Getty/GOALMuhammad Zaki dan Chris Burton
Puas Banget Ngakaknya! Eks-Liverpool Jurgen Klopp 'Nge-Roast' Manchester United Habis-Habisan Usai Jadi Tim Gurem Di Era Ruben Amorim
Klopp sukses bikin Liverpool jadi klub adidaya lagi
Jurgen Klopp berhasil mempersembahkan gelar Liga Champions dan Liga Primer Inggris untuk Liverpool selama masa kepemimpinannya. Mereka juga mendulang trofi lain dari kompetisi piala domestik, hingga menjadikan The Reds sebagai tim yang selalu masuk perhitungan pacuan gelar di setiap musim. Koleksi trofi mereka seharusnya bisa lebih banyak lagi andai tidak terbentur dominasi Manchester City di bawah Pep Guardiola.
Manchester United tentunya berharap bisa ikut masuk dalam persaingan itu, namun yang terjadi justru kemunduran terus-menerus di Old Trafford. Mereka tidak pernah lagi mencicipi gelar Liga Inggris sejak kepergian Sir Alex Ferguson pada 2013. Ruben Amorim pun masih kesulitan membalikkan keadaan, dengan pelatih asal Portugal itu mulai mendapat tekanan setelah hanya menang 18 dari 49 laganya sejauh ini.
GettyManchester United makin ambyar bawah Amorim
Klopp memang sudah tidak lagi berdiri di pinggir lapangan setelah mundur dari Liverpool pada musim panas 2024. Namun kini ia menjabat sebagai kepala sepakbola global untuk Red Bull, bertugas menjadikan klub-klub di bawah naungan mereka lebih kompetitif.
Berbicara kepada The Athletic soal tantangan barunya, Klopp melontarkan sindiran telak sambil tertawa terbahak-bahak: “Kami (Red Bull) bukan tujuan akhir. Kami bukan Liverpool… atau Manchester United tapi versi dulu! Kalau kamu mau, kamu bisa tulis saja begitu.”
Ia bisa melontarkan sindiran setajam itu karena dirinya sudah kenyang dengan pahit-manisnya hidup sebagai pelatih. Klopp berbicara soal bagaimana menghadapi masa-masa sulit—pesan yang bisa ditujukan pada sosok seperti Amorim: “Saya ingin menanamkan [stabilitas]; lebih banyak rasa percaya, melewati masa-masa sulit. Jika kamu sudah yakin, maka kamu yakin. Dunia sekarang seperti ini: ‘Astaga, kamu hebat!’ Lalu berubah jadi, ‘Oh tidak! Kamu sampah.’ Tidak ada lagi area abu-abu. Padahal kenyataannya, hidup itu seringnya abu-abu.”
Klopp tahu rasanya kalah dan siap berbagi pengalaman itu
Klopp tahu betul bagaimana rasanya gagal di momen-momen besar, dan pengalaman itulah yang kini membuatnya bisa memberi nasihat berharga.
Ia melanjutkan: “Saya kalah di lebih banyak final Liga Champions daripada jumlah pertandingan yang dimainkan kebanyakan orang. Saya tahu bagaimana rasanya kalah, dan saya tahu hidup tetap berjalan. Saya tidak perlu menyimpan pengalaman itu untuk diri saya sendiri. Saya tidak pernah menutup diri, hanya saja dulu tidak ada waktu untuk membicarakannya karena selalu ada pertandingan berikutnya. Sekarang, kalau ada yang bertanya, saya adalah buku paling terbuka yang saya kenal.”
Kini Klopp menikmati hidup jauh dari kursi panas pelatih, dengan rutinitas yang lebih tenang namun tetap produktif. Perannya di Red Bull membuatnya tetap sibuk, dan ia berjanji akan menjalani tugas itu selama merasa masih bisa berkontribusi.
Pria berusia 58 tahun itu berkata: “Hal terakhir yang saya inginkan adalah menjadi orang tua di ruangan itu… Yang selalu berkata, ‘Dulu semua lebih bagus. Kami melakukannya begini!’ Mudah-mudahan saya sudah selesai sebelum jadi seperti itu. Saya justru ingin menjadi kebalikannya. Jika perlu, saya ingin jadi panggilan darurat untuk para pelatih atau direktur olahraga—orang yang mereka hubungi ketika mereka tidak tahu harus bicara dengan siapa. Anda harus membangun hubungan.”
GettyAkankah Klopp kembali melatih?
Secara usia, Klopp masih tergolong muda untuk ukuran pelatih, mengingat banyak manajer papan atas yang usianya lebih tua darinya. Namun bekas pelatih Liverpool dan Borussia Dortmund itu telah mengisyaratkan bahwa dirinya tidak berencana kembali ke dunia manajerial dalam waktu dekat—terutama di level klub—karena ia sama sekali tidak rindu dengan tekanan hidup di pinggir lapangan.
Iklan