Manchester City Inter Champions League final 2022-23Getty

Sesuai Akal Bulus Sheikh Mansour! Pemenang & Pecundang Kala Manchester City Akhirnya Menangi Liga Champions, Bekap Inter Milan Yang Mandul Di Istanbul

Komplet sudah megaproyek Manchester City. Ambisi Abu Dhabi untuk menaklukkan dunia sepakbola akhirnya terlaksana. Dan Sheikh Mansour bahkan hadir untuk menyaksikan bagaimana investasi 15 tahun yang kolosal - dan yang sumbernya layak dipertanyakan - tersebut akhirnya menghasilkan Liga Champions Eropa pertama untuk The Citizens.

"Lalu, apakah mereka pantas mendapatkannya?" adalah pertanyaan yang layak menjadi perdebatan dari sudut pandang etis. Tapi, dari sudut pandang olahraga? Tidak pantas, Inter Milan tampil lebih baik di malam final. Mungkin memang City yang menguasai semua bola, tetapi Kevin De Bruyne cs sangat jauh dari level terbaik mereka.

Mereka, entah mengapa, terlihat grogi, mungkin tertekan dengan dahsyatnya partai final. Mereka sangat difavoritkan untuk memenangi laga ini; banyak yang memprediksi Inter bakal dibantai. Tetapi City bermain dengan penuh rasa tidak percaya diri dan sama sekali tak bisa dibilang presisi. Maka tak heran ketika Pep Guardiola teriak-teriak mengaktakan "Rileks!" kepada anak asuhnya di babak pertama.

Tetapi toh Man City telah menuntaskan misi mereka, berkat gol indah Rodri di menit 68, dan dari sudut pandang Mansour, cuma itu yang penting. Garis bawahnya adalah bahwa Man City mengukir sejarah. Mereka meraih treble dan, terlepas dari penampilan mereka yang buruk di final, tak akan ada yang bisa memungkiri bahwa merekalah tim terbaik dunia saat ini.

Di bawah, GOAL mengulas para pemenang dan pecundang dari terciptanya tatanan dunia baru di Istanbul...

  • Pep Guardiola Manchester City 2022-23Getty Images

    PEMENANG: Pep Guardiola

    Pria Catalunya ini meroket sebagai pelatih setelah menjuarai dua Liga Champions bersama Barcelona, dan timnya saat itu bisa dibilang dua penampilan final terbaik dalam sejarah Piala Eropa. Sejak saat itu, ia mengalami 10 musim penuh kekecewaan dan rasa frustrasi. Tersingkir via gol tandang tiga kali, kalah di final 2021, dan disingkirkan Real Madrid dengan cara yang sangat dramatis musim lalu.

    Tetapi kini akhirnya berhasil memenangkan Liga Champions untuk ketiga kalinya, membuktikan bahwa ia adalah salah satu pelatih terbaik, mungkin pelatih yang terbaik, di dunia. Cuma Zinedine Zidane dan Carlo Ancelotti yang telah memenangkan kompetisi ini dalam jumlah yang sama atau lebih banyak darinya. Dan jika ia bertahan di City sampai akhir kontraknya (2025), ia bisa menyamai atau bahkan mengalahkan rekor empat kemenangan yang dipegang Ancelotti.

    Ironisnya, ini adalah penampilan terburuk tim asuhannya di final Liga Champions. Tetapi setelah segala patah hati yang Guardiola alami sejak terakhir memenangkannya pada 2011, yang penting baginya hanya satu: juara Eropa lagi!

  • Iklan
  • Lautaro Martinez Inter 2022-23Getty Images

    PECUNDANG: Striker-striker Inter Milan

    Inter sebenarnya punya peluang untuk menang, tetapi mereka tak mengambil peluang itu. Inter menembak dua kali lebih banyak dari City. Catatan xG mereka adalah 1,81, mengungguli City yang cuma 0,94 - tapi, bahkan hanya untuk sekadar memaksakan babak tambahan, mereka gagal.

    Tapi harus diakui, mereka tak seberuntung Man City, mengingat bola meluncur ke arah Rodri setelah dibelokkan punggung Francesco Acerbi. Dan ketika mereka membutuhkan keberuntungan, tandukan Federico Dimarco memantul mistar - dan tandukan rebound-nya malah mengenai Romelu Lukaku, rekan setimnya.

    Namun, pada akhirnya, Inter cuma bisa menyalahkan diri sendiri. Edin Dzeko jelek sekali, dan Inzaghi harus memberi penjelasan kok bisa-bisanya ia memilih seorang veteran 37 tahun yang tak punya kecepatan untuk menghadapi garis pertahanan City yang sangat tinggi, dan meninggalkan Lukaku, yang sedang gacor, di bench. Memang, Lukaku akan menjadi buah bibir karena memblokir sundulan Dimarco, tetapi tak bisa dipungkiri bahwa Inter lebih mengancam begitu dia masuk.

    Lukaku bahkan bisa mendapat gol tap-in andai Lautaro Martinez tidak egois menembak dari sudut mustahil. Sebuah blunder yang sangat memuakkan, tak heran Marcelo Brozovic ngamuk, apalagi saat itu ia juga berlari ke kotak penalti tanpa dikawal.

    Legenda City, Sergio Aguero, memuji daya ledak lini depan Inter sebelum laga. Tapi tak satu pun dari trio tersebut yang mampu menjawab ekspektasi para Interisti.

  • Ederson Manchester City 2022-23Getty Images

    PEMENANG: Ederson

    Kiper Brasil satu ini memang dihargai karena kemampuannya mendistribusikan bola, bukan mencegahnya masuk ke gawang, dan musim ini sering sekali ia ditaklukkan tembakan akurat pertama yang ia hadapi dalam sebuah laga. Tetapi di laga ini, Ederson menunjukkan kebolehannya melakukan teknik-teknik mendasar seorang penjaga gawang.

    Ia melebarkan lengannya untuk mengintimidasi Martinez dan mencegah striker Argentina tersebut memecah kebuntuan. Ia lalu melakukan dua penyelamatan apik di menit akhir sebagai bukti bahwa refleksnya masih mumpuni.

    Saat proses pemberian medali, Ederson disambut meriah oleh rekan-rekan satu timnya, yang pasti merasa berutang budi padanya karena telah memproteksi keunggulan mereka yang tipis itu.

  • Rodri Manchester City 2022-23Getty Images

    PEMENANG: Double pivot-nya Man City

    Rodri tak ambil bagian di final Liga Champions Man City yang pertama, tapi tahun ini ia memastikan dirinya meninggalkan jejak bersejarah.

    Rodri sepertinya terbiasa memecah kebuntuan pertandingan yang berjalan sengit - sebelumnya mencetak gol pertama ke gawang Bayern Munich di leg pertama perempat-final. Kali ini, penyelesaian akhirnya tak sehebat itu, tetapi mendemonstrasikan kesadaran ruangnya untuk mengetahui ke mana bola akan jatuh - bagi para pembaca manga Blue Lock karya duet Kaneshiro Muneyuki dan Nomura Yusuke, gol ini adalah hasil meta-vision-nyaRodri. Andre Onana pun tak berkutik.

    Tapi menjadi ironis dan mengejutkan, karena di babak pertama Rodri bermain dengan sangat buruk, dan jauh dari level terbaiknya.

    Untung saja ia ditemani John Stones yang selalu hadir dan penuh keberanian. Stones, yang menjelma menjadi salah satu pemain kesayangan fans City, membawa bola dengan penuh keyakinan dan tidak takut berduel. Ia adalah salah satu pemain paling senior di City dan sudah makan asam garam nai-turun performa selama membela Manchester Biru. Maka, memenangkan treble sebagai salah satu pemain pilar di skuad Guardiola pasti menjadi pencapaian yang sangat memuaskan untuknya.

  • InterGetty

    PECUNDANG: Serie A

    Ini adalah musim yang sensasional untuk Serie A. Tiga tim di delapan besar Liga Champions, dan terwakili di tiga final kompetisi besar Eropa, pandangan terhadap sepakbola Italia pun berubah menjadi jauh lebih positif. Tetapi, seperti kata Onana, final bukan untuk dimainkan, final itu untuk dimenangkan, dan mereka disapu bersih di tiga final tersebut.

    AS Roma yang paling sial karena adu penalti hanyalah undian lotre yang didramatisir, dan mereka dirugikan wasit di final Liga Europa kontra Sevilla. Memang, dari segi penampilan mereka tak layak-layak amat jadi juara. Maka memalukan sekali ketika Jose Mourinho menyalahkan para pengadil atas kekalahan Giallorossi - sikap yang mungkin bisa dimengerti, tapi tak boleh diwajarkan.

    Vincenzo Italiano dan Inzaghi berbeda. Mereka boleh merasakan penyesalan. Fiorentina tampil gemilang kontra West Ham, sebelum akhirnya dirontokkan oleh gol menit akhir Jarrod Bowen - dan oleh gaya bermain yang, kata komentator Sky Sports, "seperti tahun 1970-an".

    Sementara Inter, mereka memberikan segalanya di Istanbul. Mereka tak cuma menyaingi tim terbaik di dunia, mereka tampil lebih baik dari mereka, meski daya saing finansial jelas kalah jauh. Maka, mereka pantas mendapatkan segala puja dan puji dari para penggemar dan pemirsa netral.

    Tapi, sayangnya, kampanye Serie A di Eropa berakhir tanpa gelar. Lupakan rasa bangga, yang ada tinggallah perih...

  • Sheikh Mansour Manchester CityGetty Images

    PEMENANG: Sheikh Mansour

    Sudah 15 tahun semenjak pebisnis Abu Dhabi membeli Man City lewat grup Abu Dhabi United dengan harga £210 juta. Di saat semua hanya menganggap City sebagai klub medioker yang selamanya hidup di bayang-bayang Manchester United (yang waktu itu juara bertahan Liga Champions), Sheikh Mansour mengintip sebuah kesempatan emas untuk membangun sebuah kerajaan sepakbola.

    Yang dia lakukan bukan cuma menginvestasikan £1,5 miliar untuk menyusun skuad terbaik di dunia. Ia juga membangun fasilitas latihan kelas dunia tepat di sebelah Etihad dan pelan tapi pasti memperluas stadion mereka tersebut, yang akan segera berkapasitas 60.000. Ia juga menjaga hubungan dengan masyrakat setempat - yang menjadi alasan mengapa ia sangat dicintai fans lokal.

    Begitu peluit panjang berbunyi di Istanbul untuk memastikan kemenangan Man City, para suporter langsung menyanyikan namanya. Untung dia hadir untuk menyaksikannya langsung. Mansour baru dua kali menghadiri laga klub miliknya ini, dan final Liga Champions 2023 adalah laga pertama yang ia saksikan dalam 13 tahun - hasil akhirnya sepadan dengan jauhnya jarak yang harus ia tempuh.

    Kini dengan klubnya sudah menjadi kampiun Eropa dan sukses melengkapi treble, mungkin ia ingin berkunjung lebih sering.

0