SSC Napoli v Bologna FC 1909 - Supercoppa Italiana FinalGetty Images Sport

Napoli Juara Supercoppa: David Neres Menggila, Antonio Conte Merendah Meski Raih Gelar Ganda Bersejarah

Napoli berhasil menahbiskan diri sebagai raja Supercoppa Italiana usai menaklukkan Bologna dengan skor meyakinkan 2-0 di Riyadh, Arab Saudi, Selasa (23/12) dini hari WIB. Kemenangan ini menjadi tonggak sejarah baru bagi Partenopei, yang untuk pertama kalinya sejak 1990 sukses mengawinkan gelar Scudetto dengan trofi Supercoppa dalam satu musim yang sama. David Neres muncul sebagai pahlawan tak terbantahkan dengan memborong dua gol kemenangan, menegaskan dominasi Napoli di ajang ini meski harus tampil tanpa sejumlah pilar utama.

Laga final yang mempertemukan juara liga dan pemenang piala domestik ini berlangsung sengit di babak pertama. Bologna, yang melaju ke final setelah menyingkirkan Inter Milan lewat adu penalti, sempat memberikan perlawanan alot. Namun, kualitas individu pemain Napoli dan kecerdikan taktik Antonio Conte menjadi pembeda. Absennya nama-nama besar seperti Kevin De Bruyne dan Andre Frank Zambo Anguissa tidak menghalangi laju Napoli untuk mengangkat trofi pertama mereka musim ini di bawah asuhan Conte.

Di sisi lain, kekalahan ini menjadi pil pahit bagi Vincenzo Italiano dan pasukannya yang berharap mengukir sejarah bagi Bologna di partisipasi perdana mereka di Supercoppa. Kesalahan fatal di lini belakang yang berujung pada gol kedua Napoli menjadi momen penentu yang meruntuhkan semangat juang Rossoblu. Meski kalah, Bologna tetap mendapatkan apresiasi atas perjalanan luar biasa mereka menembus final, sebuah pencapaian yang membuktikan kebangkitan klub bersejarah tersebut.

  • Sihir David Neres dan Gol Spektakuler

    Neres menjadi sosok sentral dalam kemenangan Napoli malam itu dengan aksi individu yang memukau. Pemain asal Brasil tersebut memecah kebuntuan di menit ke-37, menerima bola dari lemparan ke dalam sebelum mengecoh bek lawan. Ia melepaskan tembakan melengkung kaki kiri yang indah dari luar kotak penalti, bersarang di pojok atas gawang Bologna tanpa bisa dijangkau maksimal oleh kiper.

    Tidak berhenti di situ, Neres kembali mencatatkan namanya di papan skor pada babak kedua untuk mengunci kemenangan. Ia memanfaatkan kelengahan kiper Bologna, Federico Ravaglia, yang melakukan kesalahan fatal saat mencoba membangun serangan dari belakang. Dengan cerdik, Neres mencuri bola dan mencungkilnya melewati kiper dari sudut sempit, sebuah penyelesaian akhir yang tenang dan mematikan.

    Performa gemilang ini mendapatkan pujian khusus dari sang pelatih, Conte, yang mengakui kualitas individu Neres namun tetap menekankan kerja tim. Conte mengatakan, "Gol pertama adalah momen magis dari seorang individu, tetapi peluang lainnya semua dipersiapkan dengan menganalisis cara menyulitkan Bologna."

    Dua gol ini menasbihkan Neres sebagai bintang utama final dan membuktikan kedalaman skuad Napoli. Meski tanpa De Bruyne dan Anguissa, Neres mampu memikul beban serangan dan memberikan trofi bagi Partenopei. Ini adalah bukti bahwa rekrutan baru Napoli mampu beradaptasi cepat dan memberikan dampak instan di laga krusial.

  • Iklan
  • Kebangkitan Duo "Buangan" MU

    Selain Neres, sorotan juga tertuju pada performa impresif Rasmus Hojlund dan Scott McTominay, dua pemain yang menemukan kembali performa terbaiknya di Italia. Hojlund menunjukkan etos kerja luar biasa dengan pergerakan tanpa bolanya yang terus meneror pertahanan Bologna, sementara McTominay menjadi dinamo lini tengah yang tak kenal lelah, bahkan nyaris mencetak gol lewat tendangan voli akrobatik.

    Conte pasang badan membela kedua pemain ini dari kritik masa lalu mereka saat masih di Manchester United. Dengan nada menyindir, Conte berkata: "Semua orang dulu mengatakan Rasmus tidak bermain di Manchester, begitu juga McTominay, jadi mengapa? Tanyakan pada diri Anda sendiri beberapa pertanyaan di sana. Staf dan saya memiliki pekerjaan yang harus dilakukan, ada alasan kami ada di sini."

    Transformasi ini menjadi bukti tangan dingin Conte dalam memoles potensi pemain yang sempat meredup. Di Napoli, McTominay diberi kebebasan untuk merangsek ke kotak penalti, peran yang sangat ia nikmati. Sementara Hojlund, meski tidak mencetak gol di final, berperan krusial dalam membuka ruang bagi Neres dan rekan-rekannya melalui pergerakan cerdasnya.

    Keberhasilan integrasi duo eks-Setan Merah ini memberikan dimensi baru bagi permainan Napoli. Absennya pilar lini tengah lama tidak terlalu terasa berkat kontribusi fisik dan taktik mereka. Conte berhasil membuktikan bahwa dengan sistem yang tepat, pemain yang dianggap "gagal" di satu klub bisa menjadi juara di klub lain.

  • Blunder Fatal dan Pembelaan Italiano

    Bagi Bologna, final ini menyisakan penyesalan mendalam akibat kesalahan sendiri di lini pertahanan. Gol kedua Napoli yang dicetak Neres bermula dari blunder kiper Ravaglia yang gagal mengoper bola dengan baik kepada Jhon Lucumi. Kesalahan elementer dalam build-up play ini harus dibayar mahal, mematikan momentum Bologna yang sedang berusaha keras untuk bangkit menyamakan kedudukan.

    Pelatih Bologna Vincenzo Italiano menyadari kesalahan tersebut namun menolak untuk menyalahkan pemainnya secara terbuka. Ia memberikan pembelaan emosional bagi kipernya: "Ravaglia melakukan hal-hal hebat di pertandingan sebelumnya, dia mengalami sedikit masalah, tetapi itu tidak mengubah apa pun. Dia sangat peduli dengan klub ini, seolah-olah dia memiliki tato warna Bologna di kulitnya."

    Meski kecewa, Italiano mengakui superioritas Napoli di laga tersebut dan memuji performa lawan. "Napoli menampilkan performa fantastis, kami memberikan semua yang kami miliki, tetapi tidak dapat meningkatkan level kami untuk menandingi mereka," ujar Italiano dengan sportif. Ia menyadari bahwa timnya kalah kelas menghadapi juara bertahan liga yang sedang dalam performa puncak.

    Kekalahan ini menjadi pelajaran berharga bagi Bologna yang baru pertama kali tampil di ajang Supercoppa. Meski kalah, mereka telah menunjukkan semangat juang tinggi dan kualitas untuk mencapai final. Italiano kini memiliki tugas berat untuk mengangkat moral timnya agar kesalahan individu di laga besar tidak menghantui perjalanan mereka di sisa musim.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • Mentalitas Juara: Sejarah Mengingat Pemenang

    Conte kembali membuktikan dirinya sebagai jaminan mutu dalam meraih trofi, menekankan bahwa di final, kemenangan adalah satu-satunya hal yang penting. Ia merefleksikan pengalaman pahitnya sendiri kalah di berbagai final untuk memotivasi timnya agar tidak merasakan hal yang sama. Bagi Conte, bermain bagus saja tidak cukup jika tidak diakhiri dengan mengangkat piala.

    Dalam konferensi pers, Conte memberikan pandangan filosofis yang tajam mengenai memori sepakbola. "Saya bisa memberi tahu Anda bahwa tidak ada yang repot-repot mencari finalis yang kalah, karena saya sudah kalah banyak sebagai pemain dan pelatih... Ketika Anda kalah di Final, itu meningkatkan tekad Anda, dan Anda mencoba untuk tidak mengalami momen-momen buruk itu lagi," tegasnya.

    Mentalitas "menolak kalah" inilah yang berhasil ditanamkan Conte ke dalam skuad Napoli. Mereka tampil sangat efisien dan pragmatis, menyelesaikan turnamen dengan rekor sempurna: mengalahkan AC Milan dan Bologna dengan skor identik 2-0 tanpa kebobolan. Conte menyebut perjalanan timnya sebagai "turnamen yang tanpa cela".

    Keberhasilan ini melengkapi koleksi trofi Conte dan menegaskan status Napoli sebagai kekuatan dominan saat ini. Trofi Supercoppa ini menjadi "ceri di atas kue" setelah perjalanan luar biasa mereka meraih Scudetto. Conte memastikan bahwa sejarah akan mencatat Napoli versi ini sebagai pemenang, bukan sekadar tim yang bermain indah.

  • Conte Menolak Label Penguasa Baru

    Meski baru saja meraih double bersejarah (Scudetto & Supercoppa), Conte menolak dengan keras anggapan bahwa Napoli kini adalah penguasa tunggal sepakbola Italia. Ia tetap merendah dan realistis melihat persaingan yang ada, terutama mengingat banyaknya perubahan dalam skuadnya. Sikap ini diambil untuk menjaga para pemainnya tetap menapak bumi dan waspada.

    Conte bersikeras bahwa timnya belum siap untuk mendominasi total seperti dinasti Juventus di masa lalu. "Saya tidak bisa mengatakan kami siap untuk menguasai, karena kami bahkan belum dekat untuk siap. Kami memenangkan gelar musim lalu dengan skuad yang sangat terbatas, kami memperkenalkan banyak pemain baru musim panas ini," jelas Conte.

    Ia bahkan menetapkan target yang sangat moderat untuk kompetisi liga, yakni hanya berusaha bertahan di zona Liga Champions. "Memprediksi empat besar akan sangat sulit," tambahnya. Conte sadar betul bahwa musim masih panjang dan konsistensi di Serie A adalah tantangan yang jauh lebih berat daripada memenangkan turnamen format pendek.

    Pernyataan ini mungkin merupakan strategi psikologis Conte untuk melepaskan tekanan dari pundak pemainnya. Dengan memposisikan diri sebagai tim yang masih "belajar" dan "belum siap", ia berharap Napoli bisa tampil lepas tanpa beban ekspektasi berlebih. Namun, dengan dua trofi di tangan, sulit bagi publik untuk tidak melihat Napoli sebagai standar emas sepakbola Italia saat ini.

  • Cuplikan: Napoli 2-0 Bologna

  • Selebrasi Napoli

0