Zavier Gozo mengaku belum punya cerita menarik untuk diceritakan. "Cukup biasa," katanya tentang perjalanan kariernya, yang enggan ia bahas. Baginya, belum banyak yang bisa direnungkan karena semuanya baru dimulai.
Namun, ceritanya sebenarnya dimulai sejak lahir. Nama tengahnya, Didier, adalah penghormatan untuk legenda sepakbola, Didier Drogba. Gaya permainannya pun kerap dibandingkan dengan ikon lain, Thierry Henry. Tak ada yang "biasa" dari Gozo atau jalannya menjadi salah satu prospek remaja paling menarik di sepakbola Amerika. Baru beberapa bulan menjadi pemain reguler MLS, bintang Real Salt Lake ini sudah menunjukkan keistimewaannya, entah ia mengakuinya atau tidak.
Segalanya berjalan cepat dalam hidup Gozo. Loncatan dari level junior ke MLS terjadi sekejap, bahkan sebelum ia lulus SMA. Kecepatannya menggiring bola menjadikannya salah satu penyerang muda terbaik di Amerika. Gol pertamanya di MLS akhir pekan lalu tercipta dalam 50 detik pertama laga.
"Ini proses panjang," ujar Gozo kepada GOAL. "Saya menandatangani kontrak dengan tim kedua saat berusia 15 tahun, dan musim lalu adalah tahun pertama saya di MLS. Saya merasa semakin siap dan dewasa. Ini memang sudah lama ditunggu."
Meski begitu, perjalanan masih panjang. Di usia 18, Gozo jauh dari produk jadi. Dengan sorotan tertuju padanya, ekspektasi pun meningkat.






