Getty Images"Jari Tengah TERBESAR!" - Eks Chelsea Ben Chilwell Bicara Dengan Thomas Tuchel Soal Masuk Skuad Inggris Piala Dunia 2026
Skuad Inggris mulai terbentuk menuju Piala Dunia 2026
Inggris menuju Piala Dunia 2026 sebagai salah satu favorit juara, dipimpin oleh Thomas Tuchel yang pengalamannya di level klub sudah teruji. The Three Lions masih belum mampu memutus kutukan dalam turnamen besar setelah kalah di final Euro 2024 dari Spanyol, memperpanjang penantian trofi bagi tim pria. Namun skuad asuhan Tuchel terlihat kuat saat ini.
Namun, di tengah kedalaman skuad yang luar biasa, posisi bek kiri masih menjadi titik lemah. Belakangan, Tuchel memanggil nama-nama seperti Djed Spence, Miles Lewis-Skelly, dan Tino Livramento, sementara bintang muda Manchester City, Nico O’Reilly, menjadi starter pada dua laga internasional terakhir.
AFPChilwell mengincar tempat di skuad Piala Dunia 2026 Inggris
Belum ada yang benar-benar mengunci posisi bek kiri di skuad Inggris untuk turnamen akbar tahun depan. Kondisi itu membuka peluang bagi Ben Chilwell—yang terakhir bermain untuk Inggris pada Maret 2024—untuk kembali bersaing.
“Akan jadi cerita luar biasa kalau saya berangkat ke Piala Dunia setelah saya berada di skuad buangan [Chelsea] dan semua orang sudah tak memperhitungkan saya 12 bulan sebelumnya,” ujar Chilwell kepada BBC Sport. “Itu akan jadi jari tengah terbesar buat banyak orang, yang bagi saya adalah memotivasi. Chelsea jujur dan transparan kepada saya dan tidak ada dendam, tapi tentu saya punya ego. Rasanya memang akan menyenangkan membuktikan orang-orang salah.”
Bekas bek Leicester City itu juga mengungkap bahwa ia tetap berhubungan baik dengan Tuchel, yang pernah melatihnya di Chelsea, dan pembicaraan awal dengannya menjanjikan.
“Mungkin 99 dari 100 orang bilang ‘Tidak, dia tidak mungkin ke Piala Dunia’," aku bintang 28 tahun itu. "Kami sudah berbicara sejak dia mengambil pekerjaan di timnas Inggris. Saya harus memilih kata yang tepat: pokoknya itu (Chilwell ke Piala Dunia) bukan hal yang mustahil.”
“Saya ketawa melihat orang pikir saya sudah tua di usia 28, padahal saya sedang di puncak karier. Itulah kenapa Piala Dunia tetap menjadi ambisi... ada begitu banyak yang bisa dicapai. Pertama-tama saya ingin bermain baik di sini dulu, tetap sehat, dan selebihnya… mungkin Piala Dunia menyusul. Kalau saya sudah berusaha maksimal tapi tidak berhasil, itu toh bukan kiamat. Saya tetap akan menikmati sepakbola saya, dan baru berusia 29.”
Chilwell bicara perpisahannya dengan Chelsea
Musim panas lalu, pelatih Chelsea Enzo Maresca menegaskan bahwa Chilwell tidak masuk rencananya untuk musim 2024/25. Selain tampil sebagai pemain pengganti melawan Barrow di Piala Liga, ia tidak dimainkan sama sekali. Masa pengasingan itu berakhir pada penghujung bursa transfer musim dingin ketika ia dipinjamkan ke Crystal Palace.
Pada musim panas berikutnya, ia resmi meninggalkan Stamford Bridge dan bergabung secara permanen dengan Strasbourg, klub yang juga dimiliki pemilik The Blues, BlueCo, di Ligue 1. Meski begitu, Chilwell menegaskan tidak menyimpan dendam.
“Saya tidak pernah punya masalah dengan Enzo Maresca. Saya sangat menghargai kejujurannya, karena setidaknya saat itu saya bisa berkata, 'Baiklah, saya memang tak diinginkan'," akunya. "Tentu saya tidak senang dengan keputusan itu, saya tidak setuju. Tapi saya menghormatinya.”
“Saya memang merasa menderita karenanya. Saya sepenuhnya tahu saya bisa menjalankan peran itu (inverted full-back). Saya bermain sebagai gelandang sampai usia 12 tahun dan bahkan dengan Tuchel, saat bermain dalam formasi tiga bek, saya sering merangsek ke area striker atau masuk ke dalam ketika Toni Rudiger membawa bola. Saya bisa melakukannya—saya cuma tidak diberi kesempatan.”
AFPAmbisi bersama Strasbourg: trofi & mimpi Liga Champions
Kiprah Chilwell di Strasbourg berjalan baik sejauh ini, dengan pelatih Liam Rosenior memberinya kepercayaan. Sang bek kiri membeberkan alasannya memilih klub tersebut dan ambisinya.
“Awalnya bukan pilihan utama saya, tapi setelah bicara dengan manajer selama 10 menit, saya langsung bilang pada agen: ‘Ya, kita selesaikan Strasbourg',” imbuh Chilwell.
"Liam mengatakan saya bakal terkejut dengan betapa saya akan menikmatinya. Dia menilai saya masih bisa berkembang dan mengatakan akan meminta saya memainkan peran tertentu yang belum pernah saya mainkan sebelumnya, yang sudah mulai terjadi."
"Lalu ada sisi kepemimpinan. Saya pernah berada di ruang ganti bersama para juara dan tahu bagaimana berada dalam grup yang memenangkan sesuatu. Ini tampak seperti keputusan yang mudah dan cocok."
“Yang jelas saya kaget dengan kualitasnya. Ada banyak pemain yang siap melesat ke level atas, termasuk manajer. Liganya bagus, stadion-stadion penuh. Kami sudah menunjukkan bisa bersaing dengan PSG, dan pelatih punya ambisi besar untuk menang sesuatu musim ini dan menembus Liga Champions.”
Iklan