TOPSHOT-FBL-VIE-RUS-FRIENDLYAFP

Mengapa Rusia Masih Main Sepakbola Internasional Meski Dilarang UEFA Dan FIFA?

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, tim nasional sepakbola Rusia, baik pria, wanita, maupun junior, dilarang berkompetisi di ajang resmi UEFA dan FIFA. Larangan ini membuat mereka absen dari Piala Dunia 2022 dan 2026 serta Euro 2024. Namun, Rusia masih aktif bermain dalam laga persahabatan melawan negara-negara non-Barat dan bekas Uni Soviet.

Meskipun mayoritas wilayah Rusia berada di Asia, infrastruktur sepakbolanya terkonsentrasi di Eropa, menjadikannya bagian dari UEFA sejak era Uni Soviet. Suspensi dari UEFA membuat Rusia kehilangan akses ke turnamen besar seperti Nations League dan kualifikasi Euro. Namun, mereka menemukan cara untuk tetap bermain, termasuk melawan klub domestik dan negara-negara sekutu.

Tim wanita Rusia juga terdampak larangan ini, hanya bermain laga persahabatan dengan negara-negara seperti Tiongkok, Iran, dan Korea Utara. Baru-baru ini, mereka bahkan bertanding melawan klub Rusia seperti Spartak dan CSKA Moskow. Di sisi lain, ada wacana Rusia pindah ke Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), meskipun keputusan ini belum diambil.

Masa depan sepakbola Rusia bergantung pada situasi geopolitik, terutama perang di Ukraina. UEFA dan FIFA menyatakan Rusia bisa kembali jika konflik berakhir. Sementara itu, mereka terus bermain di luar regulasi badan sepakbola utama. Bagaimana Rusia mempertahankan eksistensinya di sepakbola internasional, dan apa implikasinya? GOAL coba menjelaskannya di sini!

  • FBL-WC2022-EUR-QUALIFIERS-CRO-RUSAFP

    Latar Belakang Sanksi Rusia

    Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 menjadi pemicu utama larangan dari UEFA dan FIFA. Tim nasional pria, wanita, dan junior Rusia dilarang tampil di semua kompetisi resmi, termasuk Piala Dunia dan Euro. Keputusan ini diambil untuk mengecam agresi militer Rusia. Akibatnya, Rusia kehilangan kesempatan untuk bersaing di panggung sepakbola dunia dan Eropa.

    Larangan ini berdampak besar pada tim pria Rusia, yang terakhir kali bermain di kualifikasi Piala Dunia 2022, kalah 1-0 dari Kroasia pada November 2021. Sejak itu, mereka tidak dapat mengikuti turnamen besar seperti Nations League atau kualifikasi Euro 2024. Suspensi ini juga berlaku untuk klub Rusia, yang dilarang dari Liga Champions, Liga Europa, dan Liga Konferensi.

    Meskipun Rusia secara geografis sebagian besar berada di Asia, infrastruktur sepakbolanya terkonsentrasi di Eropa, menjadikannya anggota UEFA sejak era Uni Soviet. Hal ini membuat larangan UEFA sangat signifikan bagi perkembangan sepakbola Rusia. Mereka kini harus mencari alternatif untuk tetap aktif di kancah internasional.

    Situasi ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana Rusia tetap menjaga aktivitas sepakbolanya di tengah isolasi dari badan sepakbola utama? Langkah-langkah yang mereka ambil menunjukkan upaya untuk tetap relevan, meski di luar sistem kompetisi resmi.

  • Iklan
  • FBL-VIE-RUS-FRIENDLYAFP

    Uji Coba Dengan Negara Non-Barat

    Meski dilarang oleh UEFA dan FIFA, Rusia masih aktif bermain sepakbola internasional melalui laga persahabatan. Tim pria mereka telah memainkan 16 pertandingan sejak 2022, termasuk hasil imbang 1-1 melawan Nigeria di Moskwa. Pertandingan ini tidak memerlukan izin dari badan sepakbola utama karena bersifat non-resmi.

    Lawan-lawan Rusia kebanyakan adalah negara-negara non-Barat, seperti Brunei (menang 11-0), Kuba (8-0), Zambia (5-0), dan Suriah (4-0). Kemenangan besar ini menunjukkan Rusia masih kompetitif, meski melawan tim dengan peringkat lebih rendah. Mereka juga bermain melawan negara bekas Uni Soviet seperti Belarusia dan Uzbekistan.

    Selain itu, Rusia menjalin hubungan dengan sekutu geopolitik seperti Iran dan Serbia melalui sepakbola. Laga persahabatan ini menjadi cara untuk menjaga kebugaran tim dan hubungan diplomatik. Rusia juga sempat ikut turnamen di Vietnam pada 2024, meski satu pertandingan dibatalkan karena topan.

    Strategi ini memungkinkan Rusia tetap aktif di sepakbola internasional, tetapi tanpa prestige dan nilai kompetitif turnamen resmi. Pertandingan ini lebih bersifat simbolis, menunjukkan ketahanan sepakbola Rusia di tengah sanksi.

  • FBL-EURO-2021-WOMEN-NED-RUSAFP

    Aktivitas Tim Wanita Rusia Di Tengah Larangan

    Tim wanita Rusia juga terkena dampak larangan UEFA dan FIFA, hanya boleh bermain dalam laga persahabatan. Mereka menghadapi negara-negara dengan hubungan baik dengan Rusia, seperti Tiongkok, Iran, dan Korea Utara. Selain itu, mereka juga bermain melawan tim dari Amerika Latin untuk menjaga aktivitas kompetitif.

    Uniknya, tim wanita Rusia baru-baru ini mulai melawan klub domestik. Contohnya, mereka menang 1-0 atas Spartak Moskwa, tetapi kalah 3-0 dari CSKA Moskwa. Pertandingan ini menunjukkan keterbatasan lawan internasional yang tersedia bagi mereka.

    Laga melawan klub domestik ini menjadi solusi sementara untuk menjaga kebugaran dan pengalaman bertanding. Namun, ini juga mencerminkan isolasi mereka dari kompetisi resmi internasional, yang biasanya memberikan eksposur lebih besar.

    Aktivitas tim wanita Rusia menunjukkan upaya untuk tetap relevan di sepakbola, meski dengan lawan yang terbatas. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang dampak jangka panjang isolasi terhadap perkembangan sepakbola wanita di Rusia.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • RUSSIA-FBLAFP

    Wacana Pindah Konfederasi

    Ada spekulasi bahwa Rusia mungkin keluar dari UEFA untuk bergabung dengan Konfederasi Sepakbola Asia (AFC). Pada 2023, presiden RFU, Alexander Dyukov, menghadiri kongres AFC di Bahrain untuk membahas opsi ini. Pindah ke AFC bisa memberi Rusia akses ke kompetisi seperti Piala Asia dan Liga Champions AFC.

    Namun, RFU akhirnya memutuskan untuk tidak pindah dan fokus pada upaya kembali ke kompetisi Eropa. Kompetisi Asia dianggap kurang bergengsi dan tidak semenguntungkan secara finansial dibandingkan turnamen UEFA. Keputusan ini menunjukkan prioritas Rusia untuk tetap berada di panggung Eropa.

    Pindah ke AFC bisa menjadi solusi jangka pendek, tetapi juga berisiko mengurangi daya saing dan eksposur global Rusia. Sementara itu, RFU membentuk kelompok kerja untuk merancang strategi kembali ke kompetisi UEFA, menunjukkan optimisme untuk mengatasi sanksi.

    Masa depan sepakbola Rusia di kancah internasional masih bergantung pada dinamika geopolitik. Pilihan untuk tetap di UEFA atau pindah ke AFC akan memiliki konsekuensi besar bagi identitas sepakbola mereka.

  • Russia v Denmark - UEFA Euro 2020: Group BGetty Images Sport

    Bagaimana Masa Depan Sepakbola Rusia?

    Masa depan sepakbola Rusia sangat bergantung pada akhir perang di Ukraina. Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, menyatakan Rusia bisa kembali ke kompetisi internasional segera setelah konflik berakhir. Keputusan ini akan diambil bersama FIFA, menunjukkan koordinasi antarbadan sepakbola.

    Presiden FIFA, Gianni Infantino, juga mendukung kembalinya Rusia ke panggung dunia, dengan harapan sepakbola dapat menyatukan berbagai pihak. Pernyataannya mencerminkan optimisme bahwa perdamaian di Ukraina akan membuka jalan bagi Rusia. Kembalinya Rusia juga akan memengaruhi klub domestik mereka, yang bisa kembali berkompetisi di Liga Champions dan turnamen Eropa lainnya.

    Sementara menunggu resolusi konflik, Rusia terus bermain laga persahabatan untuk menjaga kebugaran tim. Namun, tanpa kompetisi resmi, perkembangan sepakbola mereka terhambat, terutama dalam hal eksposur dan pendanaan.

    Jika Rusia berhasil kembali ke FIFA dan UEFA, mereka berpotensi mengembalikan kejayaan sepakbola mereka. Namun, hingga situasi geopolitik membaik, mereka harus puas dengan laga-laga non-resmi yang terbatas.

0