareng Paris Saint-Germain.

  • Vincent Kompany Manchester CityGetty Images

    Vincent Kompany

    Kapten pada empat gelar Liga Primer Inggris pertama Manchester City ini adalah salah satu bek tengah terbaik era modern sepakbola Inggris.

    Namun Kompany ternyata merupakan seorang gelandang tengah ketika dibeli The Citizens di bawah Mark Hughes pada 2008. Tapi tak butuh waktu lama baginya menyadari kualitasnya - tinggi badannya, pembacaan permainan, serta kepemimpinannya - jauh lebih maksimal di lini belakang.

  • Bastian Schweinsteiger Bayern Munich Barcelona Champions League 12052015Getty Images

    Bastian Schweinsteiger

    Satu lagi produk akademi Bayern Munich yang diuntungkan perubahan posisi: Schweinsteiger.

    Ia mengawali karier bersama The Bavarians sebagai pemain sayap kreatif, tetapi lalu menjelma menjadi salah satu gelandang paling dominan di sepakbola.

    Ia menjuarai Piala Dunia 2014 bersama Jerman dengan mengisi peran tersebut, dan meski ia dikenang di Inggris sebagai flop Manchester United di pengujung kariernya, legendanya di Bayern, serta di negaranya, akan selalu abadi.

  • Paul Scholes Manchester UnitedGetty

    Paul Scholes

    Bagi banyak orang, Scholes adalah salah satu gelandang Inggris terbaik yang pernah ada. Seorang gelandang dengan sentuhan, skill, dan kesadaran ruang yang unik, yang membantu Manchester United mendominasi pertandingan (dan era) dari posisi deep-lying.

    Namun, sebagai youngster, ia sama sekali bukan sosok yang demikian. Bahkan, ia menghabiskan masa-masa mudanya di akademi United sebagai striker sentral, begitu pula awal kariernya bersama tim utama.

    Tapi, di pertengahan usia 20-an, ia dipindahkan ke peran gelandang yang lebih konvensional, meraih kesuksesan besar bersama Roy Keane, dan setelah Keane cabut dari United pada 2005, ia lagi-lagi terlahir kembali, kali ini sebagai No. 6 a la Pirlo, yang memberondong umpan dan mengontrol tempo pertandingan dari posisi yang lebih dalam..