Foreign footballers Manchester GFXGetty

Gundogan, Di Maria, Dan Mengapa Banyak Pemain BENCI Tinggal Di Manchester - Bikin Pusing Man United & Man City

Dani Alves sudah siap bergabung dengan Manchester City pada musim panas 2017. Dia senang bukan kepalang bisa bekerja lagi di bawah Pep Guardiola, pelatih yang membawanya menaklukkan dunia dan Eropa di Barcelona, dan bahkan sudah makan saing bersamanya untuk merencanakan musim baru di Etihad Stadium.

Bek kanan asal Brasil ini juga berhasil meyakinkan Juventus untuk memutus kontraknya lebih cepat agar reuni ini bisa terwujud. Segalanya sudah selesai dan siap. Tapi tiba-tiba, Alves mundur teratur dan malah hijrah ke Paris Saint-Germain. City syok berat. Guardiola marah besar.

Alasannya? Istri Alves saat itu, Joana Sanz, tidak sudi hidup di Manchester. Karena suatu alasan, model asal Spanyol itu, yang baru saja dinikahi Alves beberapa hari sebelum ia berubah pikiran, lebih memilih tinggal di City of Love ketimbang kota kelahiran band rock Oasis dan The Smiths.

Meski Manchester sudah mengalami transformasi besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir dan mulai menyaingi New York dalam hal gedung pencakar langit, mereka masih kalah jauh jika dibandingkan Madrid, Barcelona, Milan, atau Paris dalam hal kota yang memikat para pesepakbola sebagai kota tinggal.

Dan Sanz, yang menceraikan Alves tahun ini setelah ia dipenjara atas dakwaan pelecehan seksual, bukan satu-satunya pasangan pesepakbola yang benci dengan kota Manchester.

Angel Di Maria, Carlos Tevez, dan Nolito menjadi yang paling vokal dalam mengkritik Manchester, sementara keinginan untuk pindah ke iklim yang lebih hangat diyakini sebagai alasan utama mengapa Ilkay Gundogan meninggalkan Man City demi Barcelona. Faktor serupa juga mendorong Bernardo Silva untuk pergi dari City musim panas ini.

Mengingat jendela transfer sudah dibuka dan duo klub Manchester - United dan City - nampaknya akan sama-sama sibuk di bursa, GOAL mengulas mengapa kebanyakan pesepakbola asing tak suka hidup di sana dan menyoroti pemain-pemain yang justru menyukai kota ini.

  • Haaland & GrealishGetty Images

    Emoh bergabung dengan suatu klub gara-gara tak suka kotanya adalah "kesalahan"

    Seorang narasumber yang bertugas membantu pesepakbola beradaptasi di klub baru bercerita kepada GOAL bahwa status Manchester United dan Manchester City sebagai salah dua klub terbesar dan tersukses di dunia mampu menepikan segala kekhawatiran yang dimiliki pemain soal tinggal di Manchester.

    "Saya tak bisa mengingat ada pemain yang tak ingin ke Man United atau Man City, mereka adalah klub yang sangat besar sehingga melebihi kekhawatiran semacam itu. Klub memiliki bobot yang lebih besar daripada kotanya sendiri," ucapnya.

    "Saya bukannya bilang bahwa suatu hari nanti di puncak karier Anda, Anda akan terpikat oleh sebuah kota. Kedua klub tersebut termasuk dalam lima klub paling top di dunia, menolak ke sana hanya karena kota Manchester adalah sebuah kesalahan."

    "Semua pemain di dunia mau ke Inggris - ada alasannya mengapa mereka merupakan liga terbaik di dunia. Menurut saya [kota] bukan faktor penentu, sebuah kota bisa saja baik atau buruk, dan sebagian besar pemain tidak keluar rumah karena aktivitas sehari-hari mereka cukup sederhana dan mereka lebih fokus pada bermain sepakbola."

    "Coba tanya [Erling] Haaland atau [Jack] Grealish, mereka pasti sedang merasa sangat bahagia, mereka baru saja memenangkan treble. Saya rasa kota tak menjadi faktor yang terlalu penting bagi pemain muda."

  • Iklan
  • Gundogan BarcelonaFC Barcelona

    "Mana bisa bandingkan Manchester dengan Barcelona"

    Namun, bagi para pemain seperti Alves dan Di Maria yang sudah berstatus bintang global dan pemenang Liga Champions, faktor-faktor di luar lapangan jadi lebih penting. Begitu pula bagi Gundogan, yang menghabiskan tujuh musim bersama The Citizens dan baru saja mengapteni mereka memenangkan treble. Ia sudah meraih segala yang ia bisa bersama Man City.

    "Tergantung Anda di tahap karier yang seperti apa. Jika kalian adalah pemain muda yang baru memulai kariernya, tak akan ada yang menolak mereka atas alasan itu," imbuh sang narasumber. "Tetapi Gundogan sudah memenangkan segalanya, sehingga ia menginginkan tantangan baru dan dia sudah tinggal di Manchester selama tujuh tahun terakhir, jadi buat apa dia menetap di tempat dengan langit yang kelabu dan, sebagai contoh, tak bisa makan sushi enak?"

    "Memang, kota [asal klub] berpengaruh dalam meyakinkan pemain untuk bergabung dan Anda tak bisa embandingkan Manchester dengan tempat lain seperti Barcelona, di mana ada kuliner yang sempurna, cerah sepanjang hari, dan ada pantainya. Siapa pun di seluruh dunia akan mau tinggal di sana. Ke mana orang-orang pergi berlibur? Ya Barcelona. Tak ada kota di Inggris yang bisa menawarkan hal serupa."

    "Bukannya saya bilang Manchester adalah kota yang buruk rupa, tetapi di level gastronomi mereka tak terlalu menarik. Memang sudah membaik tapi mereka bukan Paris, Barcelona, atau bahkan London, yang merupakan New York-nya Eropa."

  • Ilkay Gundogan Sara ArfaouiGetty

    Memang banyak yang mengeluh, tapi kuliner sudah mendingan

    Minimnya kuliner enak di Manchester adalah keluhan yang jamak kita dengar dari pasangan para pemain. Istri Di Maria menyebut makanan di Manchester "menjijikkan", sementara pacar David de Gea, Edurne Garcia, yang memilih untuk tidak tinggal di Manchester saat kekasihnya hijrah ke United pada 2011, berkata bahwa ia harus berusaha untuk mencari restoran yang enak, itu pun tak akan seenak restoran-restoran di Spanyol.

    Istri Gundogan, Sara Arfaoui, sempat viral tahun lalu karena mengeluhkan minimnya restoran berkualitas di sana. "Saya harus berusaha keras untuk menemukan restoran yang enak tetapi di mana-mana cuma ada makanan mengerikan," katanya. "Di London mungkin [ada], tetapi di Manchester tidak ada. Maaf-maaf saja."

    Tetapi reputasi kuliner Manchester sudah membaik dengan perlahan tapi pasti, bahkan Lonely Planet menobatkannya sebagai kota nomor satu untuk dikunjungi di Inggris pada 2023. Dua tahun yang lalu, Manchester dinobatkan sebagai kota terbaik ketiga di dunia oleh Time Out, hanya kalah dari San Francisco dan Amsterdam.

    Guardiola urun tangan meluncurkan TAST, sebuah restoran Catalunya kelas atas di pusat kota, dan ada beberapa restoran Spanyol jempolan tersebar di penjuru kota. Guardiola senang mengunjungi restoran Jepang Musu, sementara Erling Haaland menyukai spot jajan makanan India jalanan bernama Dishoom dan restoran Italia San Carlo.

    Restoran masakan Tiongkok Wings sudah sejak lama populer di kalangan pemain dan manajer dan merupakan tempat favorit Louis van Gaal selama dua tahun menjabat pelatih The Red Devils. Tempat makan lain yang juga tak kalah terkenal adalah Zouk Tea Bar & Grill, yang sering dikunjungi pemain United dan pernah menjadi pilihan bintang-bintang Pop Rihanna dan Drake.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • NolitoGetty Images

    Nolito dan matahari yang menyedihkan

    Langit kelabu dan curah hujan tinggi Manchester sudah sejak lama menjadi bahan olok-olokan. Namun mereka cuma berada di peringkat 16 kota terbasah Eropa. Milan, Munich, dan Lyon memiliki curah hujan yang lebih tinggi - padahal cuaca jarang disebut-sebut sebagai alasan pemain tak mau gabung AC Milan, Inter Milan, Lyon, atau Bayern Munich.

    Eks-winger Man City Nolito menjadi buah bibir ketika menyatakan bahwa minimnya sinar matahari di Manchester membuat warna kulit putrinya berubah dan bahwa ia jadi terlihat seperti "hidup di gua". Dokter sampai menyarankannya untuk mengonsumsi vitamin D secara rutin.

    Nolito bergabung ke City dari Celta Vigo, kota terbasah di Spanyol dengan curah hujan 5,8mm per hari dibandingkan Manchester yang cuma 3,2mm, jadi seharusnya ia tak asing dengan cuaca di sana. Tetapi ia memang mengaku mtak tahan dengan hari yang pendek ketika musim dingin tiba.

    Ia bercerita kepada Guardian: "Kami makan siang bersama, makan malam di rumah, ke kota dan minum kopi, tetapi tak bisa. Kalau jam 5 sore sudah gelap, maka jam 6 sore terasa seperti jam 10 malam dan Anda jadi merasa kelelahan. Anda pun membatin: 'Gila, ini baru jam enam!'"

  • Sergio Aguero Manchester City 2011-12Getty

    Aguero dan kesendiriannya

    Nolito gagal beradaptasi dengan kehidupan di Manchester, meski ia memang cuma waktu satu tahun untuk mengaklimatisasi dirinya sebelum kembali ke Spanyol dan bergabung ke Sevilla. Sementara itu Sergio Aguero menghabiskan satu dekade bersama Man City, menjadi top skor sepanjang masa mereka dengan 275 gol - termasuk gol 'AGUEROOOOOO' di mana ia mempersembahkan gelar Liga Primer Inggris pertama mereka pada 2012 di detik-detik berdarah pekan terakhir.

    Dan bagi seorang pemain yang sangat dielu-elukan oleh fans City, Aguero sepertinya tak terlalu berbaur dengan budaya lokal. Di film dokumentar "All or Nothing" yang dirilis pada 2018, ia mengaku hidup bersama sepi, menghabiskan sebagian besar waktu luangnya sendirian, kecuali ketika putra dan saudaranya mengunjunginya.

    Ia juga tak terlalu lancar berbahasa Inggris dan pada liputan final Liga Champions Eropa di BT Sport dia memakai Bahasa Spanyol, dengan diterjemahkan Cesc Fabregas.

  • Carlos Tevez Manchester CityGetty Images

    Tevez: "Manchester tak punya apa-apa"

    Tapi paling tidak Kun tak pernah mengeluhkan kehidupannya di Manchester, tak seperti kompatriotnya, Carlos Tevez. Seperti yang pembaca ingat, Tevez mendobrak salah satu tabu paling modern di Manchester dengan menyebrang dari United ke City pada 2009 - dan di sisi biru kota itu ia juga bentrok dengan orang-orang di sana pada musim 2011/12, ketika ia menolak pemanasan dan masuk sebagai pengganti di laga Liga Champions versus Bayern Munich. Ini bukan satu-satunya insiden di mana Tevez memicu amarah suporter klubnya sendiri.

    Pada 2011, setelah tinggal di Manchester selama empat tahun, ia berkata bahwa kota ini "tak punya apa-apa" dan mengaku tak mendapatkan teman baru semenjak pindah rumah. "Saya tidak akan pernah kembali, untuk liburan pun tidak, tidak untuk apa pun itu," imbuhnya.

    Awal tahun ini Tevez mengaku menolak memelajari Bahasa Inggris sebagai bentuk protes terhadap Perang Falkland. Dia berkata: "Selama tujuh tahun di Inggris saya merasa: 'Oke, saya di sini untuk bekerja tapi saya tak sudi membiasakan diri dengan budaya Inggris'. Kalau mau ngomong dengan saya, maka pelajari Bahasa Spanyol, karena saya tak akan belajar Bahasa Inggris."

  • Angel Di Maria Manchester UnitedGetty Images

    "Mengerikan semua"

    Sepertinya orang Argentina yang paling tak tahan dengan kehidupan di Manchester. Di Maria, yang menjadi pemain termahal Man United pada 2014 di harga £60 juta tetapi langsung hengkang ke PSG setahun kemudian, setelah cekcok dengan Van Gaal dan membuat fans Setan Merah berang gara-gara sikapnya yang ogah-ogahan.

    Keluarganya mengalami peristiwa traumatis ketika kediaman mereka dirampok saat mereka sedang di rumah. Namun istrinya, Jorgelina Cardoso, mengakui bahwa ia membenci Manchester bahkan sebelum mereka mulai hidup di sana.

    "Saya tak ingin ke Manchester karena saat itu, saya berteman dengan Gianinna Maradona, istri Aguero, dan kami terbang dari Madrid ke rumahnya di Manchester untuk mengunjunginya selama dua atau tiga hari ketika Angel mendapatkan libur di Real Madrid," katanya.

    "Kota itu mengerikan sekali! Semuanya mengerikan, kami masuk ke rumah mereka dan kami langsung... 'Sampai jumpa, kami mending pergi dari sini'. Ketika kami pergi, saya bilang ke suami saya, 'Silakan mau ke negara mana pun – kecuali Inggris'. Lalu setahun kemudian kami ke Inggris dan rasanya mengerikan sekali, kota yang sangat buruk."

    Cardoso juga bilang ia takut dengan orang-orang "aneh" di Manchester. Dia menambahkan: "Anda berjalan di luar dan Anda tak akan tahu apakah mereka akan membunuh Anda atau tidak."

    Cardoso also said she was afraid of the "weird" people in the city. She added: "You’re walking down the street and you don’t know if they’re going to kill you or what. All the girls are all dolled up, perfectly made-up and there’s me with my hair in a bun and with no make-up on."

  • Juan Mata Premier League Swansea v Manchester United 300815Getty

    Juan Mata dan skena seni Manchester

    Tapi beberapa pemain asing ada juga yang senang tinggal di Manchester. Contoh terbaiknya adalah Juan Mata, yang bergabung dengan Man United pada Januari 2014 setelah meninggalkan Chelsea.

    Mata mulai menulis blog saat masih di London barat, di mana ia menceritakan pengalamannya tinggal di ibu kota Inggris itu dan ketika ia pindah ke Manchester, ia memuji habis dan kancah kebudayaan kota ini. Ia menuliskan review antusias soal Northern Quarter dan toko-toko musik di sana, dan merupakan pengujung setia Galeri Seni Whitworth.

    Dan sejak meninggalkan Setan Merah untuk Galatasaray pada 2022, ia merawat hubungannya dengan kota ini. Sekitar dua pekan lalu ia kembali ke Manchester untuk meresmikan pameran seni bertajuk The Trequartista: Art and Football United, mempersembahkan karya kolaborasi seni pertunjukkan bersama seniman Jerman Tino Sehgal.

    "Manchester adalah rumah saya dan saya mengenal banyak orang [di sana] dan saya yakin mereka senang ketika saya kembali dan saya tak sabar untuk kembali lagi mengunjungi teman-teman saya. Ini adalah kota yang hebat," kata Mata kepada Manchester Evening News.

  • Vincent Kompany Manchester CityGetty Images

    Kompany "memahami kota ini"

    Mata mengikuti jejak sesma eks-Manchester United dengan menyelenggarakan pameran seni di sana. Eric Cantona, yang membantu mengglobalkan Manchester di era 90-an, menggelar pameran berdurasi enam bulan di Football Museum bersama seniman loka Michael Browne dan sering membicarakan kecintaannya terhadap sejarah Manchester dalam aktivisme politik dan pemberontakan.

    Pemain asing lain yang menjadi juara Inggris adalah Vincent Kompany. Mantan kapten Man City ini berkontribusi besar mengampanyekan melawan ketunawismaan di Manchester, meluncurkan proyek amal Tackle4MCR untuk menggalang dan meningkatkan kesadaran akan isu ini.

    Ia menuai pujian Andy Burnham, walikota Manchester, yang berkata bahwa ketertarikan Kompany dalam masalah ketunawismaan, masalah yang makin parah di Manchester, "membuktikan betapa Manchester telah berdampak padanya – bagaimana ia memahami kota ini, serta kecerdasan emosionalnya."

    Pria asal Belgia itu juga menikahi seorang Mancunian, Carla Higg, yang merupakan fans seumur hidup Manchester City.

0