Brentford v Manchester United - Premier LeagueGetty Images Sport

Manchester United Kalah Lagi, Para Pandit Serukan Perubahan: Ruben Amorim Di Ambang Pemecatan?

Optimisme singkat yang menyelimuti Manchester United setelah kemenangan atas Chelsea seolah menguap tanpa sisa. Kekalahan telak 3-1 yang memalukan di tangan Brentford pada Sabtu (27/9) malam WIB kembali menjerumuskan klub ke dalam pusaran krisis dan keraguan.

Hasil ini sekali lagi menempatkan manajer Ruben Amorim di bawah tekanan yang luar biasa. Rentetan hasil inkonsisten yang seolah tanpa akhir terus menjadi ciri khas masa kepemimpinannya. Meski demikian, Amorim secara terbuka menyatakan bahwa ia "tidak khawatir" tentang masa depannya di klub.

Sikapnya yang menantang itu sangat kontras dengan paduan suara kritik dari para pandit sepakbola. Mereka kini secara terbuka mempertanyakan kelayakan Amorim, mengkritik tajam kekakuan taktiknya, dan bahkan menyerukan agar hierarki klub segera melakukan perubahan sebelum situasi semakin memburuk.

  • Brentford v Manchester United - Premier LeagueGetty Images Sport

    Kekalahan Pahit & Sikap Menantang Amorim

    Kemenangan atas Chelsea pekan lalu ternyata hanya euforia sesaat. United kembali terpuruk setelah menelan kekalahan telak 3-1 di tangan Brentford. Hasil ini tidak hanya memalukan, tetapi juga membuat posisi klub semakin terbenam di papan bawah klasemen Liga Primer, jauh dari ekspektasi awal musim.

    Kekalahan ini kembali menyoroti masalah kronis di bawah asuhan Amorim: inkonsistensi. Hingga saat ini, United belum sekalipun mampu meraih dua kemenangan liga secara beruntun di bawah arahannya, sebuah statistik yang sangat mengkhawatirkan bagi klub sebesar Setan Merah.

    Menghadapi sorotan tajam, Amorim memberikan respons yang menantang dalam wawancaranya dengan BBC Match of the Day. Ia dengan tegas menyatakan sikapnya terhadap spekulasi pemecatan yang semakin kencang berhembus di sekelilingnya.

    Dalam wawancara tersebut, Amorim berkata: "Saya tidak pernah khawatir tentang pekerjaan saya - saya bukan tipe orang seperti itu. Itu bukan keputusan saya. Saya akan melakukan yang terbaik yang saya bisa setiap menit saya berada di sini."

  • Iklan
  • Vonis Pandit: Tekanan dari Berbagai Penjuru

    Kekalahan melawan Brentford langsung memicu gelombang kritik pedas dari para pandit sepakbola ternama di Inggris. Mereka secara terbuka mempertanyakan masa depan Amorim di Old Trafford, dengan banyak yang meyakini bahwa waktunya sudah hampir habis jika tidak ada perubahan drastis.

    Legenda Newcastle United Alan Shearer berbicara kepada BBC Match of the Day, menyatakan bahwa Amorim berada dalam posisi yang sangat genting. "Ruben Amorim berada di bawah tekanan besar," kata Shearer. Ia juga menambahkan bahwa Amorim sangat beruntung masih dipertahankan, mengingat banyaknya kesalahan yang telah dibuat oleh hierarki klub.

    Mantan bek Arsenal Martin Keown lebih tajam lagi dalam analisisnya. Ia membandingkan statistik Amorim dengan Graham Potter yang telah dipecat Chelsea. "Dia hanya memiliki persentase kemenangan 1 persen lebih tinggi dari Graham Potter, yang telah dipecat. Bagaimana dia masih dipekerjakan?" tanya Keown, menyiratkan bahwa dengan performa seperti itu, manajer lain pasti sudah dipecat.

    Analisis serupa datang dari mantan bek Wales Ashley Williams dalam acara BBC Final Score. Ia mempertanyakan berapa lama situasi ini bisa terus berlanjut. "Saya tidak melihat ke mana Manchester United akan melangkah dengan ini kecuali mereka mengganti manajer," pungkasnya, merangkum sentimen umum para pengamat.

  • Perdebatan Taktik: Keras Kepala vs Fleksibilitas

    Salah satu sumber utama kritik terhadap Amorim adalah kekakuannya dalam menerapkan sistem permainan. Ia secara konsisten menolak untuk beranjak dari formasi andalannya, 3-4-2-1, meskipun sistem tersebut berulang kali terbukti tidak efektif dan mudah dieksploitasi oleh lawan-lawan di Liga Primer.

    Sikapnya ini sangat kontras dengan manajer Brentford Keith Andrews, yang justru dipuji karena fleksibilitas taktisnya dalam pertandingan tersebut. Andrews secara spesifik mengubah formasinya dari tiga bek menjadi empat bek, sebuah langkah yang diakuinya memberikan "dasar yang lebih baik dan fluiditas di lini tengah" untuk timnya.

    Mantan bek Manchester City Micah Richards memberikan peringatan keras dalam analisisnya untuk Match of the Day. Ia secara blak-blakan menyoroti bahaya dari sikap Amorim yang tidak mau beradaptasi dengan situasi di lapangan.

    Menurut Richards, kekakuan ini bisa menjadi akhir dari karier Amorim di United. "Sikap Amorim yang begitu keras kepala dalam apa yang coba dilakukannya bisa menjadi kehancurannya di kemudian hari," kata Richards. "Kita bisa bicara tentang pemilik yang mendukungnya, tetapi pada akhirnya itu tidak berhasil."

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • Penyakit Kambuhan: Kesalahan Dasar & Statistik Buruk

    Masalah United di bawah Amorim ternyata jauh lebih dalam dari sekadar formasi. Tim secara konsisten terus mengulangi kesalahan-kesalahan mendasar dalam eksekusi di lapangan, sebuah fakta yang membuat sang manajer sendiri merasa sangat frustrasi.

    Amorim mengungkapkan kekecewaannya ini kepada media pasca-pertandingan. "Gol-gol hari ini, kami sudah melatihnya selama seminggu," katanya. "Itu membuat frustrasi." Pengakuan ini menyoroti adanya jurang yang dalam antara apa yang direncanakan dalam sesi latihan dan apa yang ditampilkan saat pertandingan.

    Dua gol Brentford di babak pertama menjadi bukti nyata. Para pandit menggambarkannya sebagai gol yang "kacau balau," di mana gol pertama lahir dari kesalahan elementer Harry Maguire dalam memasang perangkap offside, sementara gol kedua berasal dari antisipasi buruk kiper Altay Bayindir.

    Statistik pun semakin memperburuk gambaran. Sejak Amorim mengambil alih, tidak ada tim yang kebobolan gol pertama lebih sering dari United. Kekalahan ini juga menandai laga tandang kedelapan mereka secara beruntun tanpa kemenangan, rekor terburuk klub sejak 2019.

  • Lingkaran Setan Inkonsistensi

    United di bawah arahan Amorim kini tampak terjebak dalam sebuah lingkaran setan inkonsistensi. Satu hasil baik yang membangkitkan harapan akan momentum baru selalu diikuti oleh hasil buruk yang melemparkan mereka kembali ke titik awal.

    Amorim sendiri dengan jujur menggambarkan situasi ini dalam wawancara pasca-pertandingan. "Ini seperti naik turun," jelasnya. "Ketika Anda menang, Anda merasa momentum ada di sini. Ketika Anda kalah, Anda kembali ke tempat yang sama dan harus berjuang lagi dari awal."

    Ia bahkan menutup analisisnya dengan nada yang terdengar pasrah, mengakui bahwa ia tidak bisa lagi menawarkan penjelasan baru atas kekalahan yang terus berulang dan pola yang sama. Ini adalah sebuah pengakuan yang sangat mengkhawatirkan bagi para penggemar.

    "Saya tidak bisa memberitahu Anda lebih dari yang saya katakan setiap kali saya kalah... Percakapannya selalu sama," pungkas Amorim.

0