Grafica Calciomercato Osimhen Sané Skriniar Ederson 16.9Calciomercato/Getty Images

Pengeluaran €348 Juta Demi Victor Osimhen, Ederson Hingga Marco Asensio: Mengapa Klub-Klub Turki Kini Belanja Begitu Besar?

Jendela transfer musim panas 2025 lalu menjadi saksi pergeseran kekuatan finansial yang mengejutkan di kancah sepakbola dunia. Liga Super Turki, yang selama ini dikenal sebagai destinasi para pemain bintang di penghujung karier mereka, kini berubah menjadi salah satu pembelanja terbesar, menyaingi liga-liga top Eropa dalam perburuan pemain berkualitas.

Nama-nama besar seperti Victor Osimhen, Ederson, Marco Asensio, dan Leroy Sane kini merumput di Istanbul, menandai era baru bagi sepakbola Turki. Total pengeluaran liga yang mencapai €348 juta, dengan Galatasaray dan Fenerbahce sebagai motor utamanya, telah mengirimkan sinyal kuat bahwa mereka tidak lagi puas hanya menjadi penonton dalam persaingan elite Eropa.

Gelontoran dana masif ini bukan tanpa sebab. Dua raksasa Istanbul tersebut melakukan manuver finansial cerdas untuk merestrukturisasi utang dan membuka keran belanja mereka. Namun, besarnya pengeluaran ini juga menimbulkan pertanyaan krusial: apakah ini merupakan sebuah proyek ambisius yang berkelanjutan atau sekadar euforia sesaat?

Dengan skuad bertabur bintang, tekanan untuk berprestasi di kompetisi domestik dan, yang terpenting, di panggung Eropa menjadi semakin besar. Mampukah kekuatan uang ini diterjemahkan menjadi trofi dan mengembalikan kejayaan sepakbola Turki di masa lampau? GOAL coba menjelaskannya di sini!

  • Victor Osimhen GalatasarayGetty

    Ledakan Finansial & Angka-Angka yang Mengejutkan

    Pada bursa transfer musim panas 2025, Liga Super Turki secara resmi mengukuhkan diri sebagai kekuatan finansial baru. Mereka mencatatkan pengeluaran bersih sebesar €172,77 juta, menempatkan mereka di posisi ketiga dunia, hanya kalah dari Liga Primer Inggris dan Liga Pro Saudi. Angka ini menunjukkan perubahan drastis dari citra liga yang sebelumnya dianggap sebagai tempat pemain menghabiskan sisa karier, menjadi destinasi yang serius dan kompetitif.

    Secara total, klub-klub Turki menghabiskan dana sebesar €348 juta, yang menempatkan mereka di peringkat ketujuh liga dengan pengeluaran terbesar di dunia. Angka ini bahkan melampaui liga-liga kuat seperti Liga Portugal dan Eredivisie Belanda. Dominasi finansial ini sebagian besar didorong oleh tiga klub raksasa Istanbul: Galatasaray, Fenerbahce, dan Besiktas, yang secara kolektif menyumbang 80 persen dari total pengeluaran tersebut.

    Galatasaray menjadi sorotan utama dengan pengeluaran yang bahkan melampaui klub-klub raksasa seperti Paris Saint-Germain dan Bayern Munich. Ambisi mereka terlihat jelas saat mereka memecahkan rekor transfer liga tidak hanya sekali, tetapi tiga kali dalam satu jendela transfer. Pembelian Victor Osimhen dari Napoli seharga €75 juta menjadi puncak dari kegilaan belanja ini, sebuah pernyataan niat yang tidak bisa diabaikan oleh para pesaing di Eropa.

    Rekrutan mahal lainnya seperti bek Wilfried Singo (€30,8 juta) dan kiper timnas Turki, Ugurcan Cakir (€27,5 juta), semakin mempertegas bahwa Galatasaray tidak main-main. Belum lagi kedatangan Leroy Sane dengan status bebas transfer namun dengan paket gaji yang fantastis. Semua ini menunjukkan bahwa kekuatan finansial baru Turki siap mengguncang tatanan sepakbola yang sudah mapan.

  • Iklan
  • FBL-TUR-SUPERLIG-GALATASARAY-KONYASPORAFP

    Di Balik Gelontoran Dana: Real Estate & Bebas dari Utang

    Kekuatan finansial mendadak yang dimiliki klub-klub Turki, terutama Galatasaray dan Fenerbahce, bukanlah sihir. Ini adalah hasil dari strategi bisnis cerdas yang berfokus pada pemanfaatan aset berharga dan pelepasan diri dari jerat utang yang telah membelenggu mereka selama bertahun-tahun. Kedua klub berhasil mengubah aset properti mereka menjadi modal segar untuk berinvestasi di skuad pemain.

    Galatasaray menjadi contoh utama dengan menjual lahan pusat latihan mereka di Florya, sebuah area premium di tepi laut Istanbul, kepada pemerintah kota. Kesepakatan ini dilaporkan menghasilkan pendapatan luar biasa sebesar €480 juta. Dana segar ini, ditambah dengan keberhasilan mereka keluar dari program restrukturisasi utang dengan bank, memberikan keleluasaan finansial yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang memungkinkan mereka mendanai transfer fenomenal Victor Osimhen.

    Fenerbahce menempuh jalan yang serupa. Mereka menjual sebidang tanah seluas 61.000 meter persegi di distrik Atasehir, yang menghasilkan sekitar €90 juta. Sama seperti rival abadinya, Fenerbahce juga berhasil keluar dari program restrukturisasi utang dengan Asosiasi Bank Turki. Pihak klub bahkan menyebut langkah ini sebagai "manifesto kemerdekaan," yang memungkinkan mereka untuk mengendalikan masa depan finansial mereka sendiri.

    Langkah-langkah strategis ini memberikan fondasi yang kokoh bagi kedua klub untuk membangun kembali kekuatan mereka. Dengan neraca keuangan yang lebih sehat dan bebas dari beban utang masa lalu, mereka kini dapat mengalokasikan sumber daya secara maksimal untuk membangun tim yang mampu bersaing di level tertinggi, baik di kompetisi domestik maupun Eropa.

  • Fenerbahce SK v Antalyaspor - Trendyol Süper LigGetty Images Sport

    Misi Transfer Bintang Lima: Osimhen, Sane, & Daya Tarik Baru Turki

    Kedatangan Osimhen ke Galatasaray dengan memecahkan rekor transfer seharga €75 juta adalah sebuah terobosan. Ini bukan sekadar membeli pemain bintang, tetapi sebuah investasi pada seorang striker yang berada di puncak performanya pada usia 26 tahun. Galatasaray bertaruh bahwa performa gemilangnya akan terus berlanjut, yang berpotensi membuat nilai jualnya semakin meroket di masa depan, menjadikannya aset yang menguntungkan.

    Daya tarik Liga Turki bagi para pemain top bukan hanya soal biaya transfer, tetapi juga paket finansial personal yang sangat menggiurkan. Osimhen dilaporkan menerima gaji tahunan sebesar €15 juta ditambah hak citra €5 juta, yang setara dengan hampir €400.000 per minggu. Angka ini mampu bersaing dengan tawaran dari klub-klub elite di liga top Eropa lainnya, yang menunjukkan keseriusan finansial klub Turki.

    Faktor lain yang menjadi magnet kuat adalah tarif pajak di Turki yang lebih ramah bagi para pemain. Hal ini terbukti efektif dalam meyakinkan pemain sekaliber Leroy Sane (29 tahun) untuk bergabung, yang juga dilaporkan menerima gaji setara dengan Osimhen. Fenomena ini membuktikan bahwa Turki kini menjadi destinasi menarik bagi pemain yang masih berada di usia produktif, bukan lagi sekadar tempat pensiun.

    Fenerbahce juga tidak ketinggalan dalam parade bintang ini. Mereka memperkuat skuad dengan mendatangkan nama-nama tenar seperti kiper Manchester City Ederson, eks playmaker Real Madrid Marco Asensio, dan penyerang Kerem Akturkoglu. Tambahan pemain berkualitas seperti Sofyan Amrabat, Milan Skriniar, dan Nelson Semedo menunjukkan bahwa ambisi untuk membangun "tim super" adalah tren yang diikuti oleh para raksasa Istanbul.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • Fenerbahce v Galatasaray - Ziraat Turkish Cup - Quarter FinalGetty Images Sport

    Liga Penuh Bintang, Peringkat Dunia Rendah

    Meski dihuni oleh deretan pemain kelas dunia seperti Mauro Icardi, Andre Onana, Ilkay Gundogan, dan Tammy Abraham, Liga Super Turki menghadapi sebuah paradoks yang mencengangkan. Kualitas liga secara keseluruhan dinilai masih sangat rendah jika dibandingkan dengan nama-nama besar yang bermain di dalamnya.

    Menurut data dari Opta, Liga Super Turki hanya menempati peringkat ke-20 terbaik di dunia. Peringkat ini bahkan berada di bawah divisi teratas di Swedia, Polandia, dan Jepang, serta di bawah kasta kedua liga Inggris (Championship) dan Italia (Serie B). Fakta ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai kedalaman kualitas dan tingkat kompetitif liga di luar klub-klub papan atas.

    Peringkat rendah ini sebagian besar disebabkan oleh kesenjangan kualitas yang sangat lebar antara tiga tim raksasa Istanbul (Galatasaray, Fenerbahce, Besiktas) dengan sisa klub lainnya di liga. Dominasi mereka begitu kuat sehingga persaingan sering kali terasa monoton. Belanja besar-besaran yang mereka lakukan musim panas ini diprediksi akan semakin memperlebar jurang tersebut, menciptakan liga yang semakin timpang.

    Tujuan utama dari investasi masif yang dilakukan Galatasaray dan Fenerbahce sebenarnya bukanlah untuk sekadar mendominasi kompetisi domestik yang sudah mereka kuasai. Ambisi sejati mereka adalah kembali menjadi kekuatan yang diperhitungkan di panggung Eropa. Mereka ingin membangun tim yang tidak hanya bisa lolos ke Liga Champions, tetapi juga mampu bersaing secara serius melawan klub-klub elite benua biru.

  • Fenerbahce v Besiktas - Turkish Super LeagueGetty Images Sport

    Tantangan Eropa & Pertaruhan Masa Depan

    Meski telah membangun skuad mewah, jalan terjal menanti klub-klub Turki di kompetisi Eropa. Kekalahan telak 5-1 yang dialami Galatasaray dari Eintracht Frankfurt di laga pembuka Liga Champions menjadi pengingat pahit tentang seberapa jauh mereka tertinggal dari tim-tim lapis kedua Eropa sekalipun. Belanja besar tidak secara otomatis menjamin kesuksesan instan di level kontinental.

    Sejarah mencatat bahwa performa klub Turki di Eropa cenderung menurun drastis. Sejak Galatasaray menjuarai Piala UEFA pada 2000, hanya Fenerbahce yang berhasil mencapai babak semi-final kompetisi Eropa pada musim 2012/13. Fenerbahce sendiri bahkan belum pernah tampil di fase grup Liga Champions sejak musim 2008/09, sebuah penantian yang terlalu lama bagi klub sebesar mereka.

    Tekanan untuk sukses di Eropa sangatlah tinggi, bahkan bisa memakan korban. Jose Mourinho dan Ole Gunnar Solskjaer, dua manajer dengan nama besar, harus kehilangan pekerjaan mereka di Fenerbahce dan Besiktas setelah gagal membawa tim mereka lolos dari babak kualifikasi kompetisi Eropa. Ini menunjukkan bahwa ekspektasi sangat tinggi dan kesabaran manajemen sangat tipis.

    Pada akhirnya, pertaruhan terbesar bagi sepakbola Turki adalah apakah mereka mampu mengubah kekuatan finansial ini menjadi kemajuan yang stabil dan berkelanjutan. Ini membutuhkan kesabaran, visi, dan perencanaan jangka panjang — kualitas yang secara historis jarang ditemukan dalam budaya sepakbola Turki yang dinamis dan sering kali tidak stabil. Namun, dengan fondasi keuangan yang lebih sehat, harapan untuk melihat mereka kembali bersinar di Eropa kini lebih besar dari sebelumnya.

0