DFB-All-Stars v HSV-Legends - Charity Match For UkraineGetty Images Sport

'Saya Bisa Meninggal Kapan Saja!' - Kisah Tragis Eks Bintang Liga Primer Ivan Klasnic, Tiga Kali Transplantasi Ginjal Akibat Obat Pereda Nyeri

Sebuah pengakuan yang sangat mengejutkan dan memilukan datang dari mantan bintang Liga Primer dan penyerang tim nasional Kroasia, Ivan Klasnic. Di balik kariernya yang pernah gemilang, tersimpan sebuah kisah tragis tentang perjuangan melawan penyakit parah yang kini mengancam nyawanya.

Dalam sebuah film dokumenter baru, pria yang kini berusia 45 tahun itu mengungkapkan fakta mengerikan mengenai kondisi kesehatannya saat ini. Ia menyatakan "bisa meninggal kapan saja," sebuah konsekuensi dari masalah kesehatan parah yang telah menggerogotinya sejak masih aktif bermain.

Klasnic secara blak-blakan menuding bahwa kondisinya saat ini adalah akibat langsung dari penggunaan obat pereda nyeri yang diresepkan secara terus-menerus oleh klub lamanya. Menurutnya, obat-obatan tersebut telah memperparah kondisi ginjalnya yang saat itu tidak terdiagnosis.

Kisah Klasnic adalah sebuah cerita kelam tentang dugaan kelalaian medis, pertarungan hukum yang panjang, dan dampak buruk yang menghancurkan dan tidak dapat diubah pada kehidupan seorang pemain.

  • SV Werder Bremen v Borussia Dortmund - BundesligaGetty Images Sport

    Pengakuan Mengejutkan: 'Saya Bisa Meninggal Kapan Saja'

    Klasnic baru-baru ini membagikan sebuah pengakuan yang sangat mengejutkan dan memilukan mengenai kondisi kesehatannya saat ini. Di usianya yang baru menginjak 45 tahun, ia mengaku hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan kematian.

    Dalam sebuah film dokumenter yang ditayangkan di televisi Jerman, Klasnic dengan sangat jujur mengungkapkan ketakutannya yang paling dalam. "Siapa yang tahu berapa lama lagi sisa hidup saya. Saya harus bersyukur bahwa saya masih hidup, meskipun saya sakit dan saya perlu terus minum tablet," ujarnya dengan nada pasrah.

    Kondisi yang ia alami memang sangat serius. Hingga saat ini, ia tercatat harus menjalani tiga kali proses transplantasi ginjal yang sangat berat hanya untuk bisa bertahan hidup. Perjuangan melawan penyakit ginjal yang parah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya selama hampir dua dekade terakhir.

    Pengakuan yang sangat terbuka ini menyoroti sisi gelap dari gemerlapnya dunia olahraga profesional. Ini adalah sebuah kisah nyata di mana seorang atlet yang pernah berada di puncak kariernya kini harus menghadapi konsekuensi kesehatan yang tidak hanya mengakhiri kariernya, tetapi juga mengancam nyawanya.

  • Iklan
  • FILES - A picture taken 04 November 2007DDP

    Akar Masalah: Obat Pereda Nyeri & Kondisi Ginjal yang Tak Terdiagnosis

    Klasnic dengan sangat tegas menunjuk pada satu penyebab utama yang menjadi biang keladi dari hancurnya kondisi kesehatannya: penggunaan obat pereda nyeri secara terus-menerus yang diresepkan oleh staf medis di klub lamanya saat ia bermain di Jerman, Werder Bremen.

    Ia menuduh bahwa pemberian obat-obatan tersebut secara rutin dan dalam dosis tinggi memperparah kondisi ginjalnya yang sebenarnya sudah bermasalah. Masalahnya, kondisi tersebut tidak pernah terdiagnosis dengan benar oleh para dokter klub pada saat itu, sebuah kelalaian yang fatal.

    "Seandainya saya tahu bahwa saya memiliki masalah ginjal pada saat itu, saya tidak akan pernah meminum obat-obatan tersebut," kata Klasnic, menunjukkan sebuah penyesalan yang sangat mendalam atas apa yang telah terjadi pada tubuhnya.

    Insiden ini pertama kali terungkap pada 2007 saat ia tiba-tiba mengalami gagal ginjal dan memerlukan transplantasi pertamanya yang menyelamatkan nyawanya. Namun, Klasnic mengklaim bahwa dokter klub sebenarnya sudah mengetahui adanya kelainan pada ginjalnya sejak tes medis pada 2002, tetapi gagal untuk menanganinya dengan benar.

  • Ivan Klasnic (R), striker of the CroatiaDDP

    Pertarungan Hukum & Ganti Rugi yang Tak Berarti

    Merasa telah menjadi korban dari dugaan kelalaian medis atau malapraktik, Klasnic memutuskan untuk menempuh jalur hukum. Ia mengajukan sebuah tuntutan hukum yang panjang dan melelahkan terhadap mantan klubnya, Werder Bremen, dan dua orang dokter yang bertanggung jawab pada saat itu.

    Pada 2020, setelah melalui proses pengadilan yang berliku, ia akhirnya memenangkan kasus tersebut. Pengadilan memutuskan bahwa para dokter terbukti lalai dan memerintahkan mereka untuk membayar ganti rugi dengan total nilai lebih dari £4 juta (sekitar Rp88,2 miliar).

    Uang ganti rugi tersebut dimaksudkan untuk menutupi semua biaya medis yang telah dan akan ia keluarkan seumur hidupnya, serta sebagai kompensasi atas hilangnya potensi pendapatan akibat kariernya yang terpaksa berakhir lebih cepat.

    Meski berhasil memenangkan sejumlah besar uang, bagi Klasnic hal itu sama sekali tidak ada artinya. Ia dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada jumlah uang di dunia ini yang dapat menggantikan hal yang paling berharga. "Tidak peduli berapa banyak uang yang saya terima sebagai kompensasi, itu tidak akan pernah bisa mengembalikan kesehatan saya," ujarnya dengan nada marah.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • Bolton Wanderers' Croatian forward IvanAFP

    Peringatan Keras Tentang Budaya Obat di Olahraga Profesional

    Pengalaman pahit yang ia alami membuat Klasnic memberikan sebuah peringatan keras tentang realitas yang seringkali tersembunyi di balik gemerlapnya dunia olahraga profesional. Menurutnya, penggunaan obat pereda nyeri adalah sebuah budaya yang nyaris tak terhindarkan bagi seorang atlet.

    "Sangat sulit untuk bisa bertahan (di level tertinggi) tanpa menggunakan obat pereda nyeri jika Anda ingin terus menunjukkan performa terbaik di atas lapangan," katanya. Ia bahkan melangkah lebih jauh dengan memberikan sebuah pernyataan yang sangat gamblang mengenai hal ini.

    "Saya tidak berpikir Anda bisa memainkan olahraga profesional dalam bentuk apa pun tanpa menggunakan obat-obatan pereda nyeri," tegas Klasnic. Pernyataan ini seolah mengungkap sebuah budaya ketergantungan pada obat-obatan yang seringkali tidak disadari oleh publik.

    Kisah tragisnya menjadi sebuah studi kasus yang mengerikan tentang betapa berbahayanya penggunaan obat-obatan tanpa adanya pengawasan medis yang tepat dan diagnosis yang akurat mengenai kondisi tubuh seorang atlet. Ia sangat berharap tidak ada atlet lain yang harus mengalami nasib tragis yang sama sepertinya.

  • FBL-EURO-2008-POL-CRO-MATCH 19AFP

    Mengenang Karier Sang Striker Tajam Asal Kroasia

    Di tengah semua kisah tragis mengenai kondisi kesehatannya, penting untuk mengingat kembali bahwa Klasnic adalah seorang striker yang sangat berprestasi dan disegani pada masanya. Para penggemar sepakbola Inggris tentu paling mengenangnya saat ia membela Bolton Wanderers selama empat tahun.

    Selama berkarier di Bolton antara 2009 dan 2012, ia berhasil menjadi salah satu idola para penggemar dengan mencetak 24 gol dalam 93 penampilan. Hebatnya lagi, ia melakukan semua itu setelah menjalani dua kali proses transplantasi ginjal, sebuah bukti dari kekuatan mentalnya yang luar biasa.

    Puncak karier dari seorang Klasnic terjadi saat ia bermain di Bundesliga Jerman bersama Werder Bremen. Di sana, ia berhasil merasakan manisnya gelar juara ganda, yaitu memenangkan trofi Bundesliga dan Piala Jerman (DFB-Pokal).

    Ia juga merupakan salah satu andalan di lini depan tim nasional Kroasia pada generasinya. Klasnic tercatat berhasil mengoleksi 41 penampilan untuk negaranya dan sukses menyumbangkan 12 gol, menjadikannya salah satu penyerang terbaik yang pernah dimiliki oleh Kroasia.

0