Ada ekspektasi tinggi di pundak Rasmus Hojlund di awal kedatangannya di Manchester United. Baru berusia 21 tahun, berlabel salah satu pemain paling prospektif di Serie A Italia kala dia berbaju Atalanta, fans Setan Merah mana yang tak antusias menyambut transfer senilai 72 juta poundsterling tersebut di bursa transfer musim panas kemarin?
Namun, segala sesuatunya rupanya tak berjalan manis bagi striker potensial Denmark tersebut. Dibeli mahal-mahal dengan harapan bisa menjadi ujung tombak tim yang mematikan, sepanjang paruh pertama, Hojlund benar-benar tandus gol.
Meski di Liga Champions berhasil mengoleksi lima gol dari hanya enam penampilan Man United di fase penyisihan grup sebelum tersingkir, Hojlund seperti kesulitan menemukan naluri membobol gawang lawan kala menghadapi tim-tim Liga Primer Inggris.
Tak pelak, berbagai kritik hingga nyinyiran pun harus diterima Hojlund karena performanya yang dinilai jauh panggang dari api, terlebih banderol harga dia yang selangit.
Suara-suara sumbang yang menilainya dengan cukup sadis silih berganti, mulai dari disebut salah satu transfer terburuk dalam sejarah Man United hingga dianggap lebih buruk dari ketika klub mengangkut Wout Weghorst.
Namun, setapak demi setapak, Hojlund belakangan mulai memahami sistem permainan manajer Erik ten Hag, dan tampak padu membentuk trio maut bersama Alejandro Garnacho dan Marcus Rashford. Hasilnya, dalam beberapa laga terakhir Hojlund berhasil menelurkan angka-angka yang terbilang fantastis.


.jpg?auto=webp&format=pjpg&width=3840&quality=60)

