Top teams composite Thierry Henry Lionel Messi Jose MourinhoGetty/Goal

Musim Terbaik Sepanjang Sejarah Tiap Klub Top Eropa

Dalam beberapa musim terakhir, sudah sering terjadi sebuah klub bisa memenangkan banyak gelar dalam satu musim.

Bagi mereka, satu gelar saja per musim tak cukup. Posisi seorang pelatih juga bisa dipecat sewaktu-waktu.

Sepanjang sejarah sepakbola, tim-tim seperti Barcelona, Real Madrid, Juventus, Bayern Munich, Manchester United, dan Liverpool pernah begitu dominan pada eranya masing-masing.

Rasanya mustahil untuk menentukan satu klub yang layak disebut terbaik sepanjang masa. Namun setidaknya, klub-klub tersebut memiliki satu atau dua musim terbaik dalam sejarah mereka.

Goal merangkum semuanya dalam daftar berikut ini. Simak!

  • Milan 1994 Champions League winnersGetty

    AC Milan - 1993/94

    Treble yang direngkuh AC Milan di musim 1993-94 adalah salah satu pencapaian terbaik dalam sejarah sepakbola.

    Di bawah arahan Fabio Capello, Milan menjuarai Serie A dengan keunggulan tiga poin atas Juventus. Menariknya, Rossoneri hanya mencetak 36 gol dari 34 laga. Hanya empat tim Serie A musim itu yang mencetak gol lebih sedikit, dengan dua di antaranya terdegradasi. Pertahanan yang digalang Paolo Maldini dan Franco Baresi seperti sulit ditembus, baik di Italia maupun di Eropa.

    Di Liga Champions, Milan justru mampu menggelontorkan banyak gol. Copenhagen, Porto, dan Monaco mereka berondong dengan gol-gol hingga akhirnya lolos ke final untuk berjumpa Barcelona arahan Johan Cruyff. Hebatnya, Milan sukses melibas Barca 4-0 dalam tempo 60 menit saja.

    Di musim itu, Capello dan pasukannya juga sukses memenangkan Supercoppa Italiana, namun terpaksa bertekuk lutut di Piala Super Eropa dan Intercontinental Cup.

  • Iklan
  • Ajax 1971Getty Images

    Ajax - 1971/72

    Ajax menjadi klub kedua Eropa yang sanggup meraih treble, ketika merengkuh Eredivisie, Piala KNVB, dan Piala Champions di musim 1971/72.

    Bermaterikan legenda seperti Johan Cruyff, Johan Neeskens, Arnold Muhren, Johnny Rep dan dilatih oleh Stefan Kovacs, skuad ini hanya sekali kalah di liga, dengan sukses mencetak 104 gol dari 34 laga Eredivisie, dan mengakhiri musim dengan kemenangan 12-1 atas Vitesse.

    Kemenangan 3-2 atas Den Haag sukses mengamankan gelar Piala KNVB di markas Feyenoord. Lantas di level Eropa, Ajax juga menyingkirkan Dynamo Dresden, Marseille, Arsenal, dan Benfica untuk mencapai final Piala Champions, yang juga digelar di De Kuip.

    Di partai puncak, Cryuff mengemas dua gol untuk memastikan kemenangan 2-0 atas Inter, menggenapkan golnya jadi 30 gol di musim tersebut sekaligus memastikan gelar Eropa kedua untuk Ajax secara beruntun.

  • Arsenal InvinciblesGetty Images

    Arsenal - 2003/04

    Arsenal mungkin hanya memenangkan satu gelar di musim 2003/04, tapi musim Invincible mereka di Liga Primer Inggris adalah pencapaian unik yang sangat sulit untuk terulang kembali.

    Skuad yang berisikan Thierry Henry, Dennis Bergkamp, Patrick Vieira ini menandai puncak kejayaan The Gunners di era Arsene Wenger. Fakta bahwa Wenger sukses meraih double domestik di musim pertamanya bersama Arsenal tak sanggup menyamai raihan Invincible ini.

    Sedikit disayangkan di musim itu Arsenal harus tersingkir di semi-final Piala FA dan Piala Liga oleh Manchester United dan Middlesbrough. Unted lagi-lagi mengungguli Arsenal di Community Shield, sebelum Chelsea mendepak mereka di perempat-final Liga Champions.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • Diego Simeone Atletico Madrid 1995-96Getty

    Atletico Madrid - 1995/96

    Atletico Madrid mungkin telah banyak bertransformasi di era modern bersama pelatih Diego Simeone. Namun, musim terbaik mereka hadir pada 1995/96 di bawah arahan Radomir Antic, dengan mengklaim titel La Liga dan Copa del Rey di mana Simeone jadi salah satu pemain kunci

    Atletico finis empat poin di atas Barcelona, sementara Real hanya finis keenam alias gagal lolos ke kompetisi Eropa. Di Copa, Atletico menang dramatis 6-5 secara agregat atas Valencia dalam partai semi-final, sebelum mengalahkan Barca 1-0 di final lewat perpanjangan waktu.

    Gelar La Liga tidak pernah dimenangkan lagi oleh Atletico, sebelum akhirnya hadir kembali ke pelukan mereka di musim 2013/14 ketika pasukan Simeone sukses mengakhiri duopoli Barca dan Real dalam sepuluh tahun terakhir.

  • Barcelona 2009 Champions League winners

    Barcelona - 2008/09

    Ketika Pep Guardiola dipromosikan menjadi pelatih tim utama dari Barcelona B pada 2008, banyak orang tak menyangka bahwa ia akan menciptakan salah satu musim terbaik dalam sejarah sepakbola.

    Barca tak hanya memenangkan seluruh gelar yang tersedia, tapi juga mendefinisikan ulang sepakbola lewat tiki-taka. Pasukan Guardiola sukses menekuk Athletic Bilbao di final Copa del Rey, lalu merengkuh gelar La Liga tiga hari berselang, sebelum memukul Manchester United 2-0 di final Liga Champions.

    Treble bersejarah seperti tak cukup untuk mereka. Di musim berikutnya, mereka melengkapinya dengan titel Supercopa de Espana, Piala Super UEFA, dan Piala Dunia Antarklub. Enam trofi dalam satu tahun kalender!

    Barca memenangkan treble lagi di musim 2014/15, dengan trio MSN sukses mendominasi Spanyol dan Eropa di bawah arahan Luis Enrique. Namun, kampanye debut Guardiola melatih tetap jadi titik puncak Barca.

  • Franck Ribery Bayern Munich Bundesliga 10052014Getty Images

    Bayern Munich - 2013/14

    Skuad Bayern Munich di musim 2013/14 layak disebut yang terbaik dalam sejarah sepakbola Jerman. Banyak rekor mampu mereka pecahkan dalam perjalanan mereka meraih Bundesliga, Liga Champions, DFB-Pokal, dan DFL-Supercup.

    Pasukan Jupp Heynckes memenangkan Bundesliga dengan selisih 25 poin (rekor), mengoleksi total 91 poin (rekor), mengunci gelar dalam 28 laga saja (rekor), dan menang 29 dari 34 laga (rekor), serta selalu mencetak gol di setiap laga.

    Namun, Bayern cukup kesulitan di ajang piala. Mereka harus mengalahkan rival terberat mereka, Borussia Dortmund, di DFL-Supercup, semi-final DFB-Pokal, dan tentu saja di final Liga Champions.

    Arjen Robben menjadi penentu kejayaan Bayern di Eropa berkat gol telatnya ke gawang BVB di Wembley. Gelar ini sekaligus menebus kesalahan mereka dua tahun lalu saat takluk dari Chelsea di kandang sendiri di partai final.

  • Benfica 1960-61slbenfica.pt

    Benfica - 1960/61

    Benfica memenangi treble domestik di musim 2013/14, tapi pencapaian terbesar mereka hadir saat memenangi Piala Champions secara beruntun pada 1961 dan 1962 di bawah arahan pelatih legendaris Bela Guttmann.

    Pada pencapaian pertama, mereka merajai liga domestik dan Eropa, dengan penyerang Jose Aguas mencetak 43 gol di semua kompetisi, sementara Eusebio masih belum terlalu menonjol.

    Di musim berikutnya, Benfica memenangi liga dengan keunggulan empat poin atas Sporting CP dan hanya kalah dua kali. Kekalahan dari Vitoria de Setubal di Taca de Portugal menghadirkan kejutan, tapi Benfica menebusnya dengan kemenangan atas Barcelona di final Piala Champions.

    Guttmann benar-benar memaksimalkan trio Hongaria-nya -- Laszlo Kubala, Sandor Kocsis, Zoltan Czibo -- seiring Benfica menang 3-2 atas Barca yang lebih difavoritkan. Di musim berikutnya, mereka kembali menjadi raja Eropa dengan mengalahkan Real Madrid 5-3.

  • Shinji Kagawa Borussia DortmundBongarts

    Borussia Dortmund - 2011/12

    Pencapaian terbesar Borussia Dortmund mungkin tersaji di musim 1996/97 ketika mereka meraih Liga Champions, tapi gelar double di musim 2011/12 di bawah arahan Jurgen Klopp layak dianggap lebih hebat, terutama dalam hal dominasi.

    Mereka memulai musim dengan buruk, dengan takluk adu penalti dari Schalke di DFL-Supercup, lalu hanya meraih tujuh poin dari enam laga pembuka Bundesliga. Namun setelah kekalahan kontra Hannover pada 11 September, mereka tak pernah melihat ke belakang.

    Dibintangi Robert Lewandowski, yang mengemas 30 gol, Dortmund mencetak rekor poin Bundesliga (81 poin dari 34 laga). Sementara di final DFB-Pokal, mereka sukses menghajar Bayern 5-2. Sayang, start lamban di awal musim berdampak pada eliminasi dini di fase grup Liga Champions.

  • Celtic 1966-67TheCelticWiki

    Celtic - 1966/67

    Treble di level domestik barangkali sudah menjadi sesuatu yang mudah dilakukan Celtic dalam beberapa tahun terakhir. Namun, tak ada yang bisa mengalahkan kesuksesan besar mereka di musim 1966/67.

    Dikomandoi manajer legendaris Jock Stein, Celtic memenangi setiap kompetisi yang mereka ikuti: Liga Skotlandia, Piala Champions Eropa, Piala Skotlandia, Piala Liga Skotlandia, dan Piala Glasgow. Mereka mencetak 196 gol di kelima turnamen itu.

    Kemenangan atas Rangers di final Piala Skotlandia terasa manis, tapi puncak euforia mereka terjadi pada 25 Mei 1967 di mana mereka mengalahkan Inter 2-1 dalam final Piala Champions di Lisbon, Portugal. Julukan "Singa Lisbon" pun tersemat kepada mereka.

  • Chelsea title win 2010Getty Images

    Chelsea - 2009/10

    Momen terbaik Chelsea di era modern boleh jadi hadir di Munich 2012 saat mereka menjuarai Liga Champions. Namun di musim itu, performa Chelsea terbilang naik-turun, di mana mereka hanya finis keenam di Liga Primer Inggris.

    Musim yang jauh lebih baik hadir dua tahun sebelumnya ketika mereka memenangkan EPL dan Piala FA di bawah arahan Carlo Ancelotti. Didier Drogba menjalani musim terbaiknya dengan mencetak 37 gol di semua kompetisi, diikuti Frank Lampard (26), Florent Malouda (15), dan Nicolas Anelka (15).

    Chelsea juga memecahkan rekor di musim itu, dengan mencetak 103 gol di EPL. Mereka unggul satu poin atas Manchester United setelah menghancurkan Wigan 8-0 di laga pamungkas. Lalu, The Blues menang 1-0 atas Portsmouth di final Piala FA dengan Drogba mencetak satu-satunya gol.

  • Jose Mourinho Inter 2010Getty Images

    Inter - 2009/10

    Inter adalah satu-satunya klub Italia yang pernah mencicipi treble Eropa kala skuad yang dipimpin Jose Mourinho bersinar terang di musim 2009/10. Tak diragukan lagi, inilah musim Inter terbaik sepanjang masa.

    Nerazzurri mengalahkan AS Roma, dengan keunggulan dua poin di Serie A dan berlanjut dengan kemenangan 1-0 di final Coppa Italia. Namun, performa terbaik mereka hadir di semi-final Liga Champions melawan Barcelona, dalam sebuah laga yang mengawali rivalitas Mourinho-Guardiola.

    Inter menang agregat 3-2, di mana kekalahan 1-0 di leg kedua Camp Nou menyajikan performa defensif yang ikonis. Inter melucuti keperkasaan Barcelona, sang peraih treble di musim sebelumnya, lalu menuntaskan tugasnya di final dengan mengalahkan Bayern Munich 2-0 di Santiago Bernabeu. Audisi sempurna bagi Mou untuk pindah ke Real Madrid di musim berikutnya.

  • Michel Platini JuventusPanoramic

    Juventus - 1983/84

    Juventus berulang kali meraih gelar domestik, baik double maupun treble. Namun jika ada satu musim yang paling menonjol, maka musim 1983/84 adalah jawabannya ketika Juve merengkuh Scudetto dan Piala Winners.

    Kala itu, Juve yang bermaterikan Michel Platini, Paolo Rossi, Zbigniew Boniek dan dilatih oleh Giovanni Trapattoni sukses mengungguli Roma di Serie A, sebelum mengalahkan Paris Saint-Germain, Manchester United, dan Porto untuk menyabet Piala Winners.

    Musim berikutnya, mereka lolos ke Piala Champions dan berhasil menjuarainya dengan mengalahkan Liverpool dalam partai final yang sayangnya lebih dikenang sebagai Tragedi Heysel.

  • Liverpool's European Cup winning team of 1984Getty

    Liverpool - 1983/84

    Menariknya, musim terbaik Liverpool juga hadir di saat bersamaan seperti Juventus. Setelah manajer legendaris Bob Paisley pensiun, Joe Fagan mengambil alih tongkat estafet untuk membawa The Reds menjadi tim Inggris pertama yang meraih treble Eropa.

    Ian Rush mencetak 47 gol di semua ajang, termasuk 32 gol di liga untuk membawa Liverpool unggul tiga poin atas Southampton. Liverpool lalu memenangi Piala Liga dengan mengalahkan Everton di final.

    Sebelumnya, Liverpool sudah memenangi tiga Piala Champions bersama Paisley, dan mereka melanjutkan kejayaan mereka bersama Fagan dengan mengalahkan Roma melalui adu penalti dalam laga final di Olimpico.

  • Kevin De Bruyne Man City 2019Getty Images

    Manchester City - 2018/19

    Pep Guardiola masuk dua kali dalam daftar ini. Kali ini, ia membawa Manchester City merengkuh gelar Liga Primer Inggris secara back-to back.

    City menembus 100 poin dan memecahkan berbagai rekor ketika menjuarai EPL di musim 2017/18. Namun, di musim berikutnya mereka mendominasi Inggris di level yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

    The Citizens memenangi segalanya yang ditawarkan sepakbola Inggris: EPL, Piala FA, Piala Liga, dan Community Shield. Kemenangan 6-0 atas Watford di final Piala FA menegaskan keperkasaan mereka.

  • Ole Gunnar Solskjaer Manchester United Bayern Munich 1999Getty

    Manchester United - 1998/99

    Manchester United menjadi tim Inggris pertama yang merengkuh treble utama (Liga Premir Inggris, Liga Champions, Piala FA) di musim 1998/99, yang diwarnai banyak momen dramatis.

    Sir Alex Ferguson dan pasukannya unggul satu poin atas Arsenal di klasemen akhir EPL. Di Piala FA, mereka harus melewati rintangan sulit dari Liverpool, Chelsea, Arsenal sebelum akhirnya mengalahkan Newcastle 2-0 di final.

    Momen terepik hadir di Camp Nou, di partai puncak Liga Champions. Setelah lolos dari adangan Barcelona, Bayern Munich, Inter, Juventus, Setan Merah bertemu lagi dengan Bayern di final. Gol Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer di menit berdarah kemudian menyajikan salah satu comeback terbaik sepanjang masa.

  • Zlatan Ibrahimovic Paris SG Marseille Ligue 1 04102015Gettyimages

    PSG - 2014/15, 2015/16

    Paris Saint-Germain adalah satu-satunya klub Prancis yang memenangi empat gelar domestik dalam satu musim, dan mereka melakukannya dalam dua musim beruntun di bawah arahan Laurent Blanc.

    PSG secara rakus mencaplok titel Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue, dan Trophee des Champions dalam dua musim tersebut. Zlatan Ibrahimovic dan Edinson Cavani menjadi aktor utama lewat gol-golnya.

    Namun, tetap ada noda dari kesempurnaan itu seiring mereka tersingkir dari perempat-final Liga Champions secara beruntun. PSG kemudian mengklaim quadruple domestik di musim 2017/18 bersama Unai Emery.

  • Porto 2004 UCLGetty Images

    Porto - 2003/04

    Untuk kedua kalinya, Jose Mourinho masuk dalam daftar ini setelah membawa Porto merengkuh titel Primeira Liga Portugal dan Liga Champions League. Mereka juga memenangi Piala Super dan Taca de Portugal.

    Di musim sebelumnya, Porto sebetulnya memenangi treble (liga, piala, dan Piala UEFA) dan terulang lagi di musim 2010/11. Namun, keberhasilan meraih Liga Champions tetap tak tertandingi.

    Pemain seperti Ricardo Carvalho, Deco, dan Benni McCarthy bersinar terang. Porto unggul delapan poin di liga, sementara di Eropa mereka sukses menyingkirkan Manchester United sebelum mendominasi Monaco 3-0 di partai final.

  • Rangers IbroxGetty

    Rangers - 1975/76

    Empat trofi domestik yang tersedia, empat-empatnya sukses dimenangi Rangers pada musim 1975/76. Musim Rangers dibuka dengan kemenangan 2-1 atas Celtic di laga pembuka dan mereka terus mendominasi dan finis teratas dengan keunggulan enam poin.

    Rangers juga sukses mengalahkan Celtic di final Piala Liga dan juga di Piala Glasgow, lalu memukul Hearts di Piala Skotlandia. Sayang, dominasi ini tidak menular ke Eropa, karena mereka langsung kalah di babak kedua Piala Champions dari Saint-Etienne.

  • Real Madrid Champions League 2017Getty Images

    Real Madrid - 2016/17

    Di bawah arahan Zinedine Zidane, Real Madrid secara luar biasa mampu memenangi empat gelar sekaligus di musim 2016/17.

    Dimulai dengan kemenangan di Piala Super Eropa atas Sevilla, lalu menjuarai Piala Dunia Antarklub dengan mengalahkan Kashima Antlers, diikuti dengan titel La Liga Spanyol pertama dalam lima tahun terakhir.

    Lantas di Liga Champions, Los Blancos sukses menyingkirkan Napoli, Bayern Munich, dan Atletico Madrid, sebelum melibas Juventus 4-1 di final. Ini jadi gelar Eropa ketiga Madrid dalam empat tahun terakhir. Musim berikutnya, Madrid menjadi raja Eropa lagi untuk menandai hat-trick juara Liga Champions.

  • Tottenham 1960-61YouTube/Dennis Munday

    Tottenham - 1960/61

    Keberhasilan Tottenham Hotspur melaju ke final Liga Champions 2018/19 jadi pencapaian terbesar mereka di era modern. Namun, hal itu tak sanggup mengalahkan kesuksesan mereka di musim 1960/61 ketika menjuarai liga dan Piala FA.

    Pasukan Bill Nicholson merengkuh double domestik pertama mereka dan catatan itu belum bisa terulang sampai hari ini. Bobby Smith menjadi topskor Spurs dengan 33 gol, diikuti Les Allen (26), dan Cliff Jones (20).

    Dominasi mereka di liga sudah tampak sejak awal, dengan memenangi 15 dari 16 laga pembuka, sebelum akhirnya menjadi juara dengan unggul delapan poin atas Sheffield Wednesday. Lantas diikuti dengan kemenangan 2-0 atas Leicester City dalam final Piala FA di hadapan 100 ribu orang yang memadati Wembley.

0