AFP"Yang Cantik-Cantik Ke NERAKA Saja!" - Inter Milan Dipuji Bisa "Menang Jelek" Di Bawah Cristian Chivu
Inter Milan menang atas Lazio, Di Canio beri pujian
Inter Milan tampil dominan saat menang atas Lazio 2-0 di San Siro, Senin (10/11) dini hari WIB. Gol dari Lautaro Martinez dan Ange-Yoan Bonny memastikan tiga poin penting yang membawa mereka kembali ke puncak klasemen Serie A bersama AS Roma. Sepanjang laga, Nerazzurri sepenuhnya menguasai tempo, memanfaatkan rapuhnya pertahanan Lazio lewat transisi cepat dan pergerakan terstruktur.
Gol pembuka sudah tercipta di menit ketiga, saat Martinez berbuka puasa golnya di Serie A setelah lima laga. Sang kapten melepaskan tembakan melengkung ke sudut atas gawang—bukan gol yang indah, tapi sangat krusial.
Legenda Serie A dan Liga Primer Inggris Paolo Di Canio menilai gol tersebut di Sky Italia: “Apakah Lautaro memang berniat menembak seperti itu? Tidak, karena dia ingin mengantisipasi lawan... dia bagus dalam menembak cepat, tapi menurut saya dia ingin menembak dengan lehernya. Jika benar-benar sengaja melakukannya, dia benar-benar bintang lima, genius dari para genius. Tidak mungkin, ayolah. Lagipula tembakannya jelek secara estetika, tapi cara bola masuk sangat indah."
Meski bukan gol yang spektakuler, bagi Di Canio gol itu menggambarkan "identitas baru" Inter, yang lebih mengutamakan keteguhan, keras, lebih efisien, dan lebih mengutamakan ketahanan mental dibanding keindahan. Dengan tambahan satu gol ini, striker Argentina itu tercatat telah menyumbang empat gol dan dua assist dalam 11 laga Liga Italia.
Getty Images SportDi Canio: Inter asuhan Chivu sedang belajar “menang jelek”
Menurut Di Canio, Inter tengah berevolusi di bawah Chivu, bukan hanya secara taktik, tapi juga dalam hal mental. Mereka kini sadar bahwa sepakbola indah kadang perlu dibuang "ke neraka" demi mendapat hasil yang diinginkan.
“Mereka tahu kekuatan mereka, mereka tahu apa yang dulu hilang: ini sebuah kemajuan. Pertama-tama dari kesadaran individual, lalu ditanamkan oleh pelatih. Pelatih sebelumnya memang hebat dalam banyak hal, tapi mungkin dia tidak membuat para pemainnya merasa seperti ini karena itu bukan caranya melatih. Bukannya salah, tapi pendekatannya saja berbeda," ujarnya.
Lebih jauh, Di Canio menyoroti adanya pergeseran psikologis dalam tubuh Inter. Mereka tak lagi hanya mengandalkan dominasi teknik, tapi juga pada mentalitas baja. Ia menambahkan: “Ini kesadaran yang penting, dan hari ini memastikan itu. Inter kuat, terutama di liga. Ini adalah balas dendam pada mereka, Inter merasa bertanggung jawab dan harus menang karena tahun lalu Scudetto lepas dari genggaman gara-gara hasil yang bodoh [melawan Lazio]. Sudah saya bilang sebelumnya, mereka mengutuk diri sendiri atas kegagalan mereka juara [musim lalu]. Padahal mereka adalah pemain penting dan telah membangun status itu bersama [Antonio] Conte dan [Simone] Inzaghi."
AFP"Yang cantik dibuang ke neraka!"
Mantan pemain Juventus & AC Milan itu lantas menyampaikan inti pesannya: "Tim besar harus begini. Ada kalanya permainan cantik harus dibuang ke neraka jika ingin mencapai tujuan. Harus konkret... Hari ini, [Chivu] menggunakan pendekatan berbeda."
Bagi Di Canio, Chivu tengah menghapus obsesi lama Inter terhadap sepakbola indah dan menggantinya dengan kultur disiplin dan pragmatisme taktis. “Chivu membuang keindahan dan kelembutan mereka, dia ingin merampasnya. Ini adalah kesadaran besar. Sementara tim lain banyak berubah, Inter satu-satunya yang memiliki kontinuitas. Mereka melindungi Inzaghi dan memang itu langkah yang tepat karena dulu mereka cocok," pungkasnya.
Dengan kemenangan atas Lazio, Inter naik ke puncak klasemen Serie A bersama Roma dengan 24 poin. Fokus berikutnya adalah Derby della Madonnina melawan AC Milan pada 24 November. Laga tersebut menjadi derbi Milan pertama sejak kedua klub resmi mengakuisisi San Siro bersama-sama, menandai era baru dalam sejarah mereka.
Cedera Mkhitaryan buka jalan bagi Zielinski
Kedalaman lini tengah Nerazzurri akan diuji setelah Henrikh Mkhitaryan mengalami cedera paha kiri ketika dikalahkan Napoli akhir bulan lalu. Gelandang veteran Armenia itu dipastikan akan melewatkan tujuh pertandingan, termasuk derbi Milan dan dan dua pertandingan Liga Champions.
Absennya Mkhitaryan membuka kesempatan bagi Piotr Zielinski, yang mulai menemukan ritmenya dalam beberapa laga terakhir. Gelandang Polandia itu tampil impresif melawan Lazio dan nyaris mencetak gol sebelum VAR menganulirnya karena handball Federico Dimarco.
Dengan pressing agresif, kemampuan membawa bola, dan keberanian menembak dari jarak jauh, Zielinski membawa warna baru di lini tengah Inter. Kini Chivu akan bergantung pada kreativitasnya untuk menjaga keseimbangan antara serangan dan pertahanan selama jadwal padat mendatang.
(C)Getty ImagesSelanjutnya buat Inter Milan dan Chivu
Tantangan terbesar Chivu kini adalah menjaga momentum di tengah badai cedera dan ekspektasi tinggi. Pendekatan pragmatis nan disiplin membuat Inter tak terkalahkan dalam empat laga terakhir Serie A, namun ujian berat menanti setelah jeda internasional. Selepas derbi melawan Milan, Inter juga akan bertandang ke markas Atletico Madrid pada 27 November dalam lanjutan Liga Champions. Dua laga itu berpotensi menentukan arah musim mereka.
Iklan



