Klopp_despairGetty

Liverpool Sakit Apa, Sih? Lini Tengah Ambyar, Van Dijk Semenjana, & Sosok Mane Yang Amat Dirindukan

Musim ini segalanya benar-benar berbeda. Di saat fans Manchester United bernyanyi dan menari menuju pintu keluar Old Trafford, suporter Liverpool cuma bisa tertunduk lesu, terdiam di tribun tandang.

Di ruang konferensi pers, Jurgen Klopp memasang ekspresi muram, sementara wajah Erik ten Hag seolah baru saja terbebas dari beban memangku dunia.

Di pinggir lapangan, Roy Keane memberikan analisis pasca-laga bareng rapper Stormzy dengan agak ceria, tidak bersungut-sungut. Gary Neville tersenyum lebar dan Jamie Carragher cuma menatap nanar.

Manchester United mendaki ke atas gunung sementara Liverpool terjembab ke kakinya.

Tiga laga pertama musim baru, pertanyaan demi pertanyaan menumpuk buat para serdadu Anfield. Jika performa versus Fulham di partai pembuka cuma kebetulan, dan hasil kontra Crystal Palace adalah korban keadaan, maka kekalahan di Old Trafford sudah lain lagi dan sungguh mengkhawatirkan.

Ini adalah start terburuk Liverpool di Liga Primer Inggris dalam satu dekade terakhir, dan The Reds harus bercermin dan bertanya pada diri sendiri: yakin bisa bersaing mendapatkan gelar juara, seperti yang kalian lakukan selama beberapa tahun belakangan ini? Mungkin ini baru Agustus, tapi ada sesuatu yang 'sakit' di Merseyside.

Di sini, GOAL mencoba mengurai apa saja 'penyakit' tersebut...

  • Thiago-Alcantara(C)Getty Images

    BADAI CEDERA

    Caomhin Kelleher, Calvin Ramsay, Ibrahima Konate, Joel Matip, Curtis Jones, Thiago Alcantara, Alex Oxlade-Chamberlain, Naby Keita, Kaide Gordon, Diogo Jota, Darwin Nunez.

    Tim yang lumayan keren, bukan? Pastinya cukup bagus untuk mengalahkan berbagai klub Liga Primer. Tapi nama-nama di atas adalah XI Liverpool yang terdiri dari pemain yang terpaksa menepi. Pantas saja skuad The Reds terlihat compang-camping sekarang.

    Absennya Nunez memang salah dia sendiri, tapi tak heran ketika pekan lalu pak manajer berkata bahwa ada "penyihir di sini" di Kirkby. Baru tiga pekan musim berjalan, pilihannya sudah semakin menipis.

    Ketidakhadiran Thiago yang paling terasa. Gelandang Spanyol itu, saat bugar, piawai dalam menjaga ritme dan tempo tim, dan punya cukup kreativitas dan jangkauan umpan untuk memporak porandakan lini pertahanan terbaik sekalipun.

    Jota juga amat dirindukan di saat Nunez kena larangan bermain dan Roberto Firmino terseok-seok. Di sektor serangan, Liverpool cuma punya remaja Fabio Carvalho untuk dipanggil dari bangku cadangan di Old Trafford, di mana nama-nama seperti Sepp van den Berg, Nat Phillips, Bobby Clark, Harvey Davies, dan Stefan Bajcetic mengisi bangku sisanya.

    Jota dan Jones boleh jadi bisa kembali latihan akhir bulan nanti, tapi Keita menjadi nama teranyar yang cedera Minggu (21/8) kemarin dan kini harus menepi. Thiago, Matip, serta Konate setidaknya bakal absen sampai pertengahan September, Oxlade-Chamberlain bahkan lebih lama lagi.

    Sementara itu, Klopp cuma bisa berdoa tak ada lagi pemainnya yang sakit-sakitan. Yep, 'penyakit' pertama ini memang cukup harfiah.

  • Iklan
  • James Milner Roberto Firmino Liverpool Manchester United 2022-23Getty Images

    LINI TENGAH

    "Menurut kalian bagaimana, kami kurang pemain seperti apa? Pemain menyerang, tinggi 195 cm, dan tiba di kotak penalti untuk menanduk bola? Kalian maunya apa? 'Sapi emas' yang memproduksi segalanya, termasuk susu?!"

    Itu kata-kata Klopp sendiri di awal Juli, ketika ditanya sekelompok jurnalis soal apakah dia merasa Liverpool membutuhkan gelandang baru.

    Dia tegas betul waktu itu. Tak perlu pemain baru, katanya. Hal terakhir yang bisa dia pikirkan adalah memperkuat lini tengahnya.

    Enam pekan berjalan, pendapatnya sudah berubah atau belum, ya? Empat dari sembilan opsi yang dia sebut cedera, dan dari lima yang segar, dua darinya tampil angin-anginan, dua sisanya baru berusia 19 tahun dan sering gonta-ganti jadi gelandang dan penyerang, sementara satunya lagi adalah pria 36 tahun yang meneken kontrak baru dengan pengertian bahwa perannya akan semakin berkurang.

    Liverpool berbangga diri pada fakta bahwa mereka tidak asal membeli pemain, dan mereka memang punya sejarah sukses menanti pemain yang tepat. Mereka mungkin saja kekeuh pada filosofi itu, tapi kalau iya... Wah, risiko besar! Paling tidak, tanyakan ketersediaan gelandang incaran mereka. Kalau itu saja tak dilakoni, maka jujur saja perlu ditanyakan: 'Kalian ngapain saja?'

    Lini tengah Liverpool, baik jangka pendek maupun panjang, adalah masalah yang tidak cuma menumpuk beberapa pekan terakhir saja.

  • Jadon Sancho Manchester United Liverpool 2022Getty

    START TERSEOK

    Tak butuh IQ 300 untuk menyadari bahwa jika mau memenangkan pertandingan sepakbola, maka memberi lawan keunggulan satu gol bukanlah ide cemerlang.

    Tapi justru itulah yang dilakukan Liverpool selama ini: kemasukan duluan di tujuh laga Liga Primer terakhir, dan terpaksa susah payah come back untuk mengamankan poin atau mencuri kemenangan.

    Awal yang tersendat ini pertanda buruk, terutama di laga tandang. Klopp mengkritik "sikap" anak asuhnya usai diimbangi di Fulham, tapi bersikeras tak ada kekhawatiran serupa pasca dikalahkan Man United. Padahal, kedua laga itu memiliki kemiripan, yakni bagaimana The Reds tak bisa menyamai intensitas, fisik, dan energi tuan rumah.

    Seperti di Craven Cottage, Liverpool butuh setengah jam hanya untuk menemukan ketenangan dan ritme. Seperti di Craven Cottage, mereka tertinggal satu gol saat itu.

    Entah itu sombong, masalah kebugaran, atau rasa pede kolektif yang tergerus - mungkin tiga-tiganya - Liverpool butuh obat segera. Gol pertama ke gawang Bournemouth besok Sabtu (27/8) akan sangat krusial.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • Virgil van Dijk Liverpool 2022Getty

    BINTANG YANG MEREDUP

    For all the talk of an injury crisis and the need for a new signing, it should not be ignored that several of Liverpool’s star players have looked well short of their best so far this season.

    Untuk segala masalah cedera atau kekurangan personel, Liverpool juga tak boleh mengabaikan beberapa bintangnya yang performanya merosot tajam musim ini.

    Virgil van Dijk, contohnya, jauh dari kata stabil. Diguncangkan Aleksandar Mitrovic di Fulham, Van Dijk lagi-lagi kesulitan di Old Trafford. Keputusannya untuk tak menutup ruang Jadon Sancho di gol pertama sungguh janggal - sampai memicu perkelahian dengan James Milner - dan mungkin melambangkan masalah di tubuh Liverpool. Segala kehebatan yang terasa alami seolah hilang tak berbekas.

    Bek Belanda itu bukan satu-satunya yang sedang 'sakit'. Trent Alexander-Arnold diteror sepanjang laga oleh Anthony Elanga dan Marcus Rashford, Jordan Henderson selalu buruk tiap kali starter, Alisson Becker terlalu mudah ditaklukkan, dan Roberto Firmino seperti hanya mengejar bayang-bayang masa keemasan dirinya. Fabinho dicadangkan kontra MU, dan bahkan energi Andy Robertson terlihat terkuras.

    Cukup jelas bahwa rekrutan anyar akan membantu mereka - terlepas situasi cedera - tapi pertama-tama dan yang paling utama, Klopp harus mengembalikan pijar bintang-bintang lamanya.

  • Sadio Mane Bayern Munich 2022-23Getty

    KANGEN SADIO MANE

    Ketika kesuksesan sebuah klub dibangun dengan fondasi skill unik dan brilian sekelompok pemain inti, pasti sangat sulit untuk mereplikasinya ketika salah satu pemain tersebut tak lagi membersamai.

    Dan itulah 'penyakit' Liverpool sepeninggal Sadio Mane musim panas ini, dan apiknya start striker Senegal itu di klub baru Bayern Munich semakin membuat fakta ini sulit ditelan.

    Mane, yang dinamis, dengan fisik mumpuni, serta mental bak baja, sangat sulit untuk digantikan secara langsung. Tak heran mengapa Liverpool menempuh jalur berbeda dengan memboyong Darwin Nunez, seorang No.9 murni yang, secara teori, harusnya menjadi titik serangan yang lebih alamiah.

    Nunez akan baik-baik saja di Liverpoo. Dia pemain bagus yang pasti bakal meningkatkan performanya. Tapi kesembronoannya kontra Crystal Palace datang di waktu yang sangat buruk. Mengingat Jota masih cedera, Klopp tak bisa pilih-pilih dalam menyusun tim, atau bahkan ketika memasukan pemain pengganti.

    Bayangkan apa yang bakal ia berikan untuk setitik nyali dan kualitas Mane di Old Trafford.

  • Luis Diaz Liverpool 2022Getty

    SEMANGAT YANG TERKURAS

    Klopp dan pasukannya pasti akan membantah gagasan ini, tapi apakah Anda tak penasaran, separah apa pengaruh musim lalu, yang sangat naik-turun, intens sampai akhir, tapi tamat dengan menyayat hati, buat Liverpool?

    Sangat bisa dipahami, bahkan mungkin tak terhindarkan, jika ada rasa kehabisan bensin. Ketika berjuang sampai titik darah penghabisan begitu lama - 63 laga, semuanya vital dan penuh tekanan - pasti tak mudah untuk sekadar melupakannya dan berjuang lagi, tak peduli betapa kerasnya tekad, betapa bugarnya badan, betapa profesionalnya Anda. Kalau kata Coldplay, 'When you try your best, but you don't succeed... Could it be worse?'

    Atas segala kejayaan yang mereka raih, musim lalu berakhir dengan menyakitkan buat Si Merah. Mereka gagal meraih dua trofi yang paling mereka inginkan - Liga Primer dan Liga Champions - dan meski parade trofi di Liverpool bisa menyegarkan sedikit semangat, akan sangat manusiawi jika mereka masih trauma mengenang 2021/22, merasa seharusnya bisa lebih baik.

    The Reds cuma kehilangan 22 poin sepanjang musim lalu, tapi musim ini sudah melepas tujuh dan tak boleh kehilangan pijakan lagi di pekan-pekan berikutnya.

    Di sisi lain, kalau ada klub yang membuktikan dirinya bisa bangkit dari keterpurukan, merekalah Liverpool.

  • Jurgen Klopp Liverpool 2022Getty

    'MOOD' BERANTAKAN

    Kadang-kadang, semua itu bisa Anda rasakan begitu saja. Perasaan bahwa semua orang cemas, takut sesuatu akan meledak dan akan semakin parah. Bahwa ada yang tidak beres, ada yang sedang sakit.

    Begitulah Liverpool saat ini. Untuk waktu yang lama, mereka bergembira, tapi saat ini mereka tidak sedang bergembira. Mereka saling adu mulut di lapangan, Klopp merasa sedang dikutuk penyihir, dan munculnya isu pemain mau hengkang.

    Fans, Kopites, juga cemas, takut era yang indah ini akan segera sirna, bahwa Manchester City akan semakin jauh dari kejaran mereka, dan bahwa mereka akan disalip klub-klub yang belanja banyak dan cerdas.

    Memang baru tiga laga, dan Liverpool bukan satu-satunya yang bermasalah - Chelsea keok 3-0, Man City ditahan Newcastle, dan Man United tidak lantas tiba-tiba menjadi tim kelas dunia hanya karena satu kali menunjukan penampilan penuh energi - tapi harus diakui bahwa The Reds butuh penenang, agar bisa kembali kalem.

    Liverpool butuh menang kontra Bournemouth akhir pekan ini, itu pasti, tapi terlepas dari itu mereka harus bisa tampil meyakinkan - demi diri mereka sendiri.

0